Chereads / Love in the EARTH / Chapter 20 - 14 - Kencan Saudara Sepupu 1

Chapter 20 - 14 - Kencan Saudara Sepupu 1

"Sepertinya aku memang punya ibu," gumam Jinhee, begitu terbangun dari tidur.

Dia menghabiskan sisa malam yang tak panjang ini dengan membuat berbagai sketsa. Segala hal yang dia ingat, dalam mimpinya barusan, dia gambar. Ayah, ibu, teman, temannya ayah, pohon besar, laboratorium, dan Leon sebelum berevolusi. Jinhee terpaku memandangi sosok menyeramkan itu. Setelah dibawa lari olehnya, apa yang terjadi? Jinhee sangat ingin melanjutkan mimpinya barusan.

Sesaat kemudian, Joon datang bersama kantong plastik berisi berbagai makanan instan dan camilan. Dia berkomentar, "Sudah bangun? Lama sekali tidurnya. Kukira tadi itu kau mati, kau kan belum makan sama sekali sejak kemarin pagi, dan sekarang sudah pagi lagi. Jungshin sampai bosan menunggumu terbangun. Dia pulang naik kereta terakhir kemarin." Lalu Joon memberikan kimbab segitiga yang baru saja dilepas dari bungkusnya pada Jinhee dan duduk bersila di lantai di antara dua ranjang, berhadapan dengan Jinhee.

Jinhee tak langsung memakan kimbab itu.

"Kau sedang apa?" tanya Joon, dengan mulut penuh.

Rasanya Jinhee tak perlu menjawab pertanyaan itu. Jawabannya sudah berserakan di sekitar Joon.

Joon mengambil salah satu gambar Jinhee, gambar ayahnya. "Kau menggambar?" ucapnya, sambil membolak-balik sketsa ayah Jinhee. Dia bicara lagi, "Waktu itu aku belum sempat memujimu. Kau PINTAR sekali menggambar. Bagaimana kalau kau menjadi pelukis saja? Eh, ngomong-ngomong ini gambar siapa? Aku mengenalnya?"

"Tidak," Jinhee merebut sketsa wajah ayahnya dari Joon, dengan lemas. Mimpi barusan benar-benar membuatnya lelah. Jinhee jadi malas bicara.

Joon melihat gambar yang lainnya. Ada lebih dari sepuluh gambar yang berserakan dan saling bertumpukan di lantai kamar kosnya ini. Semuanya asing bagi Joon. Tidak dalam kehidupan nyata, dalam film, atau pun buku, rasanya Joon belum pernah melihat orang-orang dan lokasi dalam gambar Jinhee ini.

"Wow, apa ini? Aneh sekali." Joon sedikit terperanjat saat menemukan sketsa Leon. "Ini semua gambar apa sih?" tanya Joon, penasaran.

"Leon, dan masa laluku," jawab Jinhee, acak.

Joon tidak mengerti maksud jawabannya. Dia terus mengacak-acak dan melihat-lihat sketsa buatan Jinhee. Lalu pandangannya melekat pada sketsa ibu Jinhee. "Sepertinya aku kenal orang ini. Iya, tidak?" Joon menunjukan sketsa itu pada Jinhee.

Jinhee mengambilnya, memandanginya dalam pangkuan. "Ini ibuku," kata Jinhee.

"Eh?" Joon agak kaget.

Sesuatu yang hebat terpikir oleh Jinhee. Rasa lemasnya menghilang dan matanya berbinar-binar tiba-tiba. Dia bertanya, dengan cepat, pada Joon, "Kau pernah bertemu dengannya? Di mana?"

Joon terdiam sebentar. "Ey, tidak mungkin. Kalau benar itu ibumu, artinya dia berasal dari seratus tahun yang lalu, kan? Aku tidak mungkin mengenalnya." Joon geleng kepala.

"Ibuku ..." kata Jinhee, didengarkan Joon, "bukan manusia. Bukan tidak mungkin sampai sekarang dia masih hidup, kan?"

"Oh," Joon tidak terpikir tentang itu. ��Tapi aku tidak ingat pernah benar-benar bertemu dengannya atau tidak."

Jinhee kembali melemas. Dia mulai menggigit dan mengunyah kimbab segitiga kesukaannya. Dia mengangguk-angguk untuk sensasi rasa enak kimbab itu.

Joon mengobrol lagi, "Ngomong-ngomong, kau dapat dari mana gambaran ini? Kau mengingatnya? Kau itu ... itu ya? Apa namanya? Hilang ingatan?"

"Mimpi," kata Jinhee, setelah menelan.

Mata Joon menoleh curiga pada Jinhee.

"Aku memimpikannya," Jinhee menjelaskan dengan tersendat-sendat oleh kunyahan, "Dalam mimpi itu, aku melihat ibuku, ayahku, temanku, teman ayahku, ibunya temanku—"

Joon melotot takjub. Katanya, "Wah, mimpimu itu PASTI panjang sekali ya?"

Jinhee menoleh, konyol, pada Joon, "Ya, dan melelahkan," jawabnya.

"Semua ini berasal dari mimpimu?" tanya Joon, antusias.

Jinhee hanya mengangguk sambil mengunyah.

"LUAR BIASA." Joon mengangkat dua jempol untuk Jinhee. "Bagaimana kau bisa mengingat dan menggambar semua ini dengan sangat detail? Seolah ... orang-orang dalam gambar ini hidup dan bisa melompat keluar dari kertas," puji Joon, berlebihan.

Jinhee sudah menghabiskan kimbab segitiganya. Dia bicara, dengan lemas, "Hey, ada lagi tidak?"

Joon tak tahu yang dimaksud oleh Jinhee itu apa.

"Kimbab segitiganya. Ada lagi, tidak?" Jinhee masih ingin makan.

Joon mengangguk ke arah kantong plastik di atas meja belajarnya, pertanda bahwa masih ada kimbab segitiga yang lain di dalamnya. Jinhee langsung berdiri dan memeriksa isi kantong plastik itu. Joon geleng-geleng dibuatnya.

Saat pandangan Joon jatuh pada sketsa Leon lagi, dia terkekeh. Dia menjinjing sketsa itu dan menghampiri Jinhee, yang sedang lahap menikmati kimbab segitiganya, dan bicara, "Dalam mimpi yang menunjukan ingatan masa lalumu itu juga ada makhluk ini? Kekanakan sekali." Joon menahan tawa.

Jinhee tahu Joon sedang meledeknya, tapi dia malas berdebat. Dia hanya bilang, "Itu Leon. Namaqus Leon yang kemarin kita bertemu di bangunan tua itu."

Joon berpikir dalam kebekuannya, "Maksudmu ini adalah Profesor Jung?"

"Kalau itulah namanya sebagai manusia sekarang ini, ya," kata Jinhee, lalu dia merogoh kimbab segitiga yang baru dan melepaskan bungkus plastiknya sendiri.

Joon mengamati sketsa Leon. Dilihat dari sudut mana pun dan dipikir sekeras apa pun, ini sama sekali bukan manusia. Ini seperti monster. Joon bertanya lagi, "Benarkah mimpimu itu bisa dipercaya? Bisa saja itu hanya mimpi biasa, kan?"

Jinhee menepuk turun sketsa Leon, supaya Joon berhenti memandanginya. Katanya, "Aku tidak biasa bermimpi, dan mimpiku itu cocok dengan kelebatan ingatanku yang muncul akhir-akhir ini. Jadi, mimpiku itu sangat BISA DIPERCAYA."

"Tapi ini bukan Profesor Jung, dan bahkan BUKAN manusia. Kau lihat?" Joon menunjukan sketsa itu sangat dekat dengan wajah Jinhee.

"Kalau begini, aku sama sekali tidak bisa melihatnya," kata Jinhee, sambil menjauhkan sketsa itu dari wajahnya. Dia mengingatkan Joon, "Profesor Jung-mu itu kan memang bukan manusia. Dia adalah reptilian yang telah berevolusi. Benar, itu adalah dia." Jinhee melanjutkan kunyahannya dengan santai.

Tetap saja Joon tidak yakin bahwa sketsa itu adalah Profesor Jung. Tak memperpanjang perdebatan ini lagi, Joon meninggalkan sketsa itu di meja dan pamit mandi kepada Jinhee sambil bergerak memasuki kamar mandi.