Chereads / Deeana / Chapter 9 - Percakapan pertama

Chapter 9 - Percakapan pertama

Deg...

Apa Declan tak salah lihat, wanita itu adalah wanita yang ada di party, wanita yang selalu menganggu pikirannya akhir-akhir ini, dan ia juga adalah si pemilik kalung berliontin huruf D.

Netra nya tak henti-henti nya mengagumi kecantikan yang khas dari wanita itu, tatapan matanya begitu sendu dan jangan lupakan hijab yang selalu ia pakai menambah kecantikan nya, ia akui memang dirinya bukan muslim tapi saat melihat wanita itu mengenakan pakaian seperti itu entah kenapa ada desiran halus di dadanya, sejenak ia berfikir memakai pakaian tertutup dan hijab yang membalutnya saja sudah cantik apalagi kalau tidak memakai apapun, astaga pemikiran macam apa ini, menurut nya ia sudah gila karena hanya melihatnya saja. Tunggu-tunggu apa mungkin Declan ada di surga dan wanita itu bidadari Nya?.

Deeana yang melihat Declan yang hanya melihatnya saja merasa heran, ada apa dengan pria itu, apa ada yang salah dengan dirinya, dia pun memeriksa pakaian nya, dan ia tidak melihat ada yang salah, lalu kenapa Declan melihat nya terus. Lama kelamaan ia juga merasa risih.

Declan yang merasa Deeana tidak nyaman pun beralih menatap ke penjuru yang lain dan menetralkan perasaan nya.

"hmmm... Hai, loh masih inget gue kan? "tanya Declan yang sedikit gugup, ia mencoba untuk mencairkan suasana.

"iyah, saya masih ingat, kita waktu itu ketemu di party",jawab Deeana sambil tersenyum canggung. Ia merasa agak sungkan menjawab pertanyaan dari seorang vokalis band terkenal itu.

"ternyata loh masih ingat, gue gak nyangka kita bisa ketemu lagi, ya walaupun dalam keadaan seperti ini",tutur Declan. Ia berusaha untuk mengobrol lebih lama dengan wanita itu, entah kenapa setelah mendengar suaranya, jantungnya berdetak cepat seperti saat ia lari maraton.

Deeana yang mendengar itu hanya tersenyum ia tidak berniat untuk mencari obrolan biar Declan saja yang berbicara, rasanya mulutnya malas hanya untuk berbicara saja. Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat wanita dan pria paruh baya yang langsung mendekati brankar Declan. Deeana yang sudah tidak kuat akan kantuknya ia pun segera tidur karena rasanya tidak baik mendengar pembicaraan orang lain.

Declan yang mendengar suara pintu terbuka mengalihkan pandangan ke arah pintu dan ternyata orangtuanya yang datang, mereka terlihat senang akan kesadaran Declan dan ibunya langsung memeluk Declan disertai dengan isakan tangis, Declan yang mendengar hal itu langsung merenggangkan pelukannya lalu merangkum wajah orang yang telah mengandungnya.

"Mah, mamah kenapa nangis? ",tanya Declan seraya mengusap buliran air mata sang ibu.

"kamu gak papa sayang, apa ada yang sakit, nak?", tanya balik ibu Declan, ia merasa bahagia anaknya sadar kembali, ia merasa khawatir mendengar telepon yang menyatakan Declan masuk rumah sakit apalagi ada keterangan bahwa Declan dan dua temannya di keroyok, menambah kecemasan pada ibu Declan.

"tidak mah, jadi mamah jangan nangis lagi",tutur Declan. Papah Declan yang sudah mengetahui kondisi anaknya baik-baik saja merasa lega, ia pun mendekati Declan dan mengusap kepala anak semata wayang nya itu. Declan merasa bahagia memiliki keluarga yang lengkap dan harmonis ya walaupun papah nya selalu mengekang nya, tapi ia merasa sangat bahagia. Declan melirik ke arah brankar sebelahnya, ia melihat wanita itu sedang terlelap tidur, wajahnya begitu polos.

malam harinya, Declan melihat Deeana yang sedang membaca buku, di ruangan ini hanya ada dirinya dan Deeana kedua orang tuanya pulang karena sang papah akan pergi ke luar kota dan sang ibu menyiapkan apa yang papahnya butuhkan dan tidak lupa menyiapkan keperluan Declan di rumah sakit. Sedangkan kedua temannya di perbolehkan untuk pulang karena orang tua keduanya memilih untuk merawat anaknya di rumah, sebenarnya Declan juga di perbolehkan untuk pulang dan bisa menjalankan perawatan di rumah, tapi Declan menolak dengan alasan tidak ingin mamahnya kecapekan. Padahal ada alasan lain yaitu ia ingin mengenal lebih jauh sosok wanita yang ada di sebelah brankar nya.

Deeana tengah fokus membaca novel, tadi siang ummi menyempatkan untuk pulang setelah pergi membeli makanan, ummi menyiapkan keperluan Deeana dan tidak lupa membawa kan sebuah novel. Sekarang ummi nya pergi untuk Shalat setelah membantunya Shalat isya.

Ada sedikit yang mengganggu pikirannya sekarang sebenarnya ia risih jika harus berdua dengan pria dalam satu ruangan tapi apa boleh buat, rumah sakit ini sudah penuh dan hanya ruangan ini saja yang tersisa. Ia membolak balikan buku tak tentu arah matanya fokus ke buku sedangkan pikirannya tengah waspada.

Declan merasa ini waktu yang tepat memulai obrolan dengan gadis berhijab itu, tapi lidahnya terasa kelu, ia tidak tahu harus memulai dari mana. apa harus ia memulainya dengan menanyakan sedang apa?, dan oh lihatlah tidak mungkin Declan menanyakan pertanyaan itu, jelas-jelas gadis berhijab itu sedang membaca buku, lantas apa yang harus Declan lakukan, dirinya serasa kalut dan jangan lupakan jantungnya yang selalu berdebar ketika ia dekat dengan gadis berhijab itu.

"Ekhem.... lo lagi baca yah, ummi loh dimana? ",tanya Declan akhirnya, ia memutuskan untuk menanyakan perihal ummi gadis itu, daripada dirinya serasa gondok karena tidak berbicara dengan gadis berhijab yang berada di sebelah brankar nya.

Deeana menoleh mendengar pertanyaan yang terlontar dari pria yang berada di sebelah brankarnya.

"ummi pergi ke mesjid",jawab Deeana ia tidak tahu kenapa pria itu menanyakan ummi nya, apa karena mereka disini hanya berdua saja dan Declan merasa kesepian, pikirnya.

Declan tidak perlu bertanya sedang apa ummi gadis itu pergi ke mesjid, tentu saja untuk melaksanakan ibadah.

Tiba-tiba terdengar suara ponsel yang ia ketahui milik gadis itu. Declan melihat gadis itu mengangkat ponselnya, ia lalu merebahkan tubuhnya, tubuhnya serasa remuk, ia tidak tahu dengan teman-temannya apakah seperti dirinya karena ia masih ingat bahwa teman-temannya yang lebih dahulu jatuh pingsan, dan tadi saat sadar pun kedua temannya bangun harus di bantu, tidak bisa bangun sendiri, makan pun oleh ibu masing-masing di suapi, seharusnya mereka masih di rumah sakit, tapi karena orang tua mereka tidak mau anaknya di rawat di ruang ekonomi, dan memutuskan untuk membawanya pulang.

Ia masih mendengar gadis itu berbicara dengan seseorang, inginnya ia mengobrol banyak dengan gadis itu, tapi apa boleh buat, gadis itu terlalu kaku untuk ia ajak bicara, biasanya wanita yang berada dekat dengannya terang-terangan akan melakukan segala cara agar ia melihatnya, dan bahkan dengan berani mengajaknya untuk mengobrol, tapi gadis ini hanya diam dan tidak mengatakan apapun, gadis itu hanya bicara jika ditanya saja, ia jadi bingung sendiri, masih ada saja gadis yang tidak terjerat dengan pesona nya.