Chereads / Bunga Lentera / Chapter 36 - Regresi (7)

Chapter 36 - Regresi (7)

Kenapa bayangan ingatan ini ditunjukan kepadaku? Kalimat itu menemaniku mengarungi kegelapan tangan-tangan yang menarikku dalam dasar kegelapan. Untuk apa aku mengetahui semua ini, sebab pada akhirnya akhir dari ceritaku dan Tao adalah sama. Aku akan menghentikannya, meskipun nyawaku akan melayang demi itu.

Dengan lembut tangan-tangan itu menjatuhkanku di dalam kediaman Noctis, lebih tepatnya dalam ruang tengah tempatku biasa mendengarkan Tao memainkan pianonya. Mataku menjadi kabur dan tubuhku melemah. Ketika aku berusaha berdiri dan berjalan, baru beberapa langkah saja aku pun terjatuh.

Sebuah lantunan lagu menari di telingaku. Carnation, aku mengenal lagu ini seperti telapak tanganku sendiri. Apakah Tao memainkan pianonya lagi? T-Tidak, aku merasa orang lain yang memainkannya. Sebab, sentuhan lincah ini... bukanlah milik Tao.

Meskipun kesulitan... aku pun terus berjalan mendekati arah suara itu. Namun, sebelum aku mencapai dia, orang itu berhenti memainkan pianonya dan berbalik memandangiku. Dengan tubuhnya yang lebih besar dariku, orang itu mengangkatku dengan mudahnya. Sehingga aku dapat melihat dengan jelas, senyuman dan tatapan penuh kasih sayang yang ia tunjukan kepadaku.

Esmeralda.

"Utututuu, si kecil kangen Mama ya?" katanya.

Ha? Mama? Aku mengerutkan keningku dan menapok pipi perempuan pemimpi itu hanya untuk terkejut melihat tanganku yang mengecil. T-Tunggu dulu! A-Aku... jadi seorang bayi? Seriusan?

"Tunggu sebentar yaa, sedikiit lagi, Mama bisa main denganmu sepuasnya," kata Esmeralda yang menggendongku di ke depan piano. Dengan tangannya yang bebas, ia susah payah menulis sebuah skor lagu sembari memastikan tubuhku terasa nyaman.

Meskipun mataku tak dapat melihat skor lagu tersebut, namun mendengar melodi yang perempuan ini mainkan aku pun mengerti bahwa teman lama yang menggubah lagu Carnation ialah Esmeralda. Tetapi, perkataannya membuat benakku terusik. Apalagi berbeda dengan bayangan ingatan yang lalu, sekarang... aku seakan-akan dikirim kembali ke masa lalu dan dapat berinteraksi dengan mereka.

Mungkin inilah saat yang tepat, untukku bertanya kepada Esmeralda.

"B-Ba, da, dah!"

Eh? Kok aku malah mengeluarkan aneh?

"Kenapa, hmmmm? Kamu mau tahu Mama lagi ngapain?" tanya Esmeralda membaca pikiranku. Apaboleh buat, sepertinya ada sihir aneh yang membuatku tak dapat berbicara. Aku pun mengangguk.

"K-E-P-O!" balas Esmeralda yang kemudian tertawa cekikikan.

Astaga! Esmeralda, begitukah caramu memperlakukan seorang bayi? Aku pun segera memberontak kesal dan membuat Esmeralda kerepotan tetapi dengan sabarnya dia menimahku dan kemudian melanjutkan menulis di kertas itu.

"Ini adalah hadiah ulang tahunku untuk Duchess Noctis. Dan juga... ucapan perpisahanku," kata Esmeralda kemudian.

"Ba?" (Perpisahan? Apa yang dia katakan?)

"Duchess Noctis selalu berupaya membuatku bahagia... Tetapi justru permintaanku itu membuat ia menderita setiap harinya," katanya yang berhenti menulis sejenak untuk mengusap matanya sebelum berkata, "Bilasaja... aku tidak meminta lebih, bilasaja aku puas menjadi seorang kepala pelayan, maka Duchess takkan menderita seperti ini karena takut kehilanganku."

Esmeralda tertawa kosong tanpa menyadari air matanya menetes setitik, "Haduh, kamu pasti bingung ya kenapa Mama begini," katanya yang mencubit pipiku dengan gemas,

"Duchess Noctis... telah mengubah hidup Mama yang penuh dengan ketakutan dan penderitaan, menjadi kehangatan dan kebahagiaan. Dahulu, Mama bahkan tak bisa tidur tanpa membuka sebelah mata... namun kini, aku banyak mendapatkan hal dari Duchess. Karenanya, mungkin Mama merasa sombong sekali dan tak tahu budi, tetapi bagi Mama... Duchess Noctis adalah sosok orang tua bagiku,

Karenanya... Mama ingin membuat Duchess Noctis bahagia. Karenanya, Mama menikah dengan Raja George dan memilikimu. Sebab, Mama adalah.. Malice terakhir di dunia ini, sebelum kamu datang di dunia,"

Esmeralda tiba-tiba menatapku dengan dingin, "Kamu... adalah tumbal agar Mama dan Duchess Noctis dapat hidup bahagia selamanya," katanya.

H-Ha?! Orang ini sudah gila? Dia mau mengorbankan seorang bayi keicl untuk keegoisannya sendiri? Dengan kesal, aku segera menapok keras wajah perempuan itu tetapi apalah arti kekuatan seorang bayi.

Esmeralda tertawa kecil, "Bercanda! Hadeuh, jangan marah gitu dong sama Mama," katanya menggesek-gesekan hidungnya dengan gemas di dadaku. Setelah puas menggodaku, dia pun tersenyum dan menatapku dengan dalam,

"Mama akan melindungimu, Eclair kecilku."

E-eh? Barusan.. jangan bilang kamu-

Tanpa memberikanku kesempatan, tangan-tangan kembali menarikku tenggelam dalam lautan kegelapan. Ombak kuat menghempaskan tubuhku ke sebuah hutan yang mati dan beku. Dingin menusuk hingga ketulangku, bibirku langsung pecah-pecah setelah ditampar angin dingin yang kering.

Di hadapanku... aku melihat Tao memangku tubuh Esmeralda yang pucat. Darah mengalir dari lubang di dadanya membentuk sebuah sangkar raksasa yang mengurung kedua wanita itu di dalamnya. Dengan tangan gemetar, Tao memegang wajah Esmeralda dengan tangisan yang tak terbendung.

"Maaf... Maafkan aku... Seharusnya aku tahu betul, bagaimana aku bisa melupakannya! Nyght, selalu menginginkan apa yang kusayangi. Bilasaja aku tidak menyayangimu terlalu dalam seperti ini, maka dia takkan mengamuk lebih cepat... Maka.. maka... kamu tak perlu mati demiku... Maafkan aku, Esmeralda... maafkan aku!" tangis Tao memeluk erat tubuh Esmeralda dalam dekapannya.

Sangkar darah itu pun semakin lama mendekati tubuh Tao. Semakin dekat sangkar itu kepadanya tubuh Esmeralda pun terurai bersama dengan angin, menjadi cahaya kecil yang merasuki tubuh Tao. Hingga akhirnya tak ada satu pun dari perempuan itu yang tersisa, selain pakaian yang terakhir kali ia kenakan.

"Kenapa... kenapa harus kamu... Bukankah anak itu yang seharusnya menggantikanmu?!" kata Tao yang memeluk erat gaun Esmeralda tanpa mempedulikan tiang sangkar itu terlepas dan menghujam punggungnya, masuk dan menyatu dalam tubuh Tao.

Matanya menatapku dengan begitu tajam. Hawa dingin menghujam tubuhku, menghentikan denyut jantungku seketika. Tatapan penuh dengki dan niat membunuh yang sangat itu membuatku membeku seketika.

Angin kuat menghembuskan tubuhku dan membawaku kembali ke kediaman Noctis. Disana, aku melihat Tao menunjukkan sosok aslinya ketika menatap seorang bayi di kertanya. Sembilan matanya terbuka lebar dengan mulut penuh taring yang siap mengkoyak-koyak bayi itu. Tangan-tangannya yang bagaikan sebilah pedang yang tajam didekatkannya pada leher bayi itu. Nafasnya memburu, matanya melotot ... dia akan membunuh anak itu.

"Bilasaja Esmeralda tidak mengorbankan hidupnya untuk melindungimu!" teriaknya.

Tetapi... tak pernah ia mengayunkan bilah pedang lengannya itu. Seberapa besar keinginan untuk membunuhnya. Ketika bayi itu menangis kemarahan Tao pun mereda, hingga tubuhnya kembali ke wujud manusianya. Hal yang membuatku terkejut ialah... Tao kemudian menggendong anak itu, dan menangis dalam kesunyian... sembari dengan canggung menenangkan bayi itu.

"Ah, betapa aku ingin membunuhmu," katanya sembari menepuk dada bayi itu, "Tetapi kamu adalah bagian dari hidupnya... Namun, aku tak bisa memberikanmu kehangatan, aku tak bisa memberikanmu rasa kasih sayang, aku tak bisa menganggapmu sebagai putriku sendiri. Sebab, kamu telah merenggut hal terpenting dalam hidupku. Tetapi, aku akan menjaga dan membesarkanmu... agar bagian Esmeralda yang ada di dalam dirimu pun dapat hidup. Apakah kamu mengerti? Eclair Cadenza Noctis," lanjutnya.

Bagaimana bisa ie bertanya demikian pada seorang bayi yang bahkan hanya bisa babibubebo itu? Seharusnya dia sendiri yang mengatakannya kepadaku... Tanpa perlu menunjukanku ingatan ini.

Iya... aku paham. Sejak kecil aku selalu paham. Bagimu, aku hanyalah beban yang ingin segera kamu singkirkan. Selama ini kamu selalu memandangiku dengan kebencian, sebab aku adalah orang yang telah merebut segalanya padamu. Sungguh... Tak perlu semua ini.

Bila saja... aku tak pernah dilahirkan di dunia ini, maka kamu tak perlu mengorbankan begitu banyak orang tak bersalah. Bila aku tak ada di dunia ini, maka... Lumina akan hidup dengan bahagia. Bilasaja Esmeralda lebih memilih dirimu dibanding aku, maka kamu tak perlu menderita seperti ini bukan?

Karena itukah... kamu ingin memutar balikkan waktu? Sebab kamu... ingin menukarkan diriku dengan Esmeralda. Dan sekarang aku hadir dalam rencanamu, untuk mengganggumu. Sepertinya sejak awal, aku telah ditakdirkan untuk menjadi kanker yang membuatmu tersakiti?

Ahahahahaha... Lucu sekali diriku ini. Aku sudah tahu bahwa engkau tak pernah sekalipun menyayangiku ataupun setidaknya menganggap diriku sebagai putrimu. Tetapi, setelah mendengar hal itu sendiri dari mulutmu, mengapa air mata ini tak pernah berhenti mengalir?

Tiba-tiba sebuah pintu terbuka, kini bukanlah sebuah kegelapan yang menantikanku melainkan cahaya. Cahaya itu memanggilku lagi... entah, dia akan membawaku kemana lagi.