Waktu sudah beranjak malam, bagiku ini sudah waktunya untuk pulang ke rumah ibu dan menjemput Jojo. Saat itu aku berpamit kepada mama-nya Tony saat kami sudah ada di ambang pintu. Berkali-kali Tony menawariku tumpangan untuk diantar ke rumahku, tapi aku menolaknya karena aku perlu pulang ke rumah Ibu untuk menjemput Jojo.
"Lain kali maen-maen ke sini lagi ya Mel." Kata mama Tony.
"Iya tante." Jawabku.
"Ohh astaga, mulai sekarang jangan panggil tante ya, langsung panggil mama aja seperti Tony manggil saya." Kata Mama Tony.
"Emangnya boleh ya tante?" tanyaku dengan amat gugup.
"Tentu saja boleh, nama saya Firly, dari pada kamu manggil saya tante Firly, mending pangil saya mama ajah, lagi pula saya itu dari dulu ingin banget punya anak perempuan kaya kamu Mel." Kata Ibu Firly selaku mama-nya Tony, sungguh perasanku sekarang begitu campur aduk, mungkin saat ini pipiku sudah memerah.
"Baik Ma, saya pamit pulang dulu ya ma!" kataku sambil mencium tangan Mama Firly.
"Iya Mel, hati-hati ya." Balas beliau, dan aku pergi menaiki Shine untuk pulang ke rumah Ibu.
Sesampai di sana, aku lihat kontrakan rumah ibuku nampak sepi, dan aku melihat sepeda motor Pak Irwan bertengger di depan rumah, ternyata orang itu sudah pulang dari pekerjaannya. Aku langsung memasuki rumah ibuku, dan kedatanganku membuat mereka berdua menyambutku.
"Dari mana saja kamu Mel?" Tanya Ibu-ku, lantas aku mengernyit sambil menaruh tas dan jaketku di kursi ruang tamu.
"Dari mana apanya? Ya dari pulang kerja lah bu." Kataku, dan sejenak diriku melihat-lihat sekeliling ruangan ini. Aku sama sekali tidak mendengar suara-suara Jojo di sini.
"Dimana Jojo?" tanyaku pada Ibu.
"Jojo barusan undah pulang, aku minta tolong sama Dio untuk mengantarkan Jojo ke sana." Jawab Ibu, lantas aku mengangkat alis dengan lebar.
"Ha? Kenapa gak tunggu aku sebentar si? Emang anak itu tau rumah nenek?" tanyaku.
"Ya- tau lah Mel, tinggal ibu kasih tau alamatnya terus dia langsung berangkat deh pake google map." Kata Ibu.
"Ngomong-ngomong kemaren kenapa kamu gak jemput adikmu ke sini?" Tanya Pak Irwan selaku suami sirih ibuku tersebut.
"Maaf, kemaren aku itu pulang malam banget, karena di suruh beli masker yang super langka itu." Kataku sambil melepas sepatu sejenak.
"Astaga Mel, meskipun pulang malam ya Jemput Jojo juga dong, kasihan dia kemaren nangis gara-gara buku pelajarannya banyak yang ketinggalan di rumah nenek semua." Kata Ibu, aku terdiam dan merasa bersalah akan hal itu. Hanya karena masker saja, seolah-olah aku lupa akan semua hal, dan itu membuat hidupku akhir-akhir ini begitu sial.
"Terus jadinya kemaren gimana bu?" tanyaku.
"Ya mau gak mau Jojo tetep ibu antar ke sekolah. Lain kali jangan gitu lagi ya Mel, kasian Jojo." Kata Ibu, dan sifat-sifat pembelaannya terhadap Jojo mulai kambuh. Memang ibu sangat pro dan perhatian terhadap adik semata wayangku itu, bahkan kalau dibandingkan dengan diriku mungkin dia juga gak mau tau yang sebenarnya kalau kemaren malam juga sebenarnya hujan deras, yang membuatku segan untuk diantar oleh Tony sampai ke rumah nenek. Namun entahlah, bagaimana pun juga aku tetap salah dalam hal ini.
"Iya aku minta maaf, lagian kemaren itu juga hujannya deras banget, sepeda motorku aja sampai nginap di kantor, entar kalo aku jemput, yang ada malah aku sama Jojo kehujanan di jalanan, kan kasian juga Jojo entar jadi sakit." Kataku, lalu Ibu berpikir sejenak.
"Iya juga sih, tapi kalau sepeda motor-mu ditinggal di kantor kamu pulangnya pake apa?" Tanya ibu, lantas diriku menatapnya, bingung untuk bisa menjawab, dalam benakku seketika berkata,
"Kenapa aku bisa keceplosan bilang soal Shine yang nginap di kantor sih!" aku tersenyum sedang ke arah ibu.
"Ibu tau gak! Malam itu aku pergi ke mall cari masker ditemenin sama temen-ku cowok yang baiiik banget, anaknya itu gimana ya! Pokoknya ibu harus tau dia deh." Kataku, yang seketika membuat ibuku mengernyit heran.
"Emangnya siapa sih Mel!" kata ibu.
"Dia namanya Tony, anak baru yang kerja di kantor-ku, dan dia itu anaknya ganteng, tinggi, baik, sederhana, kaya, rumahnya besar, dan ibu tau gak si! Tadi aku itu diajak ke rumahnya dan dikenalin langsung sama mama-nya juga lho." Kataku yang terdengar cukup serius. Di mataku ibu sama sekali tak terlihat wajah-wajah antusias, dia hanya mengernyit terperangah oleh kata-kataku.
"Oh-ya? Terus kelanjutannya gimana?" Tanya ibu yang terdengar agak dipaksakan.
"Kami berdua sama-sama orang asli Surabaya, hanya papa-nya aja yang dari Jogja. terus anaknya sendiri sekarang umur 22 tahun, dan ibu tau apa yang terjadi saat malam kemaren yang aku gak jadi jemput Jojo di sini?" kataku, dan ibuku merespon dengan sedikit menggelengkan kepala.
"Enggak emangnya kenapa?" Tanya ibu.
"Dialah yang mengantarkanku pulang sampai ke rumah, menyuruhku untuk meninggalkan sepeda motorku di kantor supaya aku bisa naik ke mobil mewahnya, dan sesampai di depan rumah nenek, aku mendapatkan ciuman pertamaku dalam seumur hidupku ini." Kataku, yang seketika membuat ibuku dan pak Irwan terkejut menatapku.
"Serius? Kamu sama Tony ciuman di depan rumah nenek?" Tanya ibu.
"Iya, kenapa sih emangnya? Toh setelah kejadian itu, besok paginya dia jemput aku pagi-pagi di depan rumah nenek, bahkan nenek juga sempat ketemu juga kok sama Tony, dan nenek malah nyuruh Tony maen ke rumahnya." Kataku.
"Ya gak pa pa sih Mel, ibu Cuma ikutan seneng aja dengernya, kok tumben kamu cerita ginian ke ibu, biasanya ibu yang sering nekan-nekan kamu untuk segera punya pasangan." Kata ibu, lantas aku tertawa sedang saat itu. Begitu pula dengan pak Irwan.
"Namanya juga masih belum dipertemukan sama yang diatas, aku kan berusaha bersikap apa adanya ajah, terus nih ya. ceritanya setelah dia jemput aku, dia berkata kalau Tony itu suka sama aku, dan kita berdua udah jadian, aku sekarang udah punya pacar bu." Kataku, dan ibuku seolah bernapas panjang, seperti merasa lega, dan dia menatap pak Irwan lalu beralih menatapku.
"Kayaknya nih Mel, ibu juga perlu tau deh Tony itu seperti apa, kapan-kapan kamu ajak maen ke sini ya!" kata ibu.
"Ya harus lah, yang jelas kalau aku emang beneran bakal jadi miliknya, aku jamin kita akan jadi orang kaya." Kataku, lalu sejenak ibuku menyinggungku.
"Jangan ngomong gitu, jangan memandang cinta dari segi materinya, tapi dari segi hatinya." Kata ibu.
"Iya aku tau, aku juga awalnya gak nyangka sih kalau Tony itu anak orang kaya, lagian penampilan dia itu B-aja dan sederhana banget, itulah yang bikin aku makin Emm sama dia." Kataku, dan pak Irwan pun sampai ketawa melihat ekspresiku.
"Mel-mel, kalo baru dapat pandangan cinta pertama itu rasanya indah banget gitu yak?" Tanya pak Irwan, aku pun tersenyum lebar sambil mengangguk.
Malam itu aku tak mengambil waktu lama-lama di kontrakan ibu, berhubung Jojo sudah pulang ke rumah nenek, maka aku berpamit pada ibuku untuk segera pulang dan beristirahat. Sampai kami berada di depan gapura perkampungan. Ibuku mengantarkanku dan dia berada di sampingku.
"Ngomong-ngomong sekarang Jojo udah sampai rumah gak ya?" Tanya ibu.
"Mungkin udah sampe." Jawabku yang hendak menyalakan Shine.
"Iya, moga-moga aja Dio gak kesasar." Katanya.
"Emangnya ibu itu udah akrab banget ya sama Dio?" tanyaku.
"Hehe, iya sih Mel, dia itu baik banget lho, dan anaknya itu masih muda sepantaranmu, tapi ibu belum tau juga sih kalau dia udah punya cewek apa belum, kayaknya sih belum, makanya itu dulu ibu pingin coba kenalin ke kamu." Katanya, dan aku menatap ke ibuku.
"Sekarang aku udah punya Tony bu." Kataku.
"Iya, Iya, ibu terserah padamu kok Mel." Katanya sambil senyum. Lalu aku berpamit pada Ibu, dan aku pulang menuju ke rumah Nenek. Sungguh badan ku saat ini terasa amat capek. Sesampai di sana aku pasti langsung istirahat, dan tak akan melakukan aktivitas apapun.
Sesampai di sana, rumah Nenek kudapati sedang menyala terang, pintu masuknya terbuka lebar, dan di halamannya terparkir sepeda motor seseorang, dan itu sudah kutebak, rupanya Dio masih ada di sana.
"Asalamualaikum," kataku saat masuk ke dalam rumah nenekku, di ruang tamu situ ada Dio yang sedang ditemani sama nenek dan tante Anik, mereka bertiga menjawab salamku.
"Ndaahh ini Amel udah datang." Sahut Nenek.
"Maaf ya Dio udah ngerepotin, sebenernya tadi ibuku nunggu aku sampai datang dulu buat nganter Jojo ke sini." Kataku, lantas Dio tersenyum.
"Oh gak pa pa, lagian tadi Jojo nangis minta cepet-cepet dianter pulang ke sini." Katanya.
"Aku jadi merasa bersalah nih sama kamu, pasti jaraknya dari sana ke sini jauh banget ya?" kataku.
"Iya sih lumayan, hehe, tapi gak pa pa kok, santai aja." Katanya, dan aku tersenyum kearah-nya. Sejenak aku melihat meja tamu, yang rupanya nampak kosong dan hanya terdapat botol aqua gelas sebagai suguhan untuk Dio.
"Bentar Dio, kamu pasti capek, aku bikinin es sirup dulu yah." Kataku, sungguh aku jadi gak tega lihat orang baik cuman disuguhi botol aqua gelas aja.
"Ehh gak usah, air aqua aja gak pa pa kok." Katanya.
"Halah aku bikinin es Sirup sebentar aja yahh, gak pa pa biar seger, kamu kan udah nganter Jojo jauh-jauh, dan habis ini kamu juga bakal balik ke sana lagi, aku bikinin dulu ya Dio, sebentar aja kok." Desak-ku, lalu Dio seolah tak punya pilihan, dan dia akhirnya mengangguk mau.
"Jadi ngerepotin nih." Ules-nya saat aku menaruh nampan berisi segelas sirup diatas meja..
"Gak pa pa mas, diminum aja, sirup buatan Amel itu enak lho." Kata tante Anik, dan batinku tumben dia memujiku, biasanya selalu cari konflik denganku. Lalu saat itu Dio meminum es tersebut, hingga airnya nyaris habis di gelas, aku tau dia pasti kehausan sekali.
"Tadi jalannya gak kesasar kan?" tanyaku.
"Syukur Alhamdullilah enggak." Katanya.
"Ini pasti semua gara-gara ibuku, jujur sih ibuku itu emang gitu orangnya, maaf banget kalo sering ngerepotin kamu ya Dio." Kataku, lantas Dio sejenak tersenyum tipis.
"Ibu kamu sama sekali gak pernah bikin aku repot kok." Katanya.
"Mel, ngomong-ngomong kemaren pas kamu pulang ke rumah malam-malam itu kamu kencan sama Dio ini ya?" tiba-tiba Tanya tante Anik.
"Kencan? Ya enggak lah, tante ini bisa aja deh kalo ngomong." Ules-ku, yang seketika membuat Dio sedikit tertawa
"Bukan, bukan sama Dio, pasti sama Tony kan ya?" singgung Nenek.
"Tadi pagi kamu gak liat apa! Kalau Amel barangkat kerja bareng sama temannya yang namanya Tony itu." Imbuhnya.
"Oh-ya? Ada lagi? Aku gak tau sih kalau yang itu." Kata tante Anik, dan sungguh saat itu juga aku mengernyit kesal sama singgungan tante Anik.
"Udah dehh gak usah bawa-bawa topik itu segalak." Kataku, dan diriku kembali tersenyum mengarah ke Dio.
"Terus Dio, tadi Jojo gimana? anaknya gak rewel kan?" tanyaku.
"Tadi sih sempet nangis gak berhenti-berhenti, yang dia takutin itu dia dimarahin gurunya karena gak bawa buku-buku, soalnya bukunya dia semua ada di sini." Kata Dio. Dalam hatiku berkata, rupanya Dio sampai sepaham itu akan keadaan keluargaku, sehingga tak ada cara lain bagiku untuk bisa merasa simpatik padanya.
"Iya, maafin aku ya, lain kali aku bakal jemput dia tiap hari deh." Kataku. lantas Dio tersenyum saat itu
"Iya, pesan ku sih Jojo itu anaknya mudah khawatir, makanya dia ngerasa gak tenang kalau bakal gak bisa pulang ke rumah ini lagi." Kata Dio, lantas aku merundukkan kepala sejenak, ingin diriku untuk bertemu dengan Jojo sekarang juga dan sekaligus minta maaf padanya atas perbuatanku ini. Saat itu, Dio enggan berlama-lama di dalam rumah nenek ku. setelah dia menghabiskan es sirup buatanku, pria muda sepantaranku itu mulai berpamit untuk pulang.
Benar apa kata ibuku, Dio anaknya sangat baik sekali, dia juga anak yang sopan, aku berniat untuk mengantarnya sampai ke halaman rumah nenek-ku, sembari berkata.
"Maafkan perkataan tante-ku tadi ya! Yang udah nuduh kalo kita kencan," kataku sambil menahan tawa.
"Iya Mel, gak pa pa kok." Kata Dio sambil tersenyum, dan setelah itu, dia pergi pulang.
Saat aku kembali ke rumah, dan masuk ke dalam kamar tidurku untuk mencoba bertemu dengan adik semata wayangku yang sangat kusayangi dan kucintai itu. Hingga betapa terkejutnya diriku melihat Jojo yang sedang duduk di kasur dengan wajah cemberut dan langsung menepis tatapanku seketika.
"Ohh, Jojo yang malang, Jojo yang lucu, maafkan aku ya sayaaang." Kataku sambil ikut cemberut menatapnya, hingga tak kuasa diriku tertawa cekikian melihat wajah anehnya itu.
Bersambung...
Berlanjut ke Chapter 16...