"Ini uang yang kau butuhkan," ujar Tuan Nelson, pemilik restoran tempatnya bekerja.
"Jadi Tuan benar-benar meminjamkannya untukku?"
"Tentu Rose, kau sudah bekerja dengan baik. Tapi seperti yang kau janjikan, aku akan memotong gajimu setiap bulan," jelasnya.
"Tidak masalah untukku, kau bisa memotong gajiku Tuan Nelson," jawab Rose tanpa penolakan.
Rose sengaja meminjam uang pada atasannya untuk membayar hutangnya pada Julian, Ia tak ingin berhutang budi pada pria itu, belum lagi bantuan Julian membuatnya memiliki alasan untuk dapat datang ke apartemennya sesuka hati.
Di jam istirahat, segera Rose menghubungi Julian untuk memintanya bertemu.
'Rose, kau menelponku?' tanya Julian.
"Aku ingin bertemu denganmu nanti malam."
'Bertemu denganku? Apa tiba-tiba kau merindukanku?' sontak pria di seberang sana itu seolah tak percaya Rose meminta untuk bertemu dengannya.
"Di mana kita bisa bertemu?" Anna sengaja tak menghiraukan pertanyaan Julian.
'Aku akan sedikit sibuk hari ini, mungkin aku akan pulang larut, tapi aku akan datang ke apartemenmu,' jelasnya.
"Tidak!" sergah Rose, "Biar aku yang menunggumu di apartemenmu saja." menurut Rose akan lebih baik jika dirinya yang menemui Julian, karena itu akan mempersingkat waktu dan tak akan ada drama Julian tak ingin pergi dari apartemennya.
'Kau akan menemuiku?' pria itu tertawa, tentu Ia semakin bertanya-tanya apa yang membuat Rose ingin sekali bertemu dengannya.
"Nanti malam, ku tunggu kau di apartemenmu," ucap Rose memutus pembicaraan mereka.
**
"Tidak sopan, aku belum selesai bicara dan dia sudah mematikan teleponnya," gerutu Julian.
"Tapi, mengapa dia ingin menemuiku?" lagi-lagi Julian tertawa, "Apa dia sudah mulai luluh padaku, hmm apakah semudah itu Rose?" herannya.
Meski penasaran, pria itu sangat senang Rose meminta bertemu dengannya bahkan berniat datang ke apartemennya. Sekilas Julian teringat pada Melisa, wanita itu juga mengajaknya bertemu malam ini, tapi tentu tak akan sulit untuk memilih pada siapa Julian akan datang.
**
Rose telah sampai di depan gedung apartemen Julian, pria itu mengatakan jika Ia akan pulang larut dan tentu Rose mau tak mau harus menunggunya di lobi. Lelah sekali rasanya hari ini, ingin rasanya Rose segera pulang dan merebahkan diri, hingga tak terasa, Rose tertidur di kursi lobi selama menunggu Julian datang.
Sedangkan pria itu dalam perjalanan pulang menemui Rose, tampaknya Ia lebih memilih datang kepada Rose dari pada Melisa. Ketika memasuki gedung, matanya teralihkan pada sosok wanita di kursi lobi, Julian berjalan mendekat ke arahnya, wanita yang saat ini menjadi pujaan hatinya tengah bersender di sofa dan terlelap di sana.
Sejenak Julian mendudukkan dirinya di samping Rose dan memperhatikan gadis itu, ini adalah pertama kalinya Julian melihat Rose tertidur dan gadis itu masih saja terlihat cantik. Rose benar-benar membuatnya gemas, tanpa permisi Julian menggendong Rose ala bridal membuat gadis itu terbangun dan terkejut dibuatnya.
"A-apa yang kau lakukan??" paniknya, "Turunkan! Turunkan aku!"
"Hey Rose.." Julian mengisyaratkan gadis itu bahwa dirinyalah yang tengah menggendongnya.
"Apa yang kau lakukan, Julian! Turunkan aku sekarang!" teriak Rose membuat Julian menjauhkan kepalanya karena teriakan gadis itu.
"Jangan berteriak, kau membuat semua orang melihat kita," peringat Julian.
"Turunkan atau aku akan kembali berteriak!" ancam Rose membuat Julian akhirnya menurunkan gadis itu.
Dengan kesal Rose merapikan sedikit pakaiannya yang tersingkap.
"Lain kali jangan menggendong orang sebelum meminta izin!" peringat Rose seraya berjalan lebih dulu menuju lift.
"Menciummu saja aku pernah, lalu mengapa sekedar menggendong saja kau begitu marah?" ujar Julian lirih lalu mengejar Rose yang jauh di depan.
"Hey Rose!" panggilnya.
*
Keduanya sampai di depan pintu apartemen Julian. Satu hal yang tidak Rose sadari sejak tadi, mengapa tidak Ia berikan saja uang itu di lobi sehingga Ia tak perlu untuk masuk ke dalam apartemen Julian. Tak terpikirkan olehnya sejak tadi.
"Mau minum sesuatu, Sayang?" tawar Julian seraya melepaskan jasnya.
"Tak perlu, aku tidak akan lama," tolak Rose.
"Sungguh? Tidakkah kau ingin menemuiku lebih lama? Bukankah kau merindukanku?" ucap Julian begitu percaya diri.
"Merindukanmu? Kau pikir aku merindukanmu?"
"Memangnya ada alasan lain kau meminta untuk bertemu denganku? Tentu karena kau merindukan kekasihmu bukan?" Julian mendekat pada Rose lalu merebahkan tubuhnya dan menjadikan kaki gadis itu sebagai bantalnya.
"Julian, singkirkan kepalamu!" tolak Rose.
"Mengapa Rose? Dengan begini kau bisa melihat wajahku sesuka hatimu."
"Jangan bersikap begitu percaya diri, aku bahkan berharap untuk tidak melihat wajahmu lagi setelah aku melangkahkan kakiku dari sini," kasar Rose membuat raut wajah pria itu sedikit berubah.
"Bisa kau ulangi?" tanya Julian sedikit heran dengan ucapan Rose.
"Aku tidak berharap untuk bertemu denganmu lagi, ataupun melihat wajahmu setelah aku pergi dari sini!" jelas Rose masih tak menyadari ucapannya yang membuat pria itu sedikit tersinggung.
"Hmm.. Apa yang kau katakan, Rose? Kau tidak berkenan untuk sekedar melihat wajahku saja? Mengapa? Apa aku begitu menjijikkan?" tanya Julian seraya mendudukkan dirinya.
Rose menyadari ekspresi wajah pria itu yang berubah, tampaknya Julian begitu serius menanggapi ucapannya, tapi bukankah Rose biasa memaki-maki Julian sesuka hatinya dan Julian tak pernah marah, lalu mengapa kali ini pria itu terlihat begitu tersinggung.
"T-tidak begitu maksudku," elak Rose sedikit merasa bersalah dengan ucapannya.
"Kau begitu jijik hanya untuk melihat wajahku?" ungkap Julian lagi.
"Aku tidak mengatakan hal itu." Rose mencoba membela diri.
"Baiklah, tidak masalah. Sejak awal memang aku yang selalu saja menganggumu dan percaya jika kau akan luluh padaku. Tapi tampaknya wajahku ini membuatmu merasa begitu terganggu." Julian bicara begitu serius hingga membuat Rose menjadi ketakutan.
"Maaf, tapi aku sama sekali tidak bermaksud begitu. Ya, kau selalu saja menggangguku, dan aku tak mau kau terus melakukannya. Maaf jika kau tersinggung dengan ucapanku."
Jungkook tersenyum malas, "Apa yang membuatmu kemari? Kau bilang ingin bertemu denganku? Ada apa?"
"Sebenarnya aku datang untuk mengembalikan uangmu."
"Uang?"
"Uang yang kau pakai untuk membayar sewa apartemenku. Aku benar-benar berterima kasih karena kau sudah membantuku sebelumnya, tapi bagaimanapun aku telah berhutang padamu."
"Jadi kau sudah memiliki uang untuk membayarnya?"
Rose mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan meletakannya di meja.
"Sekali lagi aku sangat berterima kasih untuk bantuanmu sebelumnya."
Julian membuang wajahnya, Ia seolah tak mau menatap Rose. Entah mengapa perasaan Rose menjadi tak karuan, Ia merasa bersalah tapi Ia tak merasa melakukan kesalahan. Biasanya pria ini tidak mudah tersinggung tapi apa yang terjadi dengannya malam ini?
"Julian.. Kau baik-baik saja?" tanya Rose memastikan.
"Apa pedulimu?" ketus Julian.
"Kau terlihat begitu kesal padaku."
"Sudah malam, pulanglah." singkat Julian dengan sengaja mengusir gadis itu.
Ada perasaan kesal yang Rose rasakan ketika Julian mengusirnya, biasanya Julian akan menghalanginya untuk pergi atau memaksa untuk mengantarnya pulang, tapi kali ini Julian bahkan tak lagi mempedulikannya.
"Tapi.." Rose seolah ragu untuk pergi.
"Kau ingin aku mengantarmu?" tanya Julian membuat Rose menatapnya terkejut.
"Tapi sepertinya aku tak bisa mengantarmu, kau bisa pulang sendiri bukan?" mendengar ucapan Julian, hati Rose melengos, Julian seolah sengaja mempermainkan hatinya.
"B-baiklah.." dengan perlahan Rose beranjak, ada sedikit rasa malu ketika pria itu tak menghiraukannya sama sekali, namun itulah resiko dari bersikap dingin pada pria itu, bukankah ini yang selalu Rose harapkan, saat ketika Julian akhirnya tak lagi menganggunya. Namun, Rose merasa ada sesuatu yang salah, Ia merasa jika sikap Julian tak benar dan dirinya tak dapat menerima sikap dingin pria itu.
"Aku pergi.." ujarnya lemas, memastikan jika Julian tak benar-benar membiarkannya pergi, namun tetap saja Julian tak peduli. Dengan perasaan kesal dan malas Rose berjalan menuju pintu keluar, Ia yakinkan dirinya jika Julian tak lagi membutuhkannya dan Ia harus terima itu.
Namun seolah tak sabar dengan sikap Rose yang begitu payah menurutnya, Julian menoleh pada Rose dan menghela nafas panjang.
"Tidak semudah itu aku melepaskanmu Rose." ucapnya lirih, dengan segera Julian mengejar Rose dan memanggilnya.