Diruangan ku sekaranng hanya ada suster Iris dan aku.
"mau membaca buku juga?" tanya ku pada suster karena sedaritadi aku melihatnya melamun,
"bolehkah?" tanya suster sambil menatapku,
"tentu saja, pilih saja buku yang suster ingin baca" ucapku sambil tersenyum, aku bukan tipe anak yangbanyak berbicara, sedari kecil bunda selalu mengajarkan ku untuk membaca, jadi sekarang aku sangat hobi membaca,
"terimakasih nona" ucap suster Iris mengambil salah satu buku yang bergeltak diatas kasurku,
"kembali kasih" ucapku dengan senyuman. keadaan langsung hening, aku dan suster sama-sama serius membaca buku yang sedang ada dipandangan kami. aku baru tau kalau suster Iris juga suka membaca buku.
"itu salah satu buku kesukaanku juga" ucap ku memecahkan keheningan, "benarkah nona?" tanya suster Iris dengan wajah yang penuh dengan penasaran,
"tentu saja, bukunya sangat menarik bukan?" jawabku sambil menayakan pendapat suster Iris tentang salah satu buku kesukaanku itu.
"saya suka ceritanya, tentang sebuah persaudaraan yang sangat luar biasa, padahal saya baru membaca beberapa bab, saya sudah berada seperti tokoh utama dalam buku ini nona" Jawab suster Iris sambil menjelaskan pendapatnya tentang buku tersebut.
"sudah sampai bab berapa?" tanya ku penasaran,
" bab 6" ucap suster Iris,
"aku kan tanya pendapatmu lagi setelah kau membaca sampai bab 12" ucap ku sengaja, agar suster Iris penasaran,
"apakah akan sangat seru?" tanya suster Iris yang terpancing ucapan ku tadi,
"baca saja" ucap ku yang malah membuat suster Iris tambah penasaran. "oh iya suster,
aku lupa sesuatu" ucapku,"apa itu nona?" tanya suster Iris,
"aku lupa menayakan pada mu, kenapa kau memilih buku itu?" ucapku dengan senyuman,
"astaga nona, kenapa nona sangat senang membuat saya jantungan, saya pikir nona lupa minum obat" ucap suster Iris sambil memengangi dadanya,
"hehe maaf kan, aku sengaja" ucapku lagi diiringin dengan kekehan khas ku saat mengakui kesalahan.
"alasan saya memilih buku ini karena cover bukunya sangat menarik nona, membuat saya jadi penasaran dengan isi bukunya" ucap suster Iris,
"ohh jadi itu alasan" ucap ku sedikit kecewa dengan pernyataan suster Iris tadi,
"memangnya kenapa?" ucap suster Iris yang penasaran dengan reaksi ku tadi,
"sebenarnya begini, tapi ini pendapat pribadiku ya" ucap ku menjelaskan diawal,
"terkadang semua yang terlihat sempurna belum tentu sempurna. sama halnya jika kau membeli sebuah buku, saat kau tidak menyukai covernya jangan langsung beranjak pada buku lain, tapi lihatlah dibagain belakang buku tersebut ada sinopsis yang bisa kau baca, dan siapa tau dengan membacanya hatimu tergerak ubtuk membaca kesekuruhan isinya. sama seperti kau mengenali seseorang jika kau tidak menyukai kata-katanya yang terkadang menusuk kehati tapi coba cari orang terdekatnya yang bisa menyakinkan mu bahwa kepribadian nya bukan seperti yang kau lihat" ucapku panjang lebar.
"maaf ya jadi curhat juga" lanjutku. karena tidak enak sudah berbicara terlalu banyak.
"tidak apa nona" ucap suster Iris dengan senyuman yang benar-benar tulus dari hatinya.
"wah canriknya" ucapku tidak sengaja,
"iya nona?" ucap suster Iris terkejut dengan ucapanku tadi,
"ah tidak apa" ucap ku mengelak,
"ah baiklah" ucap suster Iris seolah tidak mau bertanya lebih dalam lagi.
" ano suster" ucapku mencoba memberitau suster,
"iya nona?" ucap suster Iris melihat kearah ku.
"senyuman suster seperti malaikat" ucap ku menunduk karena malu jujur aku sangat sulit memuji orang lain atau mengeakui kehabatan orang lain adalah hal yang sangat sulit keluar dari mulutku.
"terimakasih nona sakura" ucap suster Iris diiringi lagi dengan senyuman yang tadi dia perlihatkan. suasana dikamarku kembali hening, aku dan suster Iris kembali fokus membaca buku. sampai .....
"selamat siang" ucap seorang laki-laki masuk kekamar ku, "ayah !!!!" teriak ku saat melihat laki-laki itu masuk sambil membawa sesuatu ditangannya. "apa itu ayah?" tanya ku saat ayah menghampiri ku.
"ini?" tanya ayah sambil meng anggkat tas belanjaanya, aku pun meng angguk.
"tebak" ucap ayah, yang membuatku semakin penasaran,
"sushi" tebak ku asal, lalu ayah memasang wajah kecewa saat ku jawab,
"jawaban ku benar?" tanya ku penasaran.
"kenapa anak ayah selalu menjawab benar pertanyaan ayah, terutama kalau menyangkut tentang makanan" ucap ayah sambil gemas mencubit pipiku,
"ampun ayah, abis bau makananya tercium olehku" ucapku asal yang penting ayah mau melepas cubitan gemasnya dari pipiku,
"ayah, jangan dicubit pipi anaknya, nanti gembulnya hilang" ucap bunda tiba-tiba masuk dan melihat ayah sedang mencubitku,
"abis anaknya ayah gemesin" ucap ayah lalu melepaskan cubitanya.
"iya kan anaknya bunda" ucap bunda tidak mau kalah, lalu mendekatiku dan mencium kepala ku tanda sayang.
"peluk" ucapku manja pada bunda, dan bunda menuruti keinginan manjaku,
"ayah gak dipeluk nih?" ucap ayah sambil pura-pura marah,
"engga mau soalnya ayah bandel" ucapku seperti anak umur 5 yang ngambek karena tidak dibelikan mainan.
"salah ayah apa?" ucap ayah seperti tidak mau kalah dengan ku,
"ayah, umur" ucap bunda sinis,
"ih bunda, ayah kan sama sa-chan umurnya gak beda jauh" ucap ayah tidak terima.
"harus yang bilang begitu tuh bunda bukan ayah" ucap bunda seperti tidak terima kalau usia mereka sudah bukan lagi remaja sepertiku.
"ah tuh kan kebiasaan" ucapku kesal ,
karena ayah dan bunda mulai beralay ria didepanku.
"iyaa maaf ya sayang" ucap mereka bersamaan. eh tumben ayah dan bunda kompak, aku hanya tersenyum,
"aku mau makan sushinya sekarang" ucapku karena sudah tidak sabar ingin makan, salah satu makanan kesukaan ku.
" oke, oke ayo kita makan" ucap bunda,
"mau bunda suapi? tanya bunda, aku mengeleng,
"mau makan sendiri" ucap bunda lagi,
"engga juga" ucap ku membuat semua orang bingung,
" lalu?" tanya bunda lagi dengan penuh sabar,
"mau disuapi ayah" ucapku dengan tersenyum lebar.
"asik, sini ayah suapi" ucap ayah senang, dan terlihat bunda sedikit cemburu dengan ucapan ku tadi,
"sama bunda juga, jadi gantian" ucap ku lagi lalu wajah bunda kembali seperti sebelumnya tersenyum dengan penuh kasih sayang.
Tidak terasa sudah 3 hari aku berada disini, dan hari ini aku diperbolehkan pulang oleh dokter. perasaan senang karena besok aku sudah bisa melakukan kegiatan ku seperti biasa. apalagi kalau bukan pergi kekampus dan benerang, dan bertemu dengan deo. eh tunggu kenapa aku jadi kepikiran sama deo, apa jangan-jangan aku sudah terkena sihir dari deo. BAHAYAAA!!!
sekarang aku sudah berada dirumah, senang rasanya bisa kembali kekamar ku. "TADAIMA~(aku pulang)" teriak ku. aku langsung berlari mencari nenek kesayanganku, karena selam aku dirumah sakit, ayah melarang nenek untuk menemaniku di rumah sakit, karena daya tahan nenek memang sudah mulai melemah, mungkin ayah juga takut kalau nenek nanti jadi ikutan masuk rumah sakit.
"Sa-chan" pangil nenek yang baru saja keluar dari kamar nya,
"nenek" ucapku dan langsung memeluk nenek.
"bagaimana keadaanmu, sudah lebih baik?" tanaya nenek dengan nada khawatir.
"tentu saja, liat saja aku baik-baik saja kan?" ucap ku meyakinkan nenek kalau aku sudah baik-baik saja,
"syukurlah, nenek sangat khawatir" ucap nenek sambil mengusap-usap pundak ku,
"ini hadiah buat nenek, anggap saja ini permintaan maaf dari ku karena sudah membuat nenek khawatir" ucap ku memberikan kantung belanja pada nenek,
"apa ini?" ucap nenek yang penasaran dengan isi kantung yang ku berikan,
"kesukaanya nenek" ucap ku memberikan clue kepada nenek,
"kue manju" ucap nenek ,
"yesss benar sekali" ucapku sedikit dengan teriakan senang,
"terimakasih ya sa-chan" ucap nenek dan kami kembali berpelukan,
"maaf juga ya nenek, sa-chan sudah memebuat nenek khawatir" ucapku,
"sudah tidak apa, sekarang ayo kita makan kue nya bersama" ucap nenek, dan kami pun berjalan menuju ruang makan. saat sampai diruang makan, pembantu rumah tangga yang biasa membantu nenek langsung mengambil kan piring untuk nenek, dan aku membantu nenek untuk duduk dimeja makan,
"ayah dan bunda mu mana?" tanya nenek yang setelah duduk dikursi,
"tadi bunda bilang harus kembali ke cafe karena ada urusan, ayah juga begitu" ucapku menjelaskan dan mengambil tempat duduk tepat disamping nenek.
"terus tadi kamu pulang sama siapa?" tanya nenek lagi yang masih penasaran.
"aku tadi pulang dengan, Ryuu-san" ucapku santai,
"baiklah kalau begitu" ucap nenek, lalu nenek dan aku memakan kue manju tadi, setelah selesai mencicipi kue manju yang kue beli, aku pamit pada nenek untuk ke kamar, dengan alasan mengistirahatkan diriku.
"rasanya lelah sekali" gundam ku sambil membaringkan tubuh ku diatas kasur. aku tidak tau rasa apalagi yang ada ditubuh ini selain perasaan lelah. padahal beberapa hari lalu aku berbaring dirumah sakit untuk mengistirahat kan tubuh ku ini, tapi entah mengapa rasa lelah itu tidak hilang.
Aku terdiam melihat langit-langit kamar yang sudah beberapa hari tidak ku lihat, aku masih ingat saat aku meminta ayah untuk membelikaan wallpaper untuk menghiasi langit-langit kamar ku, akarena aku sudah bosan dengan langit-langit kamar ku yang polos, seperti langit-langit rumah sakit. Hari itu menjadi hari pertengkaran pertamaku dengan ayah selama hidupku, ayah ingin menghias nya dengan warna hitam dan bintang-bintang, tapi dimataku kamar ku akan menjadi kamar anai umur 5 tahun, dan akhirnya bunda memisahkan pertengkaran kami dengan ide yang sangat indah, dan berakhir langit-langit kamar ku menjadi sangat indah walaupun unsur bintang-bintang kecil ide ayah ada dilangit-langitku, namun tidak seburuk pemikiran ku setelah langit-langit kamar ku di hias sesuai ide bunda yang memadukan antara keinginan ku dan ke inginan ayah,
malah aku sangat menyukai langit-langitku hingga saat ini. Pikiran ku melayang sambil melihat langit-langit kamarku, aku berfikir untuk memulai hari baru bersama deo, tapi entah semakin aku ingin memberikannya kesempatan untuk deo, perasaan takut menyelimuti, seolah semua akan berakhir sia-sia. Semakin aku memikirkannya aku semakin membenci diriku sendiri, aku merasa aku adalah manusia paling lemah yang ada dimuka bumi ini. Aku bangkit dari tidurku, aku mengambil posisi berdoa,
'Tuhan, tolong aku ingin mencintai deo seperti aku mencintai dean, bahkan aku ingin perasaan cinta ku terhadap deo melebihi aku mencintai dean dulu, jangan terus buat hati meragu akan pilihan ku, jika memang ini yang terbaik untuk ku maka hapus semua rasa menakutkan yang semakin menyelimuti ku ini, aku mohon Tuhan, aku ingin kembali dicintai oleh orang yang mengharapkan keadaan ku dimuka bumi ini dan aku juga ingin cintai oleh mahluk ciptaan mu'.
'saat kau menggantungkan harapan pada seseorang, maka jangan pernah lupa kalau kamu juga harus menyertakaan doa kepada Tuhan. Walau Tuhan tau apa yang hati kecil kamu inginkan saat ini, tapi semua akan jadi sia-sia apabila kamu tidak menggantungkan harapamu dihadapan Tuhan. Karena semua semua akan menjadi indah apabila Tuhan merestui semua perbuatanmu'