"Jinhee?" Leon, atau yang sebagai manusia adalah Profesor Jung, menjeda kenikmatan minum tehnya di Minggu pagi ini. Dia mendengar hal yang cukup menarik dari Seola, yang mengakuinya sebagai sepupu, di meja putih bundar di halaman belakang rumahnya ini.
Seola, yang masih berpiama, menjelaskan, "Ya. Dia adik sepupunya Joon-i Sunbae. Mahasiswa Oppa juga kok. Itu lho, yang pindah dari jurusan manajemen."
Leon mengangguk seperlunya. Sebagai manusia yang bernama Jung Jisub yang bergelar profesor di usia muda, sudah seharusnya dia memiliki karisma yang kuat dan antusiasme yang rendah meski sebenarnya dirinya itu sangat agresif.
"Katanya dia tertarik pada Oppa, dan aku sudah terlanjur bilang akan mempertemukan kalian. Oppa mau ya bertemu dengannya? Setidaknya satu kali saja. Ya?" Seola merengek dengan sopan, tidak memaksa.
Leon tak berkomentar. Dia mulai menyentuh cangkir tehnya kembali.
"Jinhee tidak jelek kok," kata Seola, "dan sepertinya dia itu warga negara asing. Rambutnya pirang dan matanya biru." Seola tidak menyukai kalimat terakhir dalam ucapannya kali ini. Dia mendesah cukup dalam setelah mengucapkannya.
Sambil melirik kemurungan Seola dari balik cangkir tehnya, Leon bicara, "Kau juga ... berambut pirang dan bermata biru tapi bukan warga negara asing, kan?"
Pundak Seola melemas. "Kalau aku beda," ucapnya. Meski hampir tak ada orang lain yang tahu kebenaran tentang dirinya ini—karena pengecatan rambut dan pemakaian lensa mata, tapi dirinya dan keluarganya tahu, bahwa rambutnya pirang dan matanya berwarna biru. Itu adalah rahasia, dan kalau bisa, rahasia itu terkubur untuk selamanya.
"Maaf, aku tak bermaksud begitu," kata Leon, lembut. Dia menurunkan cangkirnya dari mulut dan bilang, "Baiklah, aku bersedia bertemu dengan adik sepupu seniormu itu. Besok jam sepuluh ya? Tempatnya kau saja yang putuskan."
"Benarkah?" Seola berbinar-binar.
Leon mengangguk satu kali, dengan tenang. Dan Seola langsung bangkit dengan mata yang melotot senang, mengucap terima kasih berulang-ulang pada Leon, lalu permisi pergi untuk mandi. Dia akan bergegas memberi tahu Jinhee tentang itu.
Setelah menyeruput tehnya lagi, Leon bergumam, "Menarik. Anak itu ingin bertemu denganku? Tapi kenapa harus dengan cara ini? Apa karena 'spesimen' itu? Ini menarik sekali," dan dia terkekeh seram.