Hari ini aku terbangun dari tidurku, bukan karena suara nenek yang menggema seperti biasa tapi cahaya sang fajar yang masuk kedalam kamarku dan menyilaukan mataku.
Namun yang aku rasakan hanya rasa sepi dan mataku yang sanggat sakit. "ah melelahkan" gundamku lalu menggambil posisi duduk diatas Kasur, aku mencoba menyadarkan diriku yang mungkin saat ini masih berada didalam sebuah mimpi, entah itu mimpi buruk atau mimpi indah. Sejak kejadian kemarin aku tidak tau mana yang sebuah mimpi atau kenyataan.
"Sa-chan jangan lupa sarapan mu dimeja dan jangan lupa habiskan, ku pergi byeee" ucap bundaku yang mengetuk pintu dan berlalu begitu saja.
Dengan tumbuh yang masih terasa sanggat melelahkan, aku paksakan tubuhku untuk pergi kekamar mandi dan mecuci muka agar pikiran dan hatiku sedikit lebih segar menurutku. Tanpa belama-lama aku menuju meja makan, dan aku tidak melihat siapapun disana "huuu" gundamku lagi saat melihat keadaan yang sudah sangat biasa bagiku.
Aku pun memakan makanan yang ada sambil terdiam layaknya mayat yang masih membutuhkan makanan. Aku bahkan tidak ingat terakhir aku menyimpan benda persegiempatku.
"jadi hari ini apa kegiatanmu?" tanya nenek tiba ,
"astaga!" kaget ku lalu mencari sumber suara dan dia tepat berada dibelakangku yang sedang asik melihat pertandingan bola voli,
"nenek kaget tau, aku pikir gak ada orang tadi" ucap ku sedikit mendumel,
"abis daritadi dipanggil malah diem aja" balas nenek yang matanya masih focus pada layar TV,
"aku gak dengar" pangkas ku sedit kesal,
"kamu mikirin apa sih sampai kaya mayat berjalan" tanya nenek yang mulai menglaihkan pandangannya padaku,
"engga apa kok nek", ucapku yang mencoba menutupi kesedihanu,
"Sa-chan" ucap nenek,
aku pun menoleh "apa nek",
"nenek mau tidur dulu, jaga rumah ya" ucap nenek yang berlalu meninggalkan ku yang masih terdiam dimeja makan.
Aku adalah anak yang tidak bisa makan sendirian, dan akhirnya aku hanya makan didepan TV yang menyala tanpa aku lirik sedikit pun.
Hari ini sungguh hari terberat yang pernah aku jalanni, aku hanya menatap layar hp ku tanpa ada pikiran seseorang akan mengirim pesan padaku. Tiba-tiba saja layar hp ku menyala dan itu menandakan ada pesan masuk, dengan cepat aku membuka pesan yang masuk,
' kamu sa-chan?, bisa kita ketemu sebentar?', aku benar-benar terkejut dengan isi pesan singkat tersebut,
'kamu siapa? Dan dapat darimana nomorku' balas ku dengan cepat,
'aku Deo, teman Dean, ada yang ingin aku bicarakan, bisa kita bertemu', balasnya. 'dimana? Kapan? Jam?' balasku kembali.
"sekarang, kita ketemu ditaman lampu dekat rumah mu' balasnya kembali.
"Shit!!" umpat ku ,
taman yang sedari dulu tidak aku ingin datangi walaupun jaraknya hanya 5 menit dari rumahku. Segera ku membersihkan diri ku dan menyiapkan diri untuk bertemu dengan pria yang 5 menit lalu mengajak bertemu.
'dimana? Aku sudah ditaman' dia kembali mengirimku pesan,
'aku kan segera kesana, tunggu sebentar' balasku dan berlari keluar dari kamar,
"aku pergi dulu yaaaa" teriak ku ,walau aku tau dirumah hanya ada nenek yang menjaga rumah.
Aku mulai melangkah kan kaki menuju taman lampu, dan saat aku sampai disana, aku melihat ada laki-laki yang duduk di ayunan dengan santai. Aku pun menghampirinya,
"Deo?" tanya ku sambal menatap matanya,
'waaaahhhhhh mata indah sekali, biru yang indah' teriak ku dalam hati, "iya, Sa-chan?" tanya dia sambil berbalik melihatku.
"emm" balas ku sambal sedikit menganggukan kepala,
"sini duduk"ucapnya lagi sambil sedikit menepuk ayunan disebelahnya, aku pun duduk diayunan tersebut.
"ternyata yang diucapkan Dean 100% tepat ya" ucap nya tiba-tiba,
"maksudnya" ucapku sambal menatap kosong kedepan.
"kamu secantik bidadari dengan senyuman yang khas" ucapnya lagi,
"bidadari atau mayat hidup" ucap ku sambal bercanda,
"sepertinya kau sudah kebal dengan kata-kata romantic ya" ucapnya sambal tersenyum kearahku,
"iya sepertinya" balasku dengan sedikit menundukan kepala,
"aku tau kau baru saja ditingal kan oleh nya tanpa alasan kan?" ucapnya santai, mataku terbelak
"bagaiman kau tau?!" ucapku terkejut,
"iya, dia sudah punya wanita baru, eh salah" ucapnya sambil sedikit menahan tawa,
"apanya yang lucu" ucapku,
sejujurnya aku sedikit terkejut dengan ucapannya barusan,
"jujur saja kau hanya jadikan sebagai barang taruhan ditempat tongkronganoleh dean" ucapnya sambil menggayun-ayunkan ayunan yang dia dudukki.
Aku hanya terdiam mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.
"kenapa? Kau tidak percaya dengan perkataanku?" tanyanya sambil melihat mataku dengan tajam, aku hanya dapat mengangguk kecil,
"kau pernah datang ke Akka café kan?" tanya nya lagi,
dan lagi-lagi aku hanya dapat menganggukan kepalaku,
"dari situ awal dia mencari informasi dan menjadikan mu barang taruhannya" ucap nya lagi,
"bagaimana kau tau kalau aku ini hanya jadikan barang taruhannnya" ucapku dengan suara yang parau layaknya seorang yang menahan air mata.
"aku bertemu dengannya di Akka café kemarin, dan aku tanya dimana bidadari yang selalu mengiringinya,
dan dia menceritakan semuanya padaku" ucapnya sambil melihat kerarahku,
"emm" ucapku sambil menutup wajahku dengan tangan, tak dapat lagi aku menutupi semua air mata yang sedaritadi ku tahan, layaknya ribuan jarum yang menusuk hatiku secara bersamaan.
Deo mendiamkan ku beberapa saat, namun isak tanggis ku semakin kencang, aku benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa sakit yang begitu menyakitkan, tiba-tiba aku merasakan pelukan hangat, saat ku mencoba menghapus, aku benar-benar terkejut dengan sikap Deo yang sama persis seperti Dean, saat pertama kali aku bertemu dengan nya. Aku berusaha sekuat tenanga untuk menghentikan air mataku. Butuh beberapa waktu sampai isak tangisku berhenti,
"aa sudah berhenti" ucap Deo sambil perlahan melepas pelukannya padaku, aku hanya bisa menunduk sambil menahan malu, aku tau benar-benar tau kalau wajahku sangat memalukan.
"ini" ucapnya sambil memberikanku sapu tangan.
"terimakasih" ucapku sambil menggambil sapu tangan pemberiannya.
"sebenarnya hubungan mu dan Dean apa?" tanyaku dengan suara yang sedikit parau,
"aku saudra kembarnya" ucap Deo, aku benar-benar terkejut mata ku terbelak melihatnya, aku benar-benar tidak tau kalau selama 2 bulan aku mengenal Dean, dia punya saudara kembar.
"kenapa? Kau tidak percaya?" tanya Deo sambil memandang ku dengan wajah penuh keheranan.
"tidak apa" ucap ku sambil menggelengkan kepala.
"ada lagi yang mau kau katakana?" ucapku lagi.
"tidak" balasnya cepat.
"baiklah terimakasih sudah memberitahu kebenarannya padaku" ucapku sambil bangkit dari ayunan dan beralalu meninggalkan Deo begitu saja.
Dengan cepat aku melangkah kan kaki ku masuk kerumah dan kembali kekamar, ku kunci kamarku dan aku kembali menangis menahan semua rasa sakit yang tidak bisa ku jelaskan dengan kata-kata, aku terduduk dibalik pintu kamarku dengan ribuan air mata yang menetes. Butuh setengah jam untuk membuatku bangkit dan menghentikan semua air mataku, mata sembab, muka ku merah, hidungku perih, pita suaraku terganggu. Aku benar-bener merasa kacau, perlahanku langkahkan kakiku untuk menaiki tempat tidur, aku pun berbaring disana. Hanya kesepian yang menamiku, pikiranku kosong. Entah apa yang membuatku bisa sampai tertidur.
"Sa-chan, ayo bangun" ucap bundaku, aku tekejut saat mendengar suara bundaku dari luar pintu kamar,
'kalau bunda sudah pulang ini sudah jam 9 malam' gundamku, 'bahaya malem nanti aku tidak bisa tidur' gundamku lagi, aku segera melahkan kaki ku kekamar mandi dan keluar dari kamar,
"sudah waktunya makan malam" ucap bundaku,
dan ku lirik jam ternyata dugaan ku salah, jam masih menunjukan pukul 7 malam, aku punduduk di depan nenek dan bunda.
"habis menangis karena cinta" ucap ayah tiba-tiba, aku terkejut dan langsung melihat ayah,
"apa?" ucap ayah tanpa dosa,
"tidak ya, aku hanya khawatir nilai kuis ku jeles" ucapku menyangkal,
"semua perempuan itu lemah kalau urusannya dengan hati" ucap ayah lagi,
"kamu bukan anak-anak, wajar kalau kamu mulai mengenal rasa sakit hati, dan jatuh cinta. Lagi pula ayah tidak melarangmu untuk jatuh cinta selama kamu menjaga kehormatanmu sebagai perempuan, kau boleh melakukan sex selama tidak hamil" ucap ayah santai,
"ayah!" tegur bunda dengan keras ,
"lah ayah benarkan?" ucap ayah sambil melihat kearah bunda,
"saran bunda jangan dengarkan apa kata ayah terutama soal sex barusan" ucap bunda sambil memandangku yang sedang makan,
"iya aku tau kok ayah, bunda. Lagi pula aku benar-benar khawatir dengan kuis besok" ucapku sambil makan,
"kau itu sedari kecil tidak berubah ya" ucap ayah tersenyum,
"maksudnya?" ucapku memandang ayah,
"kau tidak bisa kalau nilai mu tidak sesuai dengan harapan" ucap bunda,
"kau akan menangis kalau hasil yang kau dapat tidak memenuhi harapan" lanjut bunda lagi, aku hanya bisa terdiam, pasalnya yang dikatakan bunda sangat benar. Aku sangat lemah dengan semua kegiatan yang aku miliki, kalau hasilnya tidak memenuhi harapan pasti aku akan menangis dan mengurung diri seharian dikamar.
"terimaksih untuk makanannya" ucapku setelah menghabiskan makanan ku, namun bukan balasan yang ku dapat tapi pandangan dari semua orang diruangan itu
"apa?" ucapku lagi,
"semoga sukses kuis besok ya" ucap ayah sambil tersenyum,
"terimaksih yah" balas ku, lalu aku mengingalkan ruangan makan.
'aaaa' gundamku saat masuk kedalam kamar, aku langsung membaringkan tubuhku lemas, aku sebal dengan diriku sendiri, di satu sisi aku sangat mengkhawatirkan kuis besok, tapi pikiran ku tentang Deo masih saja melayang-layang. Aku tidak percaya ku pikir dean hanya punya adik tapi ternyata dia punya kembaran, iya sih kalau dipikir mereka agak mirip yang membedakan hanya tatapan matanya dan mata biru deo yang sangat besinar, 'aaaa bete' ucap ku memeluk erat boneka panda kesayangan ku sambil berguling-guling dikasur. Walau pikiran ku sekarang tidak karuan karena cinta, aku tidak boleh egois, aku harus tetap membuktikan kalau aku tidak akan pernah mengecewakan ayah, aku segara duduk dimeja belajarku dan mulai belajar untuk kuis besok hingga aku tertidur dimeja belajar ku.
"sa-chan, ayo bangun" ucap bunda sambil mengelus-elus pundak ku agar aku terbangun.
Suara bunda langsung masuk ke teliga ku dengan kaget aku terbangun,
" apa aku terlambat?" tanya ku dengan cepat.
" belum masih setengah 8" ucap bunda dengan penuh senangan. Itu dia yang aku suka dari bunda ku, senyumnya bagaikan bidadari dipagi hari,
" segera bersihkan dirumu dan sarapan. Dan satu lagi ayah sudah berangkat dan ayah menitipkan ini" ucap bunda sambil memberikan ku kotak kecil berwarna biru,
"apa ini" tanya ku,
" buka aja syang" ucap bunda, saatku buka, betapa terkejutnya ada gelang yang sangat aku ingin
"ini serius untuk ku?" tanya ku dengan tidak percaya,
"iya sayang, penyemangat kuis hari ini kata ayah mu"ucap bunda lagi,
"terimakasih bunda" ucap ku sambil memeluk bunda erat,
"oke pelukan cukup, segera sebelum terlambat" ucap bunda lagi sambil mencubit hidungku dan berlalu pergi. Aku pun segera membersihkan diri dengan perasaan senang dan aku yakin aku akan mendapat nilai yang baik pada kuis hari ini. Apapun yang terjadi pada ku hari ini aku kan tetap bersemangat walau saat ini aku tidak dapat merelakan dean sepenuhnya.
'merelakan semua yang terjadi pada kita bukan hal yang mudah apalagi jika kenyataan kebenaran yang ada adalah sesuatu yang bisa membuat hatimu menjerit dengan sangat keras. tapi harus tau semua yang terjadi bukan hanya bersal dari kebodohanmu. tapi kenyataan bawah memilih itu jauh lebih baik daripada menerima dengan apaadanya.'