"Emmmmmmm, makanan kesukaan papa. Rendang ati, ini pasti mama yang masak kan?" Ujar pa Pratama menggoda istrinya.
"Iya pa, tapi dibantuin sama menantu kesayangan papa ini." Seru mama Dina tersenyum melirik Lia.
"Wah, dua wanita cantik dan shalehah yang memasaknya. Pantesan saja jadi tambah enak makanannya, ya kan Irwan? Hahaha.." Ujar pa Pratama memuji sembari menggoda istri dan menantunya lalu kemudian tertawa kecil.
"Pasti dong pa, restoran bintang lima juga kalah kalau mama dan Lia sudah masak berdua, hahaha.." Sahut Irwan yang juga ikut tertawa kecil.
Sementara kedua menantu dan mertua digoda itu, seketika pipi mereka memerah dan tersipu malu. Suasana pun penuh dengan kegembiraan, namun di tengah canda tawa mereka. Tiba-tiba Maya datang, ia langsung menyerobot masuk dan berjalan menghampiri mereka.
"Neng Maya tunggu, kan saya sudah bilang. Tunggu di ruang tamu." Terdengar suara bi Siti panik.
Maya tidak menjawab bi Siti ataupun menghentikan langkahnya, sebaliknya ia terus melangkah sampai ia sudah berada dihadapan Lia, Irwan dan kedua orangtuanya.
Seketika mereka merasa terkejut dengan kedatangan Maya yang secara tiba-tiba, bahkan tanpa rasa sopan seperti layaknya tamu yang sedang bertamu ke rumah orang lain.
"Wah, sedang berkumpul rupanya. Baguslah kalau begitu, sepertinya pekerjaanku akan menjadi sangat mudah." Ujar Maya dengan angkuhnya..
"Siapa kamu? Beraninya masuk rumah orang, tanpa permisi." Tanya mama Dina dengan nada yang cukup kasar.
"Oh iya, saya hampir saja lupa untuk memperkenalkan diri saya. Perkenalkan nama saya Maya Wijaya dan saya adalah calon menantu mama dan papa yang baru, karena sebentar lagi mas Irwan akan menikahi saya dan menceraikan wanita mandul itu." Jawab Maya dengan penuh percaya diri.
"Menantu baru? Maksud kamu apa?" Tanya mama Dina bingung yang juga berbicara dengan nada sedikit membentak.
"Ma, sabar ma. Biar Lia yang akan bicara secara baik-baik dengan Maya." Kata Lia yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.
Lia menghampiri Maya dan berkata kepada Maya, "Maya, kita bicara di ruang tamu yuk." Lia berusaha merangkul Maya.
Namun Maya malah menepis tangan Lia dan kemudian berkata, "Jangan sentuh aku, dasar wanita licik. Kamu sudah membohongiku." Seru Maya dengan nada yang kasar dan terdengar membentak..
Sikap Maya membuat Lia terkejut, karena Maya yang ia kenal dulu, tidak seperti Maya yang ia kenal sekarang. Sudah tidak ada lagi Maya yang penurut dan bersikap manis serta manja kepada dirinya, yang ada sekarang hanyalah Maya yang sangat membenci dirinya.
"Eh dasar kamu memang wanita kurang ajar, beraninya kamu bersikap seperti itu kepada menantu saya." Seru mama Dina yang balas membentak Maya, karena mama Dina tidak terima dengan perlakuan Maya terhadap Lia.
"Mama masih mau panggil dia menantu kesayangan mama, Apakah mama tau kalau wanita yang mama sebut menantu kesayangan mama ini adalah wanita yang sangat Licik dan pembohong?" Ujar Maya yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
"Jangan panggil saya mama, saya tidak sudi wanita sepertimu yang tidak tau sopan santun memanggilku dengan sebutan mama dan apa sebenarnya maksud kamu dengan mengatakan kalau Lia wanita licik dan pembohong?" Seru mama Dina tegas dan kemudian balik bertanya kepada Maya..
"Wanita ini yang mama sebut sebagai menantu kesayangan mama, dia adalah pembohong. Karena ia sudah berjanji kepada saya untuk bercerai dengan mas Irwan, tapi Kenyataannya sekarang ini dia malah kembali lagi dengan mas Irwan." Jelas Maya yang semakin emosi sambil menunjuk kearah Lia..
"Apa? Bercerai? Lia, apakah yang dibilang wanita ini benar?" Mama Dina menatap Lia dan bertanya kepada Lia.
Lia hanya diam, dan menunduk tanpa kata.
"Lia, mama sedang bicara sama kamu. Kenapa kamu diam?" Tanya mama Dina lagi yang berharap mendapatkan jawaban seperti apa yang ia ingin dengar.
Maya tersenyum puas, melihat mama Dina yang sudah mulai emosi kepada Lia.
Mama Dina melihat senyuman Maya, membuatnya kembali berkata, "Hm, mama mengerti kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan mama. Itu pasti karena apa yang dibilang wanita ini adalah bohong kan Lia?" Lanjut mama Dina..
"..."
Lia masih terdiam dan tidak ada tanda-tanda untuk bicara..
Sementara Maya sempat terkejut mendengar kata-kata mama Dina yang mengatakan bahwa kata-katanya adalah kebohongan belaka.
"Sudah pasti dia tidak akan menjawab pertanyaan mama, karena semua yang aku katakan ini memang benar. Ya kan kak Amel.." Lanjut Maya berusaha menepis pemikiran mama Dina yang mengatakan bahwa apa yang ia katakan adalah kebohongan..
"Sudah cukup Maya, kamu memang benar-benar keterlaluan." Ujar Irwan yang sudah tidak sanggup lagi menahan amarahnya..
Irwan pun menarik tangan Maya dengan paksa, namun Maya mencoba untuk menepisnya.
"Kenapa mas Irwan? Kamu takut kalau mama dan papa kamu tau tentang hubungan kita? Bukankah kita sudah tunangan seminggu yang lalu?" Kata Maya dengan nada meninggi dan semakin tidak terkendali..
"Oh, atau memang kamu masih ingin kembali sama ka Amel. Makanya kamu bersikap seperti ini kepadaku, kamu lupa apa yang sudah kita lakukan waktu itu mas Irwan. Kamu menciumku, memelukku, dan bahkan kamu menikmati tubuhku. Ya kan mas Irwan?" Lanjut Maya kata-katanya terdengar seperti ancaman bagi Irwan.
Lia dan orang tua Irwan pun terkejut mendengar kata-kata Maya,
"Menikmati tubuhku? Apakah itu artinya Maya dan mas Irwan sudah.." Ujar Lia dalam hatinya, Lia tidak berani meneruskan apa yang ia telah pikirkan. Karena itu sangat menyakitkan baginya.
Lia sama sekali tidak menyangka bahwa Irwan sanggup melakukan hal seperti itu dengan wanita lain.
"Maya cukup." Teriak Irwan yang kemudian sontak menampar wajah Maya.
Maya yang mendapat tamparan dari Irwan pun langsung terdiam sejenak, sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Irwan.
"Berani kamu mas menampar aku. Aku sudah memberikan segalanya untuk kamu, seluruh hati aku bahkan kesucianku untukmu mas, tapi sekarang apa yang kamu lakukan kepadaku. Kamu malah menampar wajahku, hanya karena kamu ingin kembali kepada wanita mandul itu. Tega kamu mas, aku benci kamu.." Seru Maya lirih dengan penuh kekecewaan dihatinya..
Kemudian Maya pergi meninggalkan rumah Irwan...
Irwan menoleh kearah Lia dan orang tuanya, yang saat itu tidak memalingkan tatapan dan perhatiannya sedikit pun dari Irwan dan Maya.
Pa Pratama menghampiri Irwan dan kemudian tanpa basa-basi lagi ia langsung menampar wajah Irwan dengan sekeras-kerasnya lalu kemudian ia berkata, "Papa sama sekali tidak menyangka, kamu sanggup melakukan hal sehina itu Irwan. Kamu bukan saja mengkhianati istri kamu, tapi kamu juga telah membuat papa dan mama kecewa kepadamu. Papa malu dengan perbuatan kamu Irwan. Aaaagggghhhh." Kata-kata pa Pratama pun terhenti, ketika ia merasakan jantungnya sangat sakit sehingga ia kembali mengalami serangan jantung. Karena emosinya yang sudah memuncak dan tidak terkendali setelah mengetahui semua yang telah terjadi terhadap rumah tangga anak dan menantu kesayangannya itu..
"Papa.." Teriak Lia dan mama Dina hampir secara bersamaan.
"Cepat bawa papa ke rumah sakit." Seru mama Dina khawatir, air matanya mengalir begitu deras dipipinya.
Irwan segera mengangkat tubuh pa Pratama dan memasukannya ke dalam mobil, diikuti oleh Lia dan mama Dina yang juga ikut masuk ke dalam mobil. Dengan laju Irwan membawa mobilnya menuju rumah sakit..