Chereads / Love in the EARTH / Chapter 33 - 19 - Cepat Sembunyi 1

Chapter 33 - 19 - Cepat Sembunyi 1

Saat Joon tiba di lorong kamar rawat kakek buyutnya, dia mendapati ibu dan kedua adik—perempuan dan laki-laki—nya duduk berkumpul di kursi tunggu. Joon segera bertanya, "Bagaimana keadaannya?"

Ibu Joon mendesah. "Sudah membaik, tapi ..." dia tak yakin untuk mengatakannya, "tapi kurasa sudah waktunya bagi Harabeoji—"

"Eomma bicara apa sih? Selama ini tidak pernah terjadi apa pun pada Harabeoji—"

"Hyung," panggil adik laki-laki Joon yang belum berusia sepuluh tahun. Dia menengadah, pada Joon, di antara ibu dan kakak perempuannya yang termenung sedih. Katanya, "Mau tahu bagaimana Harabeoji bisa sampai terjatuh? Harabeoji ... selama beberapa hari terakhir ini selalu saja 'sembunyi! sembunyi! cepat kau sembunyi!', padahal kami tidak sedang main petak umpet. Lalu tadi pagi, begitu bangun tidur, Harabeoji berlari keluar rumah, memanjat pohon, dan—"

"Jatuh?" Joon tahu kelanjutan ceritanya.

Ibu Joon mengeluh, "Sebenarnya siapa yang dia suruh sembunyi itu, dan sembunyi dari siapa? Sepertinya kakek buyutmu sudah kehilangan akal sehatnya. Kalau begini terus—"

"Eomma," Joon menguatkan ibunya. "Tidak apa-apa," katanya, "Harabeoji akan sehat kembali. Aku janji. Sekarang, karena aku sudah datang, Eomma pulang dan istirahatlah. Yool-ah, kau bisa membawa ibu dan adikmu pulang, kan?" Joon bicara pada adik perempuannya yang sudah kelas dua SMA.

Adik perempuan Joon, Kim Yool, berdiri dan menyeret Joon menjauh dari ibu dan adiknya. Dia bicara dengan suara pelan, "Oppa, Harabeoji benar-benar aneh akhir-akhir ini. Bukan terkadang seperti dulu, tapi setiap saat dia begitu. 'Sembunyi, sembunyi, lari,' terus saja berteriak begitu, dan kalau Jin—adik Yool—sedang memakai topi atau penutup kepala, Harabeoji langsung menyeretnya ke bawah meja, pada anak lain yang memakai topi pun begitu. Bahkan dua hari yang lalu Harabeoji memukuli tetangga baru yang orang India itu."

Joon menghela napas cukup panjang setelah mendengar cerita itu. Untuk sekarang, dia tetap mengirim ibu dan kedua adiknya pulang dan meminta agar Yool menenangkan ibu mereka. Yool setuju, dia akan membawa ibunya pulang, tapi Jin ingin tetap bersama kakek buyutnya juga merindukan kakak laki-lakinya. Dia pun ditinggalkan oleh ibu dan kakak perempuannya pada Joon, dan akan dijemput besok oleh ayahnya.

Di kamar rawat, Joon duduk di kursi yang dia tarik ke samping ranjang rawat kakek buyutnya. Dia memandangi wajah lelah yang telah penuh dengan keriput itu, lalu menoleh pada adik laki-lakinya yang mulai mengantuk di sofa. Sebagai anak tertua dan laki-laki, dia harus bisa mengambil sikap dalam keadaan ini. Kira-kira apakah yang bisa dia lakukan untuk kakek buyutnya?

Pagi tiba, dan Joon tersadar dari kantuknya. Adik dan kakek buyutnya masih terlelap tidur. Joon keluar kamar untuk bertelepon dengan Jiwon, memberi tahu tentang keadaannya sekarang dan karena itu hari ini dia tidak bisa kuliah juga tidak bisa ikut piket kandang sapi. Dia meminta maaf untuk itu, dan ...

"Jinhee?" Jiwon mengulang. Dia memberi tahu, "Oh, tadi malam aku melihatnya bersama Profesor Jung. Sepertinya mereka sedang menuju bangunan tua, dan kelihatannya dia tidak baik-baik saja. Kalian bertengkar ya?" tebak Jiwon, hati-hati.

Lama tak ada jawaban dari Joon, Jiwon langsung menutup obrolan dan memutus sambungan telepon mereka. Dia mendoakan kakek buyut Joon cepat pulih, dan kalau bertemu Jinhee, akan memberi tahunya tentang ini.

Joon bersandar sebentar di pintu, lalu adiknya menarik gagang pintu dan hampir membuat Joon jatuh ke arah belakang. Adik Joon menggisik mata dan bilang, "Hyung, lapar."

"Jin-ah," Joon membungkuk—mensejajarkan muka dengan adik laki-lakinya, "Kau bisa jaga Harabeoji sebentar, kan? Hyung mau pulang sebentar, ganti baju, dan beli makanan. Kau mau dibelikan apa?"

"Hm ... sosis?" ucapnya, cerah.

"Baiklah, akan Hyung belikan. Kau jaga Harabeoji ya?" Joon berpesan.

Jin berdiri tegap dan menghormat. "Siap laksanakan!" ucapnya, tegas. Dan dia melambai cepat pada Joon yang memulai langkah perginya dengan tergesa-gesa. Dia akan tunjukan pada kakaknya bahwa dirinya BISA dipercaya. Jin pun menghilang ke balik pintu bernomor 305.