Chereads / Dibawah Langit Mendung / Chapter 7 - Potongan Puzzle

Chapter 7 - Potongan Puzzle

maaf ya minggu lalu libur. soalnya ahiru sibuk. maafkan. ahiru akan lebih semangat lagi. jadi mohon dukungan nyaaa >< . Salam lope lope dari ahiru 。^‿^。😍❣️❤️

malam ini aku ,ayah dan bunda tidur di rumah sakit karena dokter melarangku untuk pulang kerumah,dokter bilang kalau aku kelelahan jadi banyak cairan yang kebuang sia-sia dari tubuh ku. jadi mau tidak mau aku masih harus diinfus. malam ini pertamakalinya aku tidur lagi dengan ayah dan bunda lagi dalam satu ruangan lagi setelah 15 tahun aku tidak tidur bersama lagi. terkadang aku sangat merindukan kebersamaan ini. aku sedari kecil tidak terlalu dimanja oleh orang tua ku jadi wajar saja kalau kadang aku sangat meridukan mereka berdua. bunda dan ayah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dari usia ku 5 tahun aku selalu bersama dengan suster ku, kalau mereka tidak sibuk mereka menyempatkan bermain bersama ku, selalu seperti itu. jadi tidak heran kalau aku lebih pendiam dan sulit bergaul, karena aku terlalu takut berharap sesuatu pada orang lain. dan entah mengapa aku sangat takut ditinggalkann oleh orang lain. mungkin itu alasan kenapa sekarang ada dirumahsakit, ini pertama kalinya aku ditinggalkan karena napsu orang lain semata.

aku tidak bisa tidur karena menahan sakit di tangan karena jarum infus yang menempel ditanganku. aku bingung rasanya ingin menangis karena entah kenapa sampai detik ini hatiku masih sangat sakit. aku mencoba sekuat tenaga menahan semua rasa yang ada dan aku mencoba menutup mataku, tanpa aku sadari semua perasaan itu membuat aku tertidur dengan sangat lelap, hingga sinar matahari meneranggi ruang kamar ku. aku terbangun dari tidur ku saat cahaya Mentari menyentuh lembut kedua bola mata ku yang terpejam. aku melihat sekeliling perlahan, ternyata benar aku sendirian. yang harus aku cari sekarang bukan ayah atau bunda tapi suster yang mengasuh ku sedari kecil.

"selamat pagi nona" ucap seorang perempuan yang suaranya sudah sangat familiar di telinga ku, iyap. dia lah orang yang selama ini aku tunggu suster Iris.

"selamat pagi juga" ucapku dengan senyuman senanag karena aku tidak lagi sendirian di kamar ini,

"ayah dan bunda sudah pergi?" lanjut ku.

"baru saja nona" ucap suster Iris.

"nona sarapannya sudah siap, mau saya suapi nonan?" tanya suster Iris, sambil mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh rumah sakit untuk ku.

"aku bisa makan sendiriku" ucapku malu, tentu saja aku malu, aku kan bukan anak umur 5 tahun yang dirawat dirumah sakit.

"baik nona" ucap suter Iris sambil, menyiapkan meja untuk tempat makan yang ada dihadpanku, aku pun duduk dan perlahan memakan makanan ku, walau rasa makananya tidak seenak nuatan bunda, aku harus menghabiskannya kalau aku mau cepat keluar dari ruangan yang penuh dengan bau antiseptik.

"sudah suster" ucapku saat sudah menyelesaikan makanan ku. suster Iris memang bukan tipe perempuan yang banyak bicara, dia salalu menjalankan perintah setelah disuruh, sperti sekarang contohnya, aku baru saja bilang aku sudah selesai makan, suster Iris langsung membersihkan bekas makanku tanpa berkata sedikitpun.

"ada lagi yang bisa saya bantu nona?" tanya susuter Irisi setelah membereskan semuanya.

"entahlah susuter , aku bosan" ucapku samabil menghempas tubuhku kekasur, jujur aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, biasanya aku pergi kekampus, tapi kan saat ini aku tidak mungkin pergi kesana, kalau tidak aku akan kena marah bunda.

"mau saya ambilkan buku nona?" ucap suster Iris memberi saran.

"buku yang ada dikamar ku maksudnya?" ucapku sedikit bingung dengan saran suster Iris. "iya nona, biar saya ambil kan buku yang mau nona baca" ucap susuter Iris menjelaskan saran nya barusan.

"baik tidak masalah suster" ucapku setelah sejenak berfikir tentang saran suster Iris barusan,

"baik nona, saya akan segela kembali" ucap susuter Iris,

"buku yang di atas kasur juga ya" ucapku mengingatkan, lalu suster Iris pergi meninggal ruangan ku. yah ruanganku sepi lagi deh.

"selamat pagi tuan putri" ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ke ruangan kamar ku,

"cih, ku pikir ada orang yang salah masuk kamar" ucap ku dengan nada mengejek,

"ternyata melemahkan hatimu sulit juga" ucap Deo,

"ini aku bawa buah kesukaan mu" ucap Deo lagi sambil meletakan buah-buahan yang dibawa di atas meja nakas.

"bagaimana keadaaanmu?" tanya deo setelah duduk tepat disamping ranjangku,

"sudah lebih baik, spertinya besok aku sudah boleh pulang" ucap ku sambil mengambil posisi duduk,

"bagus kalau begitu" ucap deo,

"kenapa memangnya?" ucap ku penasaran,

"iya bagus mulai senin aku sudah bisa berangkat dan pulang bersama mu kekampus" ucap deo diiringgi dengan kekehan khasnya,

"ih siapa juga yang mau berangkat atau pulang bersamn mu" ucap ku dengan nada sedikit sombong.

"iya iya tuan piutri SAKURA yang punya supir pribadi" ucap deo dengan nada penuh mengejek,

"apaan sih menyebalkan" ucapku tidak terima dan langsung melempar bantal ke arah muka deo.

"astaga galak banget sih" ucap deo lalu melempar kembali batal yang tadi ku lempar. dan tidak lama kemudian terjadi perang-perangan bantal diantara kami.

"aku menyerah" ucap deo setelah beberapa saat.

"aku baru pertama kalinya melakukan hal seperti ini" ucap ku sambil tersenyum lepas,

"iya karena kau tidak punya saudara kan?" ucap deo sambil melihat kearahku,

"ternyata senyuman mu lebih indah dari langit cerah ya" ucap deo sambil tersenyum,

"a-apa sih" ucap ku terbata-bata karena terpesona dengan ucapan deo barusan.

"wajahmu merona tuh" ucap deo mengejek ku,

"apaan sih engga juga biasa aja" ucapku dengan nada menantang,

"kau menatangku?" ucap deo tidak terima .

"memang nya aku takut, sini maju" ucap ku tidak mau kalah, lalu deo meletakan telapak tangan nya dipipiku.

'oh tuhan tolong, aku tidak menerima ini semua' aku terdiam sambil menahan wajahku agar tidak terpancar merona dihadapannya.

"hahaaha mau sampai kapan kau menutupinya" ucap deo lalu melepas tangan nya dari pipi ku,

"a-aku tidak menutupi apapun" ucap ku sambil memalingkan wajah ku ke arah lain. "lalu kenapa kau tidak melihat kearahku" ucap deo,

"t-tidak apa, aku hanya tidak suka melihat wajahmu" ucap ku bohong, astaga kenapa ucapan ku harus terbata-bata juga.

"kau juga terbata-bata" ucap deo lagi,

"berisik ya!" ucap ku emosi, aaaa~ kenapa aku tidak dapat menahan emosiku sih, dasar SAKURA BODOH!!.

terjadilah keheningan diantara kami.

"maaf aku tidak bermaksud membentak mu" ucap ku melepas keheningan,

"tak apa, lagi pula aku yang membuat mu membentak ku" ucap deo sambil tersenyum,

"aku pamit?" ucap deo lagi,

"nanti dulu, tunggu sampai suster Iris kembali" ucap ku menahan deo agar tidak pergi, sungguh aku tidak suka sendirian di ruangan ini.

"baik lah, kita tunggu suster Iris bersama" ucap deo. menenangkan ku.

"oh iya apa hobi mu" ucap deo lagi.

"entah aku tidak tau, tapi yang aku tau aku sangat suka dengan novel" ucap ku jujur,

"itu namanya hobi membaca novel" ucap deo sambil men jitak kepala ku pelan,

"ish, aku kan hanya jujur" ucap ku tidak terima ,

" iya tapi jujur mu kelewatan tau" ucap deo tidak terima juga,

"kau juga telalu polos" lanjut deo.

"maksudmu apa?" tanya ku tidak mengerti,

"iya kau terlalu polos, jangan bilang kau tidak paham maksud ku" ucap deo kehabisan kata-kata untuk menjelaskan nya kepada ku, dan aku hanya bisa menggelengkan kepala dengan polos. jujur aku sangat tidak mengerti maksudnya.

"kau mudah ditipu oleh orang lain, itu sederhana nya " ucap deo setelah beberapa saat dia berfikir,

"eh?! separah itu kah? " ucap ku tidak percaya dengan ucapan deo barusan. dan deo menganggukan kepalanya tanda dia setuju dengan ucapan ku.

"kau harus hati-hati dengan sekeliling mu kalau kau tidak mau disakiti oleh lingkungan mu sendiri" ucap deo, aku hanya diam mencoba mencerna perkataan deo barusan.

"saya kembali" ucap suster Iris memasukan ruangan kamar ku.

"suster" ucapku senang karena suster iris telah kembali.

"kalau begitu saya pamit" ucap deo sopan,

"eh sudah mau pulang" ucap ku tidak terima,

"kan tadi perjanjiannya sampai suster mu kembali" ucap deo mengingatkan,

"iya sudah kalau begitu" ucapku sedikit kecewa,

"lain kali aku mampir" ucap deo mencoba menyemangati ku,

"okeee kalau begitu" ucap ku bersemangat ,

"sampai jumpa" ucap deo lalu meninggal kan ruangan ku,

"sampai jumpa juga" ucap ku sebelum deo bener-bener menghilang dibalik pintu ruangan kamarku.

"ini nona buku yang nona pesan" ucap suster Iris memecahkan keheningan karena aku malah melamun, bukannya mengajak bicara suster atau hal lainnya,

" terimakasih banyak" ucap ku setelah mengambil tas berisikan buku-buku novel yang ada dikamarku.

"seter tidak mau bertanya siapa dia" ucap ku yang malah penasaran,

"tidak nona" ucap suter dengan singkat,

"kenapa?" yanya ku lagi, jujur aku penasaran ,

"karena orang tersebut tidak ada hubungannya dengan saya, dan bukan pekerjaan saya untuk mencampuri kehidupan pribadi nona sakura" ucap suster iris,

seketika aku terdiam dengan ucapan suster iris barusan, aku tidak menyangka ternya suster kesangan ku sangat bijak sana dan sangat dewas, kepribadianan nya sangat jauh dariku, kalau aku berada diposisi suster iris mungkin aku akan sangat penasaran, tapi suster iris sedikit pun tidak penasaran, aaaa aku jadi ingin seperti suster iris.

"nona, saran saya sebaiknya nona lebih berhati-hati dalam menerima orang dikehidupan nona" ucap suster Iris lagi,

"kenapa memang?" ucap ku bingung karena perkataan suster tadi hampir sama dengan yang dikatakan deo tadi.

"karena , saya tidak ingin tubuh atau pun hati nona terluka hanya karena memilih orang yang tidak benar-benar bisa menjaga nona sepenuh hatinya" ucap suster iri penuh dengan nada khawatir,

"aaa suster" ucapku senang dan langsung memeluk suster kesayangan aku ini , jujur kadang-katanya suster iris yang sangat minim membuat ku sangat menyanginya seperti punya kaka perempuan yang siap menjagaku 24 jam, andai saja suster Iris beneran kakak aku pasti sudah sangat bahagia sekali. aku kan jadi orang yang sangat beruntung memiliki keluarga seperti mereka semua.

'hidup kadang seperti potongan pazzel yang hilang, dapat ditemukan mana yang cocok dan mana yang tidak, terdang butuh perjuangan penuh untuk mendapatkan menemukan potongan tersebut. maka terdang hidup merasa kekurangan karena tidak ada nya satu potongan itu, dan terkadang kan denagan tidak adanya potongan tersebut bisa membuat kita menghancurkan pazzel yang sudah hampir selesai, dan itu juga membuat kita harus mengulangi semua nya dari 0.'