Setelah mendengar cerita dari Suster Iris, aku langsung berfikir bahwa selama 1 bulan ini aku menutup diri dari lingkungan karena aku merasa aku sudah mendapat kan kebahagian yang utuh dari seorang dean walau ternyata semua salah, dean hanya mempermainkan ku bahkan dia berbohong dan hanya menjadikan ku bahan taruhan dengan teman-teman nya untuk kesenangan semata. Jujur jauh didalam lubuk hati ku ingin rasanya balas dendam namun aku ingat perkataan bunda bahwa semua yang diselesaikan dengan dendam tidak akan pernah habis dan hanya akan membawa keburukan bagi kedua belah pihak. Sekali lagi setalah mendengar cerita suster Iris aku mengerti bahwa semua yang indah akan tatap indah pada waktunya dan mulai saat ini aku memutuskan untuk membuka diriku semua orang termasuk untuk lingkungan ku yang selama ini selalu menjadi musuh bebuyutan ku.
Skip Time
Seminggu berlalu semenjak aku mendengar kisah cinta suster Iris. Aku beru saja pulang dari tempat latihan renang, seminggu ini aku sangat sibuk karena penyisahan antar kota akan segara dimulai sebulan lagi, aku jadi terlalu focus dengan latihan ku , sampai aku lupa mau bertemu dengan Naoya alias sekartaris pribadi ayah dan yang ternyata adalah suami dari suster Iris. dan aku juga sampai melupakan kalua aku punya hutang makan siang bareng dengan deo, padahal janji itu sudah aku dan deo buat semenjak aku masih dirawat dirumah sakit tempo hari. Aku juga belum bertemu dengan deo semenjak aku keluar dari rumah sakit, 'apa karena aku terlalu sibuk sampai aku tidak sempat bertegur sapa atau memberinya pesan singkat?'.
Aku berbaring diatas Kasur menatap layar hp ku, aku berharap ada seseorang yang mengirimku pesan, baik sekedar menyapa atau mengajak ku keluar untuk minum kopi. Aku terdiam menatap layar persegi empat itu dengan penuh rasa berharap. 5 menit sudah aku menatapnya tapi semua ternyata hanya harapan semata. Ku letakan benda persegi empat itu diatas Kasur, aku berguling tidak karuan diatasnkasur, padahal Kasur ini baru saja dibereskan oleh maid ku yang lain. Aku memang hidup dengan berkecukupan bahkan lebih dari cukup tapi entah menngapa aku merasa semua sama saja dengan manusia normal lainnya, atau karena aku tidak pernah tau rasanya hidup di keadaan yang sulit ya, atau aku yang terlalu manja hingga aku tidak tau perasaan orang lain. Aku hanya terdiam memikirkan takdir ku sendiri, aku senang berada dikamar ku yang tenang dan terkadang aku juga merasa senang dengan suasana kamarku yang tenang. Saat sedang asik melalun, tiba-tiba hp ku berbunyi mendakan ada pesan masuk, aku pun bergegas mengecek siapa yang mengirim pesan itu, dan ternya pesan itu dating dari deo,
"bagaimana masih sibuk?" Tanya nya dalam pesan tersebut.
"iya begitulah" ucap ku singkat dan cepat.
"besok hari minggu kan?" balas deo lagi,
"iyap, kenapa?" balasku lagi,
"kau ada acara keluarga?" Tanya deo kembali,
"sepertinya tidak, hanya saja aku latihan dipagi hari sampai siang hari" balasku penuh dengan kejujuran dan tanpa pikir panjang.
"mau ku temani latihan?" balas deo lagi,
"memangnya tidak repot?" balas ku ragu-ragu,
" tentu saja tidak, lagi pula aku besok aku tidak punya kegiatan apapaun" balas deo ,
" oke besok aku ada dilapangan Lovely dari pukul 8, kita bias bertemu disana" balasku,
"memangnya kau tidak mau ku jemput?" balas deo,
"heh?! Kau mau dating menjemput?" balasku lagi,
"kalua kau tidak keberatan" balas deo,
"Lebih baik kau urungkan saja niatan mu karena besok ayah dirumah, aku tidak mau kau dihujani pertanyaan yang tidak penting nantinya dan akan membuat ku terlamabat latihan" balasku panjang lebar.
"baik lah, kalua begitu" balas deo,
"oke" balas ku singkat dan chat terakhirku hanya dibaca olehnya. Aku juga baru sadar setelah selesai membalas pesannya berkali-kali, kalua aku dan dia tidak keluar ruang chat sampai chat kami tuntas.
Aku bangkit dari kasurku, aku berfikir seketika pakaian apa yang harus ku pakai setlah aku selesai latihan, aku berajak melihat isi pakaian yang ada dilemar, aku baru sadar ternyata pakaian yang ku miliki sangat banyak, namun rasanya selama ini pakaian yang ku pakai hanya itu-itu saja, atau karena aku tidak berfikir menggunakan pakain apa yang cocok untuk kekampus atau pergi keacara resmi bersama keluargaku, dan kenapa hamper semua baju yang ada dilemari ku harus berwarna pink. Aku mengeluarkan satu-persatu pakaian yang ada di lemariku sambal mencocokan diri didepan kaca yang terletak di kamarku, aku terus mencocokan sampai semua pakaian berserakan di atas Kasur dan lantai. Aku menghela napas, aku pasrah tidak tau harus menggunakan pakaian apa besok. Aku berdiri memandangi semua pakaian yang berserakan.
Aku terdiam. Sampai pada akhirnya aku melihat satu baju yang menurutku sempurna untuk digunakan besok setelah selesai latihan besok. Setelah menemukan pakaian yang cocok aku merapihkan semua kekacauan yang sudah ku buat. Setelah selesai aku bergegas keruang bawah karena bunda memanggilku, aku curiga sepertinya hari ini bunda memasakan sesuatu untuk ku dan ayah.
Saat aku sampai didapur ternyata dugaan ku salah, ternyata nenek yang memasak malam ini, aku hanya termenung melihat nenek sedang memasak sambil dibantu kedua suster nenek.
"nenek mau ku bantu" teriak ku dari belakang nenek membuat nenek sedikit terkejut.
"astaga sakura. kalau nenek punya penyakit jantung nenek sudah terkapar mendengar suara mu barusan" ucap nenek panjang lebar.
"heheh maafkan" ucap ku sedikit cengengesan.
"memang nya kau bisa membantu nenek memasak? " ucap nenek lagi sambil melihat ku.
"kan belum dicoba" ucap ku mantap.
"baiklah sekarang bantu nenek membersihkan bawang dari kulit nya" ucap nenek memberikan ku tugas pertama.
aku hanya termenung melihat bawang putih dan bawang merah tak lupa dengan pisau, jujur aku baru pertama kali membantu nenek di dapur. karena biasanya aku tidak pernah kedapur. bahkan aku tidak tau cara membuat mie instan.
'TUHAN MAAFKAN AKU' ucapku dalam hati. lalu ku ambil pisau dan bawang putih, dengan sepengetahuan ku yang terbatas aku mencoba membuka kulit bawang putih dan yap bener, tangan ku terkena pisau dan darah serta perih yang membekas.
"sakit" ucap ku meringis sambil melihat tangan ku yang masih berdarah.
"kan tadi nenek sudah tanya" ucap nenek menghampiri ku dan langsung menuntun tangan ku ke arah keran air, lalu nenek menyalakan keran tersebut dan membersihkan darah yang mengalir dari tangan ku, "sekarang tutup luka mu" ucap nenek sambil melihatku.
"maaf kan aku nenek" ucap ku menunduk, aku benar-benar merasa malu, aku merasa kalau aku hanya anak manja yang bisanya hanya menyuruh dan menyuruh tanpa tau pekerjaan yang oranglain kerjakan ternyata sangat berat dan melelahkan.
"tak apa, lain kali belajar ya dan lebih hati-hati" ucap nenek lembut padaku.
"terimakasih nek" ucap ku masih menunduk,
"cepat obati luka mu nanti infeksi" ucap nenek sambil menepuk-nepuk pundak ku.
" baik" ucap ku lalu berlalu dan mengambil kotak P3K , dan membalut luka ku dengan rapih. aku terdiam di meja makan sambil melihat nenek dan suster yang sedang masak di dapur. aku berfikir aku harus berubah dan belajar masak agar aku tidak menjadi anak yang manja lagi.
Setelah berfikir seperti itu, aku kembali mendekat ke arah nenek dan melihat semua yang dikerjakan di dapur sambil bertanya semua bahan yang digunakan untuk memasak dan hal-hal lainnya. tak terasa semua yang kulakukan menjadi ilmu baru bagi ku. saat makan malam nenek menceritakan semua nya pada ayah dan bunda yang membuat ku sangat malu, bahkann ayah sampai mengolok-ngolok ku karena kelakuan ku, aku hanya bisa terdiam karen aku benar-benar malu, untung bunda sedikit membelaku, dan pembelaan bunda membuat ku semakin bersemangat untuk belajar memasak lagi. setelah makan malam, aku melakukan kegiatan rutin ku seperti sedikit berolah raga dan mandi, lalu meng istirahatkan tubuhku.
KRINGGGG~~ KRING~~~
Bunyi jam weker ku, membangun kan ku dari tidur. aku lirik ke arah jam untuk memastikan kalau aku bangun dijam yang tepat bukan mimpi tentunya. saat ku lihat jam masih menunjukan pukul 6 pagi, dan tiba-tiba terdengar ketukan pintu, aku terdiam lalu pintu itu kembali di ketuk, dan terdengar suara,
"sakura, kau sudah bangun sayang?" ucap suara dari balik pintu, aku menahan takut setengah mati, ternyata yang mengetuk pintu adalah ayahku, "baru saja" ucap ku lemas,
"ayah masuk" ucap ayah tanpa aba-aba dan langsung masuk kekamar ku. sementara aku masih tergeletak lemas diatas kasur dengan selimut hangat masih menempel menutupi tubuhku,
"ayo bangun" ucap ayah sambil menguncang-guncang tubuh ku ,
"nanti masih jam 6" ucapku malas,
"kau lupa kalau hari ini, hari apa?" tanya ayah yang masih setia menguncang-guncang tubuhku,
"engga tau" ucap ku pasrah,
"hari ini kan hari kita jogging bersama" ucap ayah mengingatkan, lalu ayah menarik selimutku yang menutupi wajahku,
"malas" ucap ku sambil melihat ayah yang sudah menggunakan baju olahraga dan siap untuk berangkat jogging,
"bangun atau kau tau akibatkanya" acam ayah sambil melihatku lekat. 'mati aku' ucapkku dalam hati,
"baiklah" ucap ku yang masih malas dan malah mengmutar tubuhku malas, dan .....
"ayah geli,berhenti" ucap ku sambil di iringin tawaku dipagi hari, ini dia hukuman yang paling aku benci dari ayah,
saat ayah mengeliti tubuhku, dan membuat ku tidak bisa berhenti tertawa karena hukuman ayah,
"ayo bangun dan jongging bersama aya,atau mau ayah tambah" ucap ayah sambil terus mengelitiki tubuh ku,
"baik, baik" ucapku menyerah, dan ayah pun berhenti. aku duduk ditempat tidurku untuk mengumpulakan nyawa,
" 5 menit" ucap ayah lalu pergi meninggalkan kamarku, aku pun bergegas mencuci muka dan berganti pakaian dan menemui ayah yang sudah menunggu ku untuk jogging bersama.
"selamat pagi semua" ucap ku saat sudah berada dibawah, aku melihat semua orang yang ada diruang an itu,
hari ini sepertinya ajudan ayah sedang berkumpul untuk menjaga nenek atau bunda, tapi yang jelas aku tidak suka keramaian ini, entah sejak kecil aku memang tidak begitu suka dengan keramaain.
"sudah?" tanya ayah,
"sudah" ucap ku singkat.
"ayo baby" ucap ayah sambil menggemam tangan ku menuju keluar rumah, aku dan ayah menggunakan mobil untuk sampai ke taman, karena jarak nya cukup jauh dari rumah, setalah sampai ditaman , aku dan ayah mulai jongging bersama. aku hanya terdiam sambil asik melihat sekeliling taman yang cukup ramai seperti dirumah,
"kenapa sayang ?" tanya ayah membangunkan ku dari lamunan,
"engga aku baru sadar kalau disini cukup ramai orang berolah raga" ucap ku ,
"disini selalu ramai" ucap ayah mastikan ku,
"aku tidak memperhatikan" ucapku,
"kau selalu fokus dengan kejuaraan" ucap ayah lagi,
"maksud ayah?" tanya ku tak paham, "maksud ayah, setiap kali kita jongging kesini , kamu selalu saja sedang mempersiapkan diri untuk persiapan pertandingan renang" ucap ayah dengan penjelasannya,
"maafkan" ucapku sambil tersenyum, "oh iya sakura baby, ayah mau tanya sesuatu boleh?" tanya ayah,
"apa ayah?" jawab ku, jujur aku sanngat kaget dan agak sedikit takut tentang hal apa yang akan ayah tanyakan tentang ku, apakah pertanyaan itu tentang deo, dean atau yang lainnya atau tentang pertandingan yang akan diadakan.
" sakura, kamu gak mau belajar latihan berkuda?" tanya ayah.
Duar!!!
aku benar-benar terkejut dengan perkataan ayah tadi.
"eh kenapa ayah bertanya begitu" tanya ku lagi,
"tidak ayah hanya penasaran saja kenapa sejak dulu kau tidak mau berlatih berkuda" tanya ayah sambil melihatku,
"hmmm, kenapa ya ..." ucap ku sambil berfikir,
"kita istirhat dulu yuk" ucap ayah , aku dan ayah duduk disalah bangku taman, aku terduduk sambil befikir kenapa sejak kecil au tidak pernah mau belatih kuda,
"jadi bagaimana, apa alasanmu?" tanya ayah sambil melihat kearah ku.
"entah aku juga tidak tau, mungkin olahraga yang ku tekuni sudah banyak" ucapku sambil terus berfikir.
"atau kau sebenarnya takut mencoba sesuatu yang baru ?" tanya ayah lagi, aku masih berfikri,
"aku rasa begitu yah, lagi pula berkuda adalah hal yang baru buatku, ayah baru mengenalkan berkuda pada ku saat aku duduk dibangku sekolah dasar tingkat pertama, sedangkan bunda mengenalkanku pada berenang dan memanah saat usia ku masih terbilang sangat kecil" ucap ku panjang lebar,
"iya itu namanya kau takut untuk mecoba tantangan baru" ucap ayah sambil mengoyang-goyang kepala ku.
"memang nya itu termasuk takut terhadap hal baru?" tanya ku tidak paham,
"sekarang ayah tanya, kau pernah tidak naik ke atas kuda atau sekedar ikut melihat ayah saat ayah sedang latihan berkuda?" tanya ayah,
"tidak pernah, lagi pula aku bertemu denga kuda secara langsung saja membuat ku ketakutan setengah mati" ucap ku mengingat kejadian pertama kali dibawa ketempat latihan kuda oleh ayah dan bunda, dan malah hal buruk menimpa ku, jari tangan ku hampir dimakan oleh kuda, bagaiman itu tidak menimbulkan truma sendiri untuk ku.
"itu trauman namanya" ucap ayah menyakinkan ketakutan ku yang tidak jelas,
"kau tau tidak seberapa besar ayah berharap kau mau ikut latihan berkuda?" tanya ayah lagi,
"sebesar aku memangkan kejuaraan nasional" ucap ku menebak,
"lebih besar dari itu, sebesar kau memenangkan kejuaraan dunia" ucap ayah lagi,
"ayah apasih" ucap ku sedikit menahan sedih karena aku merasa telah membuat ayah ku kecewa pada ku,
"maaf ayah" ucap ku menunduk.
"tak apa, ayah masih punya keyakinan kalau suatu saat kau mau berlatih berkuda bersama ayah" ucap ayah mengusap rambutku.
"kenapa begitu?" tanya ku tak paham,
" karena kau adalah anak ayah" ucap ayah merasa bangga,
"aku tidak yakin alasanya begitu" ucap ku menghentikan kesombongan ayah yang tidak jelas,
"oke oke, ayah beritau" ucap ayah,
"kau adalah anak satu-satu yang ayah dan bunda punya, bunda dan ayah selalu yakin kau adalah kesempurnaan dari semua kekurangan ayah dan bunda, kau juga pelengkap kelebihan kami, bunda ahli dalam memanah, ayah ahli dalam berkuda, dan kau ahli dalam berenang, ayah berharap kau bisa memadukan semua kelebihan yang ayah dan bunda punya menjadi semua kelebihan mu, ayah juga tau kau masih trauma dan ketakutan pada kejadiaan dimasa lalu tapi ayah tau semua tidak akan menyeramkan seperti yang kau bayangkan, ayah berharap kau bisa memulai walau dengan ketakutan yang masih ada" ucap ayah panjang lebar,
"apa untuk bisa menjalani hubungan lagi harus seperti itu juga yah?" tanya ku polos, "iya begitulah" ucap ayah yang tidak penasaran sedikitpun,
"berarti aku bisa memulai kisah yang baru walau hati ini masih takut dan terluka" ucapku sambil menatap langit pagi,
"kau harus mencoba, kalau kau tidak mencobanya kau tidak akan tau apa yang akan terjadi nantinya, baik buruk nya sesuatu itu bagaimana cara kau memandangnya" ucap ayah sambil merangkul ku memastikan semua keputusan yang akan ku ambil nantinya akan baik untuk diriku
'sebuah keputusan yang akan membawa ke sebuah awal baru dari sebuah kisah. namun tidak semua akan berakhir dengan indah seperti yang hati kau inginkan, namun semua itu akan menjadi kenangan yang akan menuntun mu kearah lebih baik lagi'