Chapter 28 - The CEO

Bryan sudah berlari di treadmill selama 30 menit untuk pemanasan berlatih boxing pagi ini. Trainer boxingnya sudah bersiap di atas ring. Turun dari treadmill dan masih terengah ia naik ke atas ring dan dipasangi sarung tinju. Bryan sebenarnya sudah berlatih boxing lebih dari 5 tahun semenjak di New York, ia seperti kecanduan olahraga berat seperti itu. Hanya joging atau gym rasanya tidak cukup baginya. Boxing merupakan ajang melepaskan stres, marah atau mood yang turun karena pekerjaan.

15 menit hingga 35 menit kemudian, ia terus berlatih tanpa henti. Trainer yang disewa baru seminggu semenjak di Jakarta memberi waktu 10 menit untuk istirahat dan minum sebelum memulai lagi. Kaos oversizednya sudah basah oleh keringat. Rambutnya juga sudah basah seluruhnya, bagian depan rambut Bryan yang sudah panjang bahkan mulai menutupi hidung. Ia menyisir rambut ke belakang menggunakan jemari dan memakai sarungnya kembali.

Sembari terengah, Bryan memulai lagi latihannya sampai ia mendengar suara Ayahnya memanggilnya ketika masuk ke ruangan gym. Hans memperhatikan sebentar Bryan berlatih jab tanpa henti. Dia kemudian memberi kode untuk trainer agar berhenti. Sepertinya Hans ingin bicara, Bryan pun berjalan ke arah ring sebelah kanan dan meletakkan lengannya di tali ring.

"Ada apa Dad?" tanya Bryan sambil terengah dengan helai rambut menutupi wajah.

"Kamu udah disini lebih dari dua jam, jangan terlalu lelah, soal nya Daddy mau ajak kamu ke kantor." Bryan mengangguk mengerti dan berbalik berjalan ke arah pelatihnya. Ia lantas memberi salam dan mengakhiri sesi hari ini. Turun dari ring, Hans memberi Bryan handuk bersih dan merangkulnya keluar gym. Sambil berjalan ia meraih botol minum dan meminum air sembari keluar.

"Bentar lagi aku selesai. Aku mandi dulu!" ujar Bryan sambil menaiki tangga dan hans memberi anggukannya.

Hanya butuh waktu 20 menit baginya untuk mendinginkan diri dan bersiap menuju perusahaan Hans, Harunda Golden Corporation. Bryan terlihat tengah memasang dasi ketika tiba tiba Alisha masuk tanpa mengetuk. Ia tersenyum melihat Kakaknya datang berjalan ke arahnya. Alisha juga sudah bersiap dengan pakaian kerja nya, kemeja chiffon putih dengan rok pensil hitam selutut. Rambutnya digulung ke atas, dan ia tampil sangat cantik. Bryan saja masih tak percaya ketika Alisha mengaku belum pernah punya pacar.

Alisha lalu berdiri di depan Bryan dan membantunya memasangkan dasi. Bryan sendiri berdiri sambil menopangkan kedua tangannya di pinggang sambil tersenyum.

"Kamu tinggi banget sih Bry, aku sampe harus jinjit!" ujarnya dan Bryan makin menyengir.

"Kamu udah punya pacar?" tanya Alisha lagi.

"Belum."

"Aku dengar kamu punya banyak pacar di New York!" Alisha memicingkan mata. Bryan hanya bisa menyengir dan dengan percaya dirinya menggeleng. Tapi ia sebenarnya mulai takut yang akan terjadi selanjutnya karena tangan Alisha masih di leher Bryan tengah memasangkan dasi.

"No, itu cuma gosip. Aku bukan player, Alisha." Bryan menjawab sambil menghindari mata Alisha padanya. Namun lama kelamaan, dasinya makin agak sedikit mencekik leher Bryan.

"Jangan coba-coba jadi player di kantor, mengerti?" gumam Alisha mengancam adiknya. Bryan menahan wajah merah karena dicekik Alisha sambil tersenyum dengan dasi yang dipakaikannya. Bryan mengangguk dan Alisha baru melonggarkan kembali dasinya. Sambil tersenyum, Alisha merapikan kerah kemeja dan memakaikan jas hitam Ballenciaga pada Bryan.

"You are so handsome, be a good boy!" ujar Alisha lagi sambil berjinjit dan mencium pipi Bryan. Bryan tersenyum dan membalas ciuman Alisha di pipinya. Dia kemudian keluar dan menunggu Bryan pun menyelesaikan merapikan diri sebelum ia keluar. Dering panggilan dari Arya, membuat Bryan harus menerima telepon sembari menuruni tangga..

"Ya bro, gue lagi mau jalan lu tunggu aja ya!"

"Jangan lupa kita ada meeting pagi-pagi. Lo bareng Om Hans kan?"

"Iya iya gua tau, gue bareng Daddy... cerewet amat sih lo!"

"Jangan sampe gue lumutan nunggu disini!"

"Iya, sampai ketemu di kantor!" telepon ditutup Bryan sewaktu sampai di ruang makan. Ia tidak punya waktu lama untuk menyelesaikan sarapan. Ayahnya bahkan sudah hampir selesai makan dan Alisha sudah bersiap dengan hand bag nya hendak pergi.

Alisha akan diantar supir ke kantornya sedangkan Bryan dan Hans akan berangkat bersama. Alisha kemudian menghampiri dan mencium pipi Ayahnya serta Bryan sebelum pamit pergi. Tak lama, Bryan dan Hans juga sudah bersiap masuk mobil untuk berangkat. Sudah seminggu Bryan pulang, tapi ia memilih tak kemana-mana selain hanya pergi ke rumah Arya dan tidur. Bryan menikmati waktu dengan banyak istirahat. Ia mengambil liburan yang tidak pernah didapatkannya selama hampir 10 tahun terakhir.

"Sebelum penunjukan CEO baru, akan ada rapat RUPS dan para pemegang saham akan memutuskan apakah kamu akan menjadi CEO atau tidak," ujar Hans di tengah perjalanan.

"Apa ada kemungkinan mereka akan menolakku, Dad?"

"Kemungkinan kecil, bahkan hampir tidak ada, track record kamu terlalu bagus untuk di tolak." Bryan tersenyum menyeringai. Ada rasa bangga menyeruak dalam hatinya. Bryan kemudian menolehkan wajah memandang keluar ketika Hans menelepon seseorang.

"Bram, lakukan seperti yang saya perintahkan, pastikan dia tidak bisa menolak," ujar Hans berbicara pada PA nya.

"Tapi dia masih ngotot bekerja di restoran cepat saji, Pak!"

"Tutup restoran itu kalau perlu!" tegas Hans lebih keras. Bryan sampai menoleh pada Ayahnya sambil mengernyitkan kening.

"Masalahnya sekarang dia gak disitu lagi. Dia udah pindah, Pak." kening Hans mengernyit tiba tiba.

"Dia pindah lagi? kalau begitu lakukan yang sama, mengerti?" ujar Hans sambil menutup telepon.

"Ada apa dad" tanya Bryan.

"Gak ada, kamu akan tau nanti, sekarang itu gak penting!" jawab Hans sambil tersenyum pada Bryan. Bryan membalas senyumannya sementara rasa penasarannya ia tepis dari benak.

Satu jam kemudian mereka sampai di lobby HG corp. Bryan turun dari mobil dan melihat Arya sudah berada di depan lobby sedang menelepon. Ia terlihat seksi ala Christian Grey. Memakai jas Armani dark blue dengan blazer dalaman senada. Rapi dan bersih dengan kacamata hitam. Tangannya sebelah dimasukkan ke dalam kantung celana sementara sebelahnya sedang berbicara di telpon. Arya melihat Bryan dan mengangkat tangannya. Ia menghampiri Bryan sambil masih menelepon.

"Iya, Ny. Caroline, aku mengerti situasimu namun aku bisa menjamin bahwa Nona Bree Shelton bisa melakukan lebih dari yang anda harapkan," ujar Arya yang ternyata tengah meyakinkan kliennya. Bryan tersenyum melihat Arya bicara sambil menggeleng pelan.

"Bagaimana jika aku menunggumu kembali saja, Tuan Mahendra?"

"Aku mungkin tidak akan kembali dalam waktu dekat, namun Rkive akan selalu terbuka untuk anda."

"Oh begitu ya. Kalau begitu aku akan menghubungi Nona Sheldon."

"Terima kasih dan semoga harimu menyenangkan, Nyonya Caroline." Arya pun menutup panggilan di ponselnya sambil mendengus kesal.

"Klien ngotot ya!" goda Bryan sambil tersenyum. Arya hanya menggeleng tanpa menjawab. Bryan kemudian mengajak Arya masuk ke kantor.

"Dia ngotot banget harus gue yang gambar bangunan apartment barunya," jawab Arya setelah beberapa lama. Mereka berdua berjalan beriringan. Hans sepertinya sudah masuk lebih dulu dengan bersama sahabatnya, Surya Mahendra, Ayah Arya.

"Mungkin dia suka sama lo?" sambung Bryan lagi meneruskan godaannya pada Arya.

"Dia udah tua, Bryan!"

"So what! Itu namanya wanita dewasa. Pengalamannya lebih banyak." Bryan sampai terkekeh menggoda Arya sementara Arya masih terus cemberut.

"Coba liat diri lo, Arya. Lo itu kayak Christian Grey dan Bruce Wayne digabung jadi satu. Lihat cara staf disini ngelirik lo, they are drooling over you. Ampe ngeces!"

"Shut up!" sahut Arya kesal namun senyum Bryan makin lebar. Ia memang senang sekali jika bisa menggoda Arya. Sebelum masuk lift mereka sama sama membuka kaca mata dan menyimpannya di balik jas masing masing.

Bryan dan Arya keluar dari private lift CEO ketika sampai di lantai 25. Mereka langsung diarahkan masuk ke ruang meeting. Butuh waktu kurang lebih 2 jam sampai meeting selesai. Terdapat beberapa keputusan yang diambil; menjadikan Bryan Alexander sebagai CEO baru lalu Arya Mahendra sebagai Direktur Teknis dan merger antar perusahaan konstruksi milik Surya Mahendra dan Hans Alexander.