Chereads / Love in the EARTH / Chapter 16 - 11 - Di Kandang Sapi 2

Chapter 16 - 11 - Di Kandang Sapi 2

Selama Joon mandi, Jinhee dan Jungshin berada dalam kecanggungan yang luar biasa. Dengan malu-malu, Jungshin bertanya pada Jinhee tentang siapa yang akan mandi berikutnya. Saat Jinhee bilang dia tidak perlu mandi karena kecanggihan pakaiannya, ketakjuban heboh Jungshin kembali menjangkit. Dia jadi berharap memiliki pakaian seperti yang dimiliki Jinhee agar bisa tetap segar tanpa perlu mandi.

Begitu Joon keluar dari kamar mandi, seolah tersetrum, Jungshin langsung menyambar handuk dan menghilang ke dalam kamar mandi. Dan saat mata Joon kembali terbuka setelah dirinya menjejalkan lubang kaus ke kepala, Jungshin sudah duduk di dekat Jinhee dan memandanginya dengan takjub lagi. Dia tak peduli pada rambutnya yang basah dan kemejanya yang menempel ke badan.

"Hey, kau itu mandi atau apa?" komentar Joon. "Dan berhenti memandanginya dengan cara seperti itu!" Joon menampar kepala belakang Jungshin hingga hampir tersungkur ke Jinhee. Joon segera minta maaf pada Jinhee.

Jinhee tak keberatan untuk itu. Dia bertanya, "Hari ini kau ada kegiatan apa?"

"Hm, kuliahku dimulai pukul satu, tapi sebelum itu aku ada tugas di kandang sapi. Kau mau ikut?" Joon akan sangat senang kalau Jinhee ikut, dan Jinhee mengiyakan.

Di tengah kesenangan itu, tiba-tiba Jungshin nimbrung dengan mengangkat tangan dan bicara, "Aku juga! Aku juga! Aku juga mau ikut."

"Heh, kau kan sudah janji akan pulang kalau sudah berkenalan dengannya. Pulang sana!" Entah kenapa, sepertinya kehadiran Jungshin ini sangat mengganggu. Joon jengkel.

Jungshin angkat bahu. Katanya, "Aku tidak pernah berjanji. Aku hanya bilang, aku akan pulang kalau sudah berkenalan dengannya. Aku tidak berjanji."

"Yah, terserah kau sajalah." Joon menyerah.

Maka akhirnya Jungshin ikut pula ke kandang sapi. Dia berjalan di belakang Jinhee, di kiri Jinhee, dan di depan Jinhee, dengan jarak tetap, yaitu setengah meter. Joon yang menetapkan jarak itu.

Salam sapa dilemparkan Joon pada Manho yang sudah tiba lebih dulu dan sedang mengeruk kotoran di salah satu kandang sapi. Di sini ada delapan kandang yang masing-masing dihuni oleh satu, dua, atau tiga sapi sesuai ukuran dan jenisnya. Sialnya, membersihkan semua kandang sapi jatuh pada hari Jumat meski hanya satu kali dalam dua minggu. Dan kali ini, Joon, Manho dan Jiwon mendapatkan bantuan.

Joon melempar sepasang sepatu bot, seragam pekerja, sarung tangan karet, sekop, dan topi jerami pada Jungshin. Dia memaksa Jungshin untuk memakai semua itu. Kalau tidak, Jungshin disilakan pulang. Jungshin belum mau pulang, jadi dia bergegas menempelkan semua barang itu ke tubuhnya.

Selama pekerjaan membersihkan kandang berlangsung, Jinhee mengekori Joon dan Jungshin mengekori Jinhee. Karena Jungshin tidak juga menyekop kotoran sapi, Joon berbisik pada Jinhee untuk tinggal di salah satu kandang dan bilang pada Jungshin bahwa Jinhee suka melihat manusia menyekop kotoran sapi. Cara itu berhasil, sesuai dugaan Joon. Jungshin gila-gilaan menyekop kotoran sapi dan mengumpulkannya di sudut kandang.

Menduga hal yang lebih dari Jungshin, Joon menghentikan Manho yang hendak berpindah ke kandang lain yang masih kotor. Dengan bisikan pendek di telinga Jinhee, Jungshin langsung bergerak cepat mengomando sapi di kandang yang kotor untuk mengungsi ke kandang lain sementara kandangnya ini akan dibersihkan. Cekakak-cekikik Joon dan Manho hampir tidak ada habisnya karena Jungshin yang takut-takut-sok-keren mengomando dua sapi yang tidak mengerti bahasa manusia.

Berkat tepukan tangan yang singkat dari Jinhee, punggung Jungshin kembali tegap. Dia mengangkut se-gerobak kotoran sapi, menuju sumur kotoran, dengan tertatih-tatih dan tetap tersenyum cerah pada Jinhee. Gerobak dorongnya oleng dan hampir jatuh berkali-kali. Setelah itu, dia menebar jerami dengan sangat cepat, memeriksa keempukannya, dan menunjukan bahwa kandang sudah siap kembali dihuni para sapi dengan aman pada Jinhee.

Jinhee hanya mengangguk-angguk datar untuk itu.

Jungshin menggiring sapi memasuki kandang dengan ribut dan amatir. Dia terperanjat saat diteriaki oleh sapi yang tak mau bergerak, menyeka keringat saat berusaha menyeret sapi itu, dan tersungkur saat mengomeli sapi dan sapinya malah berjingkat menghindar. Jungshin hampir terkena serangan jantung karenanya, tapi dia tetap membuat tanda 'ok' saat menoleh pada Jinhee yang sedang menontonnya.

Akhirnya dengan bantuan Manho, sapi itu mau bergerak dan kembali ke kandangnya. Dengan begini, semua kandang sapi telah selesai dibersihkan.

Jiwon, sambil menyeret dua kuali besar yang mengepul di atas gerobak beroda dua, berteriak dengan kesalnya, "HEY, KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBANTUKU MENGANGKUT INI?!!!" Dua kuali besar yang diseretnya itu berisi rebusan jerami dan garam, makanan untuk para sapi. Jiwon bertugas meramu makanan, tapi biasanya selalu dibantu oleh Manho dan Joon secara bergiliran karena tugas itu melelahkan, berat, dan panas. Jiwon amat marah karena kali ini tidak ada yang muncul di dapur terbuka dan membiarkannya bernapas meski udara yang dihirup berbau kotoran sapi. Dia sungguh tak percaya, dirinya harus menyelesaikan pekerjaan yang melelahkan ini sendirian.

Manho segera menghampirinya dan membantu.

Jiwon bicara pada Joon, dengan lelah, "Heh, aku dapat air sisa rebusan kedelai dari pabrik tahu sebelah. Ada di dapur, ambil gih."

"Siap!" dan Joon langsung bergerak melaksanakan tugas.

Jiwon meregangkan punggungnya lalu mengipasi wajahnya yang memerah karena aktivitas di dapur yang panas. Dia terlalu sibuk lelah dan tak menganggap penting sapa-menyapa saat melihat keberadaan Jinhee dan Jungshin yang asing di kandang sapi ini. Dia langsung bergerak lagi saat Joon bersama dua jeriken air kedelai terlihat dari kejauhan. Jiwon benar-benar serius dan bertanggung jawab terhadap tugasnya, lebih dari kedua rekannya yang adalah laki-laki.

Jinhee mengikuti Jiwon, berbelok keluar dari area kandang sapi ini dan tiba di kandang lainnya yang lebih tenang dan sepi. Sementara Joon mengisi botol-botol susu dengan air rebusan kedelai, tanpa diminta, Jiwon memberi penjelasan pada Jinhee bahwa, "Mereka lahir sekitar satu bulan yang lalu. Karena induknya lemas, mereka tidak bisa disusui setiap hari. Dan mereka selalu lahap kalau diberi air rebusan kedelai."

Jinhee mengangguk-angguk pelan sekali untuk penjelasan Jiwon itu. Dia terpesona oleh dua anak sapi yang bergumul lucu di tengah kandang sana.

"Ayo!" ajak Jiwon, lalu dia masuk duluan ke dalam kandang.

"Eh?" Tanpa persiapan, Jinhee bergerak mengikuti Jiwon begitu saja. Ternyata dia hanya harus memegangi botol susu supaya anak-anak sapi itu bisa minum. Sesuai ucapan Jiwon, botol susu yang berukuran cukup besar untuk bayi manusia ini kembali kosong dalam sekejap. Karena menyenangkan, Jinhee tidak keberatan menyelesaikan tugas ini sendiri sementara Jiwon beristirahat di luar kandang.

Jungshin, yang sebenarnya sejak tadi berada tidak jauh dari Jinhee, memunculkan dirinya dengan cerah tepat di kanan Jinhee. Jinhee cukup kaget dibuatnya.

Jungshin berbisik, "Hey, serahkan saja padaku. Kelihatannya anak sapi ini cukup kuat," komentarnya, karena Jinhee berkali-kali terlihat berjinjit untuk mempertahankan botol susu.

Jinhee geleng kepala. Dia bisa mengatasinya. Dengan perlahan, Jinhee melepas botol susu itu. Menakjubkan! Tanpa dipegang, botol susu itu memiring diam meski anak sapi mencoba menariknya berkali-kali. Selain itu, Jinhee mengisi ulang botol susu—mengangkat jerigen dan menuangkan isinya ke dalam botol susu—tanpa menyentuhnya sama sekali. Jungshin bertepuk tangan sambil berjingkrak riang.

Joon, yang sedang serius menangani anak sapi yang satunya, mendesis, "Hey, hati-hati! Jiwon tidak jauh dari sini dan bisa mendadak muncul kapan saja."

Jinhee nyengir. Dia pun menangkap botol susu yang sedang melayang-layang dan memiringkannya agar anak sapi bisa meminum air rebusan kedelai di dalamnya. Dia kembali pada posisi awal.

Joon ceramah, "Asupan gizi memang penting bagi anak-anak sapi ini, tapi cara kita memberinya makan pun penting. Mereka punya insting. Mereka bisa tahu apa dan siapa yang memberi mereka makan." Lalu Joon sedikit berbisik, "Sekedar informasi, mereka selalu menolak botol susu yang disodorkan Jiwon," katanya, dan dia melanjutkan ceramah tentang anak sapi dan instingnya dan bla-bla-bla-bla. Tak ada yang mendengarkan ceramahnya itu.

Lalu ceramah Joon yang hanya berbusa itu terdengar berbeda suaranya di telinga Jinhee, "... kau harus sering mengelusnya, seperti ini—"

"... dan kalau dipikir-pikir, kandang sapi inilah yang mempertemukan kita berdua ..." Joon sedang heboh membicarakan tentang mimpi-bertemu-cewek-bulenya. Suara dan ucapannya jelas berbeda, tapi—

Kedua suara itu bercampur di kepala Jinhee. Satu adalah suara Joon yang membicarakan mimpinya dengan heboh, sedangkan satunya lagi adalah ... suara seorang perempuan yang lembut, hangat, dan membicarakan tentang mengasihi binatang. Kedua suara itu seolah berebut mengambil alih pendengaran Jinhee, satu dan lainnya saling mendahului, bersambungan secara acak, dan jadi KACAU sekali terdengarnya. Kepala Jinhee mau meledak karenanya, lalu ... "Baik, Eomma," suara yang terdengar manis mengakhiri kepeningan itu. Jinhee terdiam, dengan sangat lelah.

Sebenarnya Joon melihat kernyit di dahi Jinhee sejak tadi, tapi karena topik pembicaraan sedang seru-serunya, dia tidak bisa memotong ucapannya sendiri begitu saja. Dia bertanya setelah Jinhee membeku selama beberapa detik, "Kau baik-baik saja?"

Jinhee tak menjawab.

Jungshin mengamati wajah Jinhee.

Anak sapi kehabisan minumannya.

"Jinhee-ya," panggil Joon, lagi.

Lalu Jinhee mendongak pada Joon, pelan, dan bicara, "Joon-ah, sepertinya ucapan Leon itu benar."

"Eh?" Joon tak mengerti maksudnya.

Jinhee benar-benar melihat sekarang. Pandangan yang tadinya kosong, kini mengarah pada Joon. Dia bertanya, "Sebenarnya ... aku ini siapa?"

Dahi Joon mengernyit karenanya.

Jinhee mendaratnya genggamannya di lengan kanan Joon, lalu mereka menghilang dari pandangan Jungshin, seketika. Jungshin mengucek mata berkali-kali untuk memastikan persitiwa itu. Kedua tangannya terkulai, bibir dan matanya membelalak, punggungnya pun melemas. Jungshin terkena serangan mental.

Jiwon datang. Melihat hanya ada Jungshin di dalam kandang, dia menoleh ke sekitar, mencari Joon dan Jinhee. Matanya tak menemukan mereka, dia pun melontarkan kata, "Apa ini? Ke mana mereka berdua?"

Jungshin angkat bahu. Raut wajahnya menyiratkan keterkejutan dan kebingungan.

Jiwon sungguh tak mengerti. Padahal dia berada tepat di dekat pintu keluar area kandang sapi yang tenang ini dan tak ada pintu lain selain itu, tapi dia tak melihat Joon dan Jinhee keluar juga tak melihat mereka di mana pun di dalam area kandang sapi ini. Mereka pergi ke mana?