Derap langkah seseorang memecahkan fokus Deeana yang sedang membaca buku, ia menutup buku dan melihat siapa yang datang, terlihat disana wanita paruh baya yang sangat ia hormati.
"Deea, kamu nggak makan, ini udah siang loh",kata ummi yang mencoba untuk menarik minat makan Deea.
setelah kejadian tadi malam, Deeana memutuskan untuk mengunci diri di kamar, awalnya ia ingin meminta maaf dengan mendatangi nek Ami, tapi ia masih merasa takut ketika bertemu nek Ami.
"hm... iyah ummi, nanti saja Deea masih belum habis bacanya, kalau udah Deea pasti makan", alibi Deea.
ummi yang mendengar hal itu hanya terdiam, ia tahu kalau sebenarnya Deea mencoba menghindari nek Ami.
"Ya sudah kalau begitu ummi pamit, jangan lupa makan, ummi mau pergi sama Abi", pamit ummi kepada Deeana.
"iyah ummi", ujar Deea. setelahnya Deea menyalami ummi, tak lupa ummi mencium kening Deea.
seperginya ummi, Deea membuka ponselnya ada satu pesan dari Carissa, Carissa mengajak dirinya untuk pergi ke toko buku, sama halnya dengan pesan dari Tasyana. jujur saja ia keluar kamar saja takut, apalagi keluar rumah, ia takut berpapasan dengan nek Ami, tapi apa iyah harus berdiam diri di kamar terus-menerus.
"huh, kenapa semalam aku teledor, kalau semalam aku nggak salah ngasih gula, mungkin aku bisa keluar kamar dan bisa ketemu sama Caris dan Tasyana", rutuk Deeana, ia menyesal akan kejadian semalam, ia tidak tahu akan seperti apa nek Ami kepadanya bersikap, tidak salah pun nek Ami akan memarahinya, apalagi ini. Deea akhirnya membalas pesan kepada Caris bahwa ia tidak bisa bertemu dengan keduanya hari ini. setelah itu ia kembali membaca buku.
Ingin rasanya ia berlama-lama di kamar, tapi perutnya tidak bisa diajak berkompromi, ia merasa lapar, kepalanya juga serasa pening mungkin ini efek dari dirinya belum makan dari pagi, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar tujuannya adalah meja makan, beruntungnya ia tak melihat nek Ami, mungkin nek Ami pergi keluar fikirnya.
sesampainya di meja makan ia membuka tutup saji dan melihat cuman ada ikan dan nasi serta air putih saja, ia tak salah lihat kan, biasanya ummi Ana selalu mempersiapkan makanan lebih dari satu menu. Saat ia hendak mengambil piring dan memakannya, suara seorang wanita mengalihkan perhatiannya.
"oh, enak yah cuma numpang tapi makan gratis",ucap seorang wanita yang mengejutkan Deeana, ia melihat ke arah siapa yang berbicara kepadanya, dan betapa terkejutnya saat melihat nek Ami. ia segera berdiri dan menundukkan kepalanya, ia takut nek Ami memarahinya lagi, walau tak bisa ia pungkiri nek Ami pasti akan memarahinya.
"kenapa kamu bengong pas buka tutup saji, karena cuma ada nasi dan ikan doang. Heh!, inget yah, kamu tuh cuman parasit di keluarga ini, jadi jangan harap kamu bisa makan enak selama ada saya!", sarkas nek Ami yang mengejutkan Deeana, Deea baru menyadari kalau sarapan ini adalah rencana nek Ami, biasanya ketika nek Ami datang pun Deeana masih tetap memakan makanan yang ummi siapkan dengan berbagai menu, mungkin karena kejadian semalam yang membuat nek Ami menyiapkan makanan hanya dengan ikan saja, Deea hanya menundukan kepalanya tak berani menatap wajah nek Ami.
"kamu juga balas dendam kemarin kan sama saya karena saya selalu memarahi kamu! ", ujar nek Ami dengan nada tinggi, Deeana tahu ini karena kejadian semalam, Deea pun memberanikan diri menatap wajah nek Ami, Deea pikir memang ini salahnya dan harus segera meminta maaf lagi kepada nek Ami, Deea tahu tak mudah mendapatkan maaf nek Ami tapi ia akan berusaha.
"n... nn.. nen.. nek m.. maaf a... atas kejadian semalam, Deea nggak sengaja",ucap Deea terbata, ia merasa gugup, jantungnya berdebar dengan kerasnya, keringat dingin mulai bercucuran, mungkin bisa di bilang ia lebay, tapi demi apapun Deea sangat takut dengan nek Ami.
"apa, maaf!, saya nggak akan sudi maafin kamu, inget yah parasit, kamu itu cuman anak yang numpang hidup di rumah anak saya, kamu itu bisanya cuma ngerugiin keluarga ini aja, bukan siapa-siapa tapi bisa hidup enak. Sekolah kamu di biayain, makan gratis, tidur gratis, semuanya gratis, mana ada orang yang sebaik anak saya, pasti kamu guna-guna dia kan!", sarkas nek Ami.
Deea yang mendengar itu hanya menundukkan kepalanya, air matanya menumpuk di pelupuk matanya, satu kali kedip saja air matanya akan keluar menuruni pipi manisnya, tapi sekuat tenaga ia menahannya, ia tak menyangka nek Ami akan berpikir seperti itu, ia tahu nek Ami selalu marah kepadanya dan selalu menyebutnya sebagai parasit, tapi nek Ami tak sekalipun menyebut nya memakai guna-guna.
Memang benar yang dilakukan keluarga Taufiqurrahman mungkin bagi sebagian orang itu tidak wajar, keluarga ini membiayai semua kebutuhan Deeana, dari mulai kebutuhan sekolah hingga kebutuhan yang lainnya, bahkan modal ketika ia akan bekerja sama dengan teman-temannya pun dari keluarga ummi, ia sadar akan hal itu, Sultan pun ketika tinggal bersama pamannya dia tetap membayar uang pesantren kepada pamannya. Pamannya bukan tidak bisa membayar yang ia butuhkan disini hanya saja keluarga ini selalu menolak pemberian pamannya, dengan alasan sudah menganggap seperti anak sendiri.
"eh... malah ngelamun kamu! ", ujar nek Ami yang mengagetkan Deeana. Deea yang kagetpun mencoba untuk menatap netra nek Ami, Deea mengumpulkan keberanian untuk menyela tuduhan nek Ami bahwa itu semua tidak benar.
"n.. nn.. nek demi allah saya nggak pernah guna-guna abi m.. m..maupun ummi", kata Deea dengan susah.
Nek Ami yang mendengar hal itu langsung mendekati Deeana dan menjambak kerudungnya.
"heh, kamu parasit!, jangan bawa nama allah, sok suci kamu, kamu punya apa memangnya, paman kamu kan cuma pendiri pesantren dan itu pesantrennya juga pesantren kecil, mana bisa hidupin kamu di kota ini! ", sarkas nek Ami yang semakin mengeratkan cengkeramannya di kerudung Deeana.
Ishaq yang sedari tadi mendengar kegaduhan akhirnya ia menuruni anak tangga dan terkejutnya ia ketika neneknya mencengkeram kerudung Deeana.
"Nek, cukup nek, kasian Deea! ",teriak Ishaq yang masih berada di undakan anak tangga, ketika mendengar itu nenek mendorong Deeana hingga ia terjatuh ke lantai, Ishaq yang melihat itu langsung berlalari menghampiri Deeana, nek Ami lalu pergi meninggalkan sepasang manusia yang tengah terduduk itu, Ishaq merasa bersalah dan hatinya sedikit sakit ketika melihat Deeana menangis sesenggukan.
"Hiks.. hiks... hiks..., gue gak pake guna-guna shaq, hiks... hiks.. d... dd... demi allah", ucap Deea dengan tersedu.
"iyah, gue percaya sama loh", balas Ishaq Ia akhirnya mencoba merangkul Deea, walau ia tahu tak seharusnya ia merangkul Deea karena bukan muhrim, tapi ia tidak tega membiarkan Deea berjalan sendiri ke kamar karena wanita itu terlihat pucat dan lemas.
"Makasih Shaq hiks... karena loh percaya gue, loe gak usah anterin gue, gue bisa sendiri hiks... ",ucap Deeana sambil terisak, setelah itu Ishaq melepaskan rangkulannya tapi ia masih melihat ke arah Deeana, Deeana pun berjalan ke arah tangga.
saat berada di undakan tangga, tiba-tiba Deea merasakan pusing, kepalanya serasa ditusuk-tusuk, ia tidak tahu kenapa, rasa pusing itu semakin menguap, dan perlahan menggelap seketika.
BRUKKKKKKKK....