Chereads / Love in the EARTH / Chapter 10 - 08 - Petunjuk Baru 1

Chapter 10 - 08 - Petunjuk Baru 1

Karena mereka—Joon dan Jinhee—terus saja membicarakan tentang akan menetapnya Jinhee di Bumi, Joon jadi teringat pada kapsul terbang Jinhee yang dia sembunyikan di balik terpal malam itu. Joon menunjukannya pada Jinhee.

Di antara pepohonan yang tinggi dan di hampir dekat dengan sudut dinding pembatas lingkungan kampus, kapsul terbang itu tergolek. Tadinya Joon akan mengangkut benda itu hingga ke dalam bangunan di dekat sana yang terlihat tua dan kelam, tapi karena benda itu berat Joon hanya sanggup membuatnya tergolek dan akhirnya memutuskan untuk menutupinya saja dengan terpal berwarna biru navy. Joon merasa harus menyembunyikan benda itu karena kelihatannya aneh dan akan menarik perhatian. Joon menjelaskan semua itu pada Jinhee.

Jinhee mengangguk-angguk mengerti. Lalu dia bertanya, 'Itu tempat apa?' sambil menunjuk bangunan tua dan kelam berbentuk balok yang dimaksud Joon dalam cerita tadi.

"Katanya sih dulunya itu adalah laboratorium. Tapi sudah sejak lama bangunan itu tidak digunakan lagi dan jadi terbengkalai." Joon pernah mendengar itu dari bisik-bisik heboh para mahasiswi yang mencurigai adanya hantu dalam bangunan itu—Joon tidak menceritakan bagian hantunya karena dia merasa itu konyol dan tidak penting.

'Jadi, kapsul terbangku akan aman kalau disimpan di sana?' tanya Jinhee, antusias.

"Yah, karena tak pernah ada yang masuk ke sana kurasa," jawabnya, hampir yakin.

Baiklah, Jinhee akan memindahkan kapsul terbangnya ke dalam bangunan itu.

Dia mulai berkonsentrasi pada kapsul terbangnya. Sekejap kemudian, terpal biru menyingkap sendiri. Joon amat terkejut karenanya, lalu dia segera tahu bahwa itu perbuatan Jinhee.

Jinhee memfokuskan pikiran pada kapsul terbangnya, lebih dari sebelumnya. Lalu tiba-tiba CRING, kapsul terbang itu menghilang dari pandangan Joon. Rahang bawah Joon hampir jatuh ke tanah.

"Ke-ke mana benda itu?" tanyanya, horor, sambil menunjuk irit ke arah tempat beradanya kapsul terbang yang kini kosong.

'Kupindahkan ke dalam sana.' Jinhee menunjuk panjang ke arah bangunan tua.

"Benarkah?" Joon melompati tanah berlubang, akar besar, dan beberapa semak untuk mengintip ke balik jendela kotor bangunan tua. Dan dia benar-benar melihat keberadaan kapsul terbang di dalamnya.

Joon kembali pada Jinhee, sambil bertepuk tangan kagum dan berkata, "Wah, jadi itu yang namanya teleportasi? Hebat!" decaknya.

Jinhee biasa saja. 'Ini kan ke-tiga kalinya kau melihatnya. Kenapa masih kagum begitu?' kata Jinhee, polos.

"Tiga kali?" Joon berpikir. Dia mengingat-ingat, kapankah dia pernah melihat aksi teleportasi ini sebelumnya? Apakah benda-benda yang berterbangan di dalam kamar itu juga termasuk teleportasi? Ah, Joon tidak bisa menemukan jawabannya.

Jinhee akan menjawab. Katanya, 'Pertama, saat aku memindahkanmu ke kamar kos.'

Joon ber-oh-oh ingat.

'Kedua, saat kau bilang kau harus kembali ke mini market untuk membeli minuman satu lagi,' lanjut Jinhee, jelas.

Untuk peristiwa yang kedua itu awalnya Joon hanya mengangguk-angguk ingat seperti untuk peristiwa yang pertama, tapi anggukan itu berubah menjadi tolehan heran penuh tanya. Joon menyimpulkan, "Sebentar. Jadi jus itu ... jus itu hasil teleportasi dan bukan magic?"

'Magic?' Jinhee mengulang, dengan heran. Dia tak tahu apa itu magic.

"Jus itu bukan anakan dari jus yang satunya juga bukan kau yang membuatnya, tapi kau memindahkannya dari tempat lain, begitu?" Joon membuat kalimat yang lebih sederhana agar Jinhee bisa memahaminya. Dia sangat menantikan jawaban Jinhee.

Jinhee menjawab, 'Benda itu tidak bisa beranak dan aku tidak tahu cara membuatnya. Ya, aku mengambilnya dari suatu tempat.'

"HEH, itu namanya mencuri!" Joon amat kaget.

'Mencuri?' Jinhee memiringkan kepala.

Joon-lah yang salah, karena mengajak bicara alien yang hampir tidak tahu apa pun tentang manusia. Dia akan tanyakan ini saja, "Kau mengambil jus itu dari mana?"

Jinhee berpikir, 'Dari mini market yang kau pikirkan. Itu yang ada di seberang jalan sana.' Jinhee menunjuk ke arah jalan raya yang cukup jauh dari sini.

Joon menggenggam tangan Jinhee dan berkata, "Ayo ke sana. Kita harus minta maaf dan membayar jus itu." Lalu sambil menyeret Jinhee, Joon berceramah, "Teleportasi mungkin memang bakat khususmu, tapi kau tidak boleh menggunakannya untuk itu. Mengambil barang dari tempat orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, itu namanya mencuri. Mencuri itu dilarang, tidak baik, dan— pokoknya kita harus minta maaf!"

Entahlah. Jinhee mengerti atau tidak maksud ceramah singkat Joon kali ini. Sepanjang jalan, dia hanya menatap Joon yang menyeret dirinya dengan wajah serius.

Lalu dari arah kiri, "Sunbae!" teriak Manho, dan "Joon-ah!" teriak Jiwon. Teriakan mereka menghentikan langkah rusuh Joon dan hampir membuat Jinhee terbanting karenanya. Mereka menghampiri Joon dan Jinhee.

"Sunbae, selamat pagi," sapa Manho, sopan.

"Ya, pagi," balas Joon, singkat.

"Kau mau ke mana? Kelihatannya buru-buru sekali?" tanya Jiwon, santai.

Joon bingung harus menjawab apa.

Lirikan Jiwon jatuh pada Jinhee. Otomatis, dia bertanya, "Siapa nih? Pacarmu ya? Wow, cewek bule. Dapat dari mana? Heh, tapi kau keterlaluan. Apa-apaan genggaman tangan 'yang amat erat' itu?"

"Wu ..." Jiwon dan Manho sama-sama menggoda Joon.

Joon langsung melepaskan genggaman tangannya pada Jinhee, dengan gugup. Karena respons gugup-nya itu, Jiwon dan Manho menyimpulkan bahwa Joon dan Jinhee benar-benar pacaran.

Joon segera menyangkal, "Bukan. Dia ini bukan pacarku."

"Ey, nanti pacarmu ini marah lho?" kata Jiwon, menggoda. Lalu dia bicara pada Jinhee, "Hey, Orang Asing, siapa namamu? Kau ini pacarnya Joon, kan? Asal tahu saja, barusan itu Joon menyangkal hubungan kalian. Kau tidak marah?"

"Noona, kalau bicara sama orang asing itu harus pakai bahasa Inggris," kata Manho, menyabet jeda yang Jiwon berikan pada Jinhee untuk menjawab pertanyaannya.

Ada yang aneh di sini menurut Joon. Dia langsung melontarkan keanehan itu, "Hey, sejak kapan hubungan kalian jadi ... Noona-dongsaeng?"

"Oh?" Manho langsung menutup mulutnya. Seolah menyebut Jiwon dengan 'Noona' adalah suatu kesalahan.

Jiwon mendaratkan telapak tangan kirinya di pundak gemuk Manho. Dia tak marah, malah bilang begini, "Ada-lah pokoknya. Kau tidak perlu tahu."

"Eh? Kalau begitu, kalian juga tidak perlu tahu tentang dia." Joon menunjuk Jinhee, dengan telunjuk kanan, melewati sikut kirinya.

"Wah, berarti benar kalian itu pacaran," Jiwon menyimpulkan dengan seenaknya.

"Kalau begitu, kalian berdua juga pacaran." Joon tak mau kalah.

Manho menjelaskan, "Jiwon Noona, setelah melihatku memakan burger gepeng dan pisang rusak dalam kantong kertas yang dia lemparkan ke meja waktu itu, dia merasa bersalah dan mentraktirku makan banyak. Karena itulah aku memutuskan untuk memanggilnya 'Noona', untuk rasa terima kasih."

Jiwon membenarkan cerita itu lewat anggukan menantang dan senderan tangan bersahabatnya di pundak Manho.

"Kau tertarik pada anak gendut ini?" tuduh Joon.

"Apa?!" Jiwon sungguh tak tahan dengan tuduhan itu.

"Kalau tidak, kenapa kau merasa bersalah dan mentraktirnya makan? Bukankah kau itu biasanya sedingin kutub utara?" Joon benar-benar curiga. Dia terus meluncurkan tatapan berlistriknya pada Jiwon.

"Aku juga manusia, tau," Jiwon ngotot, "sedingin apa pun aku, jujur saja tindakanku waktu itu sungguh keterlaluan bukan? Memberikan makanan yang sudah menjadi sampah pada orang lain dan dilempar pula. Aku tidak sejahat itu."

"Oh." Lalu Joon melirik pada Manho, "Dan kau, kenapa memakan burger gepeng yang dia lemparkan itu? Aku tahu, kau itu rakus, tapi memangnya kau itu pengemis, hah?"

"HEH!" Jiwon memangkas habis kesedihan Manho dengan teriakan kerasnya. Dia memarahi Joon, "Kau tidak seharusnya bicara begitu ya? Itu namanya penghinaan."

"Terus kenapa? Kau mau apa?" Joon menantang. "Benar. Kalian ini benar-benar pacaran. Aku benar, kan? Manho-ya, ayo bilang yang jujur, kalian berdua ini pacaran, kan?"

Manho terdiam.

Jiwon menyela ke antara Joon dan Manho sambil berkata, "Berhenti mengganggu anak kecil ini."

'"Anak kecil ini?'" Joon mengulang, dengan gengsi yang tinggi. "Apanya yang anak kecil? Dia sudah 21 tahun dan gendut. Heh, berat badanmu berapa? Ayo bilang. Manho-ya?" Joon terus berusaha mendapatkan jawaban dari Manho yang Jiwon sembunyikan di belakang badannya—yang tidak cukup besar untuk menutupi Manho yang gemuk.

Tiba-tiba Jiwon menyerang Jinhee. Dia menyabet tangan Jinhee dan bertanya, "Hey, kau ada hubungan apa dengan Joon? Ayo bilang. Kau itu pacarnya atau hanya diperas olehnya? Kau tahu Joon suka menipu, kan? Hanya karena dia cukup tampan, kau jangan langsung percaya padanya. Dia itu penipu yang sangat lihai, tau? Kau harus berhati-hati."

"HEH!" Joon merebut lengan Jinhee, "Kau bicara apa pada anak ini, hah? Jangan mengarang cerita deh."

"Kalau begitu katakan, dia ini siapa dan datang dari mana. Aku akan diam. TAPI kau juga TIDAK BOLEH mencurigai kami lagi, atau ... atau ..." Jiwon berpikir cukup keras agar dirinya memenangkan kompetisi tanpa awal ini.

"Atau apa?" tantang Joon.

"Atau ..."

"Joon Sunbae!" suara riang kedengaran dari arah belakang Jiwon dan Manho, Seola berlari menuju kerumunan.

Jiwon tercerahkan karenanya. Dia melanjutkan ancaman, "Atau aku akan bilang padanya kalau kau itu sebenarnya jatuh cinta padanya. Bagaimana?"

Joon gelagapan seketika. Dia tidak jatuh cinta pada Seola, juga tidak menyukainya. Malah dia merasa risih atas keberadaan mahasiswi centil yang terlalu percaya pada kecantikannya itu. Joon menggeleng secepat mungkin.

Seola tiba di kerumunan. Melihat tingkah aneh Joon, dia bertanya, "Sunbae kenapa?"

Jiwon menggerakan alis dengan seram.

"Baiklah, AKAN KUPERKENALKAN," Joon memutuskan. Sambil menunjuk Jinhee dengan kedua telapak tangannya yang terbuka, Joon berkata, "Namanya adalah Jinhee, 18 tahun. Hm, dia dari Kanada, dan ... dia ini adalah adik sepupuku. Ya, adik sepupu."

"EH?" semua orang tak percaya dan langsung memelototi Jinhee dengan heran.

"Dia adik sepupu Sunbae?" ulang Manho.

"Kau pasti sedang menipu kami," tebak Jiwon, yakin.

Seola mengamati Jinhee diam-diam.

Joon menyembunyikan Jinhee ke belakang badannya. "Kenapa? Untuk apa aku menipu? Dia benar-benar adik sepupuku, tau. Dia datang ke sini untuk melihat-lihat kampus. Dia akan menetap dan kuliah di sini mulai tahun depan." Joon benar-benar pintar berbohong.

"Oh? Benarkah?" Jiwon takjub karena mungkin dirinya akan memiliki junior yang adalah orang asing.

"Benar!" kata Joon, ngotot.

"Kalau begitu, biarkan dia memperkenalkan diri. Aku mau dengar dia bicara," kata Manho, dengan bersemangat.

Joon gelagapan. Dia menjelaskan, "Jinhee— masih belum bisa berbahasa Korea, dan—identitasnya kan sudah kujelaskan dengan baik pada kalian. Dia tidak perlu memperkenalkan diri lagi.��� Joon semakin menyembunyikan Jinhee di belakang badannya, dan itu sama sekali tak berguna. Jinhee tidak lebih pendek daripada Joon. Dengan sedikit gerakan, dia bisa memunculkan wajahnya di atas pundak Joon. Joon harus bergerak ke kiri dan kanan hanya untuk menyembunyikan Jinhee dari rasa ingin tahu teman dan junior-juniornya ini.

"Pakai bahasa Inggris juga tidak apa-apa kok," kata Manho. Dia bisa mengerti, dan benar-benar ingin mendengar Jinhee memperkenalkan dirinya secara langsung. Karena mungkin ini adalah pertama kalinya dia bicara langsung dengan orang asing.

Joon berjinjit untuk menghalangi Jinhee yang tidak bisa diam sambil berkata, "Tidak bisa. Dia ini sangat pemalu. Dia—auh, kau bisa diam tidak sih?!" Joon marah pada Jinhee, untuk pertama kalinya.

Jinhee membeku.

"Heh, dia kaget tuh," kata Jiwon, yang juga kaget karena bentakan Joon barusan. Dia menyimpulkan, "Ternyata selain penipu, kau juga kakak yang jahat. Ckckckckck."

Melihat Jinhee terus terdiam, Joon jadi merasa bersalah. "Jinhee-ya? Kau tidak apa-apa?" tanyanya, lalu melambai-lambaikan tangan di muka Jinhee.

Jinhee menyingkirkan tangan Joon itu, lalu melangkah melewati Joon, dan berdiri tepat di depan Seola. Untuk waktu yang tidak sebentar, kerumunan ini hening. Manho, Jiwon, dan Joon memperhatikan Jinhee yang berdiri diam menatap Seola yang juga hanya diam menerima tatapan itu. Jinhee dan Seola seolah sedang ... sedang berkomunikasi?

Sementara Joon mulai merasa aneh dengan adegan ini dan hendak menyudahi keheningan, tiba-tiba Seola bicara, "Aku cantik? Menurutmu begitu?" Kedua pundak Seola berjingkrak senang.

Keseriusan membubarkan diri.

"Lihat! Menurut orang asing pun aku ini cantik." Seola benar-benar bahagia. "Jinhee-ya, makasih? Aku SUKA gayamu. Meski ... pakaianmu agak unik." Seola berkedip ngeri untuk pakaian Jinhee.

Manho mencolek lengan Seola dari balik badan Jiwon, "Apa-apaan sih kau ini? Dia tidak bilang apa pun kok."

"Hoh. Dia tidak bilang apa-apa," dukung Jiwon, tanpa berpihak. Dia dan Manho memang tidak mendengar kata apa pun dari Jinhee.

"Eh? Jelas-jelas dia memujiku cantik kok. Iya, kan, Jinhee-ya? Sunbae?" Seola sangat yakin dirinya bisa membuktikan itu.

Joon angkat diri dari perdebatan tak serius ini. Dia bertanya pada Jinhee lewat gerakan mata, apakah benar Jinhee memuji Seola cantik lewat telepati?—karena itulah yang dia curigai. Jinhee mengiyakan, tapi dia tidak mengirim ungkapan itu pada Seola. Dia pun kaget, bagaimana Seola bisa mendengar ungkapan itu?

Seola sibuk mengeluarkan ponsel, lalu katanya, "Jinhee-ya, mana ponselmu? Kita harus sering-sering berkomunikasi nih. Aku Jung Seola, ini Yoo Manho, dan itu Kang Jiwon. Tapi sebenarnya kau tidak perlu mengingat nama mereka sih, gak penting. Ingat aku saja, Jung Seola, oke? Atau kau mau memanggilku 'eonni'? Boleh saja, tapi—auh, kau tinggi juga ya? Mana ponselmu? Kau perlu menyimpan nomorku, tau. Kau—"

"Tidak perlu," potong Joon, "Untuk apa Jinhee menyimpan nomormu? Jelas, kau hanya akan menyombongkan diri saja di depannya, kan? Hanya karena dia memujimu 'cantik' satu kali? Kau tidak tahu malu."

Seola benar-benar terdiam, begitu pula dengan Manho dan Jiwon. Ketiganya tak ada yang menyangka Joon bisa bicara sekejam itu tentang diri Seola.

"Dan kalian berdua." Joon bicara pada Manho dan Jiwon, "aku akan membalas kalian. Jinhee-ya, ayo?" Joon menyeret Jinhee keluar dari kerumunan tidak penting ini. Ada hal yang lebih penting yang harus mereka lakukan, pergi ke mini market untuk minta maaf atas menghilangkan satu botol jus jeruk kemarin malam.

Kedua tangan Seola terkulai putus asa. Dia balik badan, dan melangkahkan kakinya dengan sangat lemas. Manho dan Jiwon mengikuti gerak menyedihkan gadis itu. Manho berkomentar, "Joon Sunbae kejam ya?" dan Jiwon menimpali, "Ya. Meski ucapannya tidak salah, tapi itu kejam sekali. Ayo? Kita juga harus ke kelas, kan?" Jiwon menyeret Manho mengikuti Seola yang berjalan menuju kelas pertama mereka hari ini.