Chereads / Bunga Lentera / Chapter 40 - Penebusan (1)

Chapter 40 - Penebusan (1)

Wajah Arielle mengutarakan kekhawatirannya yang sangat. Dengan mata yang merah berkaca-kaca itu, Arielle pun memukul-mukul dada Arthur ,"B-Bodoh, dasar bodoh! Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh, bodoh!" katanya.

Berusaha menahan serangan bertubi-tubi Arielle, Arthur pun menangkap kedua tangan itu. Tetapi matanya terbelalak melihat Arielle menangis tersedu-sedu. Segera laki-laki itu memeluk Arielle dalam dekapannya. Tangannya begitu canggung ketika ia meraih kepala gadis itu dan mulai mengelusnya dengan penuh kasih sayang,

"Tenang saja Arielle. Kamu tahu, kan, aku adalah orang yang kuat. Raja George takkan mampu mengambil alih tubuh ini, percayalah," katanya berusaha menenangkan Arielle.

"Ta-tapi, bukankah kamu yang bilang ingin hidup bebas? Kamu justru mengorbankan kebebasan itu! Bila para ksatria menemukanmu... Mereka akan mengambil kembali jantungmu!" kata Arielle.

"Disaat itu, kamu akan datang menyelamatkanku, bukan?"

"B-Bagaimana bila aku tak dapat? A-aku akan kehilangan dirimu," kata Arielle.

"Arielle, sayang, dengar," kata Arthur mengangkat kepala Arielle, "Apakah kamu lupa dengan janjiku padamu? Aku akan selalu berada disisimu, apapun yang terjadi. Jadi, percayalah kepada suamimu yang hebat ini ya?" lanjutnya.

"Suami yang bodoh,"

"Iya-iya, istriku yang paling pintar di dunia,"

Arielle pun membenamkan diri kembali dalam dekapan Arthur. Rasanya, melihat tingkah mesra mereka, telingaku menjadi panas. Astaga, apakah mereka tak tahu bahwa selama ini aku melihat drama sabun ini? Memang, cinta bisa membuat seseorang jadi buta.

Tetapi... disaat yang sama, aku merasa bersalah.

Demi tujuannya, Tao akan mengorbankan seluruh makhluk hidup di benua ini. Kebahagiaan dan kasih sayang yang kulihat dihadapanku, sebentar lagi akan menghilang. Begitu pula kebahagiaan dan kasih sayang yang ada di bagian dunia lain. Semua karena Esmeralda mengorbankan dirinya demi diriku.

Bilasaja, akulah yang menjadi tumbal untuk mengekang sang Dewi Kematian... maka segala penderitaan ini takkan terjadi. Mungkin, sekarang Tao telah hidup berbahagia dengan putri yang amat disayanginya itu. Mungkin, Lumina akan terus hidup dan akan menjadi dokter yang hebat suatu saat. Mungkin, Luciel tak perlu merasakan penderitaan yang sangat oleh karena wabah Nyght.

Mengapa Esmeralda begitu tega melimpahkan dosa yang begitu berat pada punggungku? Tidak, aku yakin, dia sangat menyayangiku yang adalah darah dagingnya, karena itu dia mengorbankan dirinya untukku. Tapi, hatiku menjadi terusik. Dosa yang besar ini, apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk menebus dosaku ini?

"Arthur, kamu mengatakan bahwa aku ini berbeda dengan Mlice lain. Apakah... yang membuatku berbeda?" tanyaku, padahal Arielle masih tersedu-sedu dalam dekapannya.

Arthur terlihat enggan mengatakannya, namun setelah memalingkan pandangannya sejenak ia pun menjawab, "Di dalam tubuhmu mengalir darah Keluarga Kerajaan dan seorang Malice. Karenanya, sejak awal kamu memiliki sihir yang begitu luar biasa,

Tetapi di malam itu... Kamu mati dan Tao membangkitkanmu kembali, sama seperti kamu menolong Luciel. Cordia golmi, jantung buatan dengan batu Quartz di dalamnya. Itu adalah kunci semuanya."

"Kunci semuanya? Cordia golmiku?" tanyaku bingung.

Arthur menggelengkan kepalanya, "Tidak. Itu bukan Cordia golmi milikmu. Kemungkinan, jantungmu adalah milik Duchess Noctis sendiri," katanya.

Refleks aku memegang jantungku, begitu takut dan bingung bahwa apa yang Arthur katakan adalah benar. Jika begitu selama ini aku hidup dengan-

"Omong kosong. Kalau Tao tak memiliki jantung, mengapa dia masih dapat hidup?"

"Apakah kamu yakin dia masih hidup? Kalau dia masih hidup, mengapa Duchess membutuhkan Taiga untuk melindungi Quartz raksasa itu? Bukankah dia adalah makhluk paling sempurna yang tak seorang pun dapat mengalahkannya?"

"M-Maksudmu, Tao yang kutemui adalah hantu?"

Arthur menggelengkan kepalanya, "Sama seperti Esmeralda, Duchess Noctis adalah seorang Malice. Tapi dia sangat kuat," kata laki-laki itu yang menatap dadanya sendiri, "Mungkin selama limabelas tahun ini hidup hanya dengan tekad yang luar biasa. Tekad itulah yang tak kutahu, apa yang mendasarinya."

"Aku tidak bisa percaya itu."

"Darahmulah yang berbicara. Seperti yang kubilang, adalah keajaiban bahwa darah seorang Malice dapat menyembuhkan orang yang dicintainya. Tetapi kamu dapat dengan mudahnya menggunakan darah itu untuk menyembuhkan segala penyakit... separah apapun itu," kata Arthur yang kemudian menunjukku,

"Kekuatan sehebat itu takkan mungkin ada, bila inti Cordia golmimu hanyalah Quartz biasa. Mungkin saja, kamu memiliki inti yang menandingi Ideal White," jelas Arthur.

"T-Tapi, Luciel pun mampu berbuat demikian!"

"Tentu saja. Sebab Quartz miliknya telah lama berhubungan dengan Quartzmu, bukan? Ketika dua Quartz bertemu, mereka memiliki kecenderungan untuk melebur menjadi satu," tembak Arthur.

Aku terhenyak tak menyadari semuanya. Quartz yang kugunakan sebagai inti Cordia golmi Luciel adalah Quartz Hilfheim yang selama ini kukalungkan di leherku. Sungguh, apa yang telah kuperbuat pada gadis malang itu?

Tapi... aku pun menyadari sesuatu.

"Bila Cordia golmi ini benar milik Tao. Maka-" gumamku yang segera kucekat.

Arthur heran denganku, "Kamu mau ngomong apa?"

-- Jantung ini dapat menggantikan Ideal White yang sedang dibuat oleh Tao.

Aku menghela nafasku, tentu saja aku tak akan mengucapkan hal itu. Tak ingin aku membuat Arielle bersedih kembali. Sebab, aku juga merasakan bahwa gadis itu menghormatiku. Tentu pikiran itu hanya akan membuatnya bersedih.

"Tidak jadi," kataku tersenyum meringis, "Tampaknya Ayahanda dan Arielle lagi butuh waktu berduaan ini. Lebih baik aku minggir dulu sadar diri," lanjutku yang kemudian pergi meninggalkan dua sejoli ini. Tetapi sebelum aku keluar dari kamar itu, dengan jahil aku pun berkata,

"Tolong, bikinin aku banyak adik ya, Ayah!"

"Anjrit!!! Mulutmu itu loh!! Aku ini Arthur!" teriaknya.

Tak peduli aku pun turun ke lantai kedua, menuju laboratoriumku. Aku mengambil kursi dan memandangi sekitar labku sejenak. Tak terasa aku telah setahun bekerja disini. Tempat ini selalu memberikanku ketenangan saat menatapnya dan juga keajaiban.

Di lab sederhana ini, aku berhasil menciptakan banyak obat yang dapat menolong seseorang. Di lab sederhana ini, aku berhasil menebus dosaku di desa Hilfheim dan menyelamatkan Luciel. Dan di lab sederhana ini...

Aku menangis kembali.

Sungguh, aku menyadari bahwa aku adalah seorang anak yang egois. Aku selalu mempertanyakan kasih sayang Tao kepadaku, selalu mengingat kesalahannya dan akhirnya membencinya hingga ingin mengakhiri hidupnya.

Tetapi, tanpa kusadari bahwa selama ini, aku telah hidup dengan denyut yang dimiliki oleh Esmeralda dan Tao. Di dalam dadaku ini, kedua ibuku telah selalu ada disisiku dan memberikanku kehangatan. Telah berapa kali mereka menyelamatkan hidupku, tanpa aku menyadarinya?

Kali ini, aku ingin menyelamatkan mereka.

Telah cukup bagiku hidup selama tiga puluh tahun. Aku ingin mengembalikan waktu yang telah kucuri dari Tao dan Esmeralda dengan menukar keberadaanku dengannya. Arthur bilang, Ideal White dapat melakukan segala hal bukan? Maka jika aku dapat menggunakannya untuk kembali ke tigapuluh tahun yang lalu dan memberikan jantungku ini kepada Tao...

Semua mimpi buruk ini dapat berakhir. Meskipun dengan melakukan itu, aku berarti menodai kembali tanganku yang telah berdarah. Tetapi, aku ingin mengambil semua dosa yang Tao telah lakukan, sebab semua memang karena salahku telah melawan takdirku.

Lagipula, sejak awal tangan busuk ini telah ternodai darah, bukan?

Asalkan akhirnya semua orang-orang yang kusayangi bahagia maka aku akan melakukan apapun untuk itu.

"Kamu berencana menanggung semua ini sendirian lagi, iya kan, Kak Claire?" tanya Luciel yang telah muncul disampingku.

Aku tersenyum, "Ah, kamu sudah tak memanggilku Bunda, Lumina?" tanyaku padanya.

Setelah dia memanggilku Kak Claire dengan nada itu, semuanya pun jelas. Kecurigaanku akan tingkah Luciel yang terlalu dewasa untuk anak seusianya telah terbayrakan. Lagipula Lumina telah melakukan sebuah kesalahan. Sebab ia tak mengingat janjiku kepada anak itu.

"Lumina telah lama mati. Aku sekarang akan hidup sebagai Luciel. Sebab, anak itu telah memperbolehkanku hidup di tubuhnya," kata Lumina memegangi jantungnya, "dan bertemu dengan orang yang sangat kusayangi," lanjutnya kemudian.

"Kali ini aku takkan membiarkanmu menanggung segalanya sendirian lagi, Kak Claire."