Chereads / The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession / Chapter 29 - Pertemuan Pertama... Lagi?

Chapter 29 - Pertemuan Pertama... Lagi?

Hans masuk ke ruangan Bram semenjak ruangannya sebagai CEO kini ditempati Bryan. Putranya dan Arya sedang rapat kecil dengan beberapa manager jadi Hans memilih tak ingin menganggu hari-hari pertama Bryan mulai bekerja. Hans kemudian duduk di salah satu sofa di ruangan Bram dan Bram pun ikut duduk di dekat mantan atasannya itu.

"Gimana Bram, apa kata anak itu?" Hans bertanya tanpa basa basi setelah duduk di sofa.

"Masih terus menolak Pak, tapi saya akan pastikan jika Nisa akan datang lusa untuk interview."

"Bagus, kita harus cari pengganti posisimu Bram, maaf jadi memperpanjang waktu pensiunmu."

"Tidak apa pak, saya senang masih bisa membantu," jawab Bram tersenyum. Hans pun membalas senyuman dan mengangguk.

"Aku menyerahkan Nisa padamu, latih dia hingga bisa menjadi PA yang profesional dan dia bisa membantu Kakaknya mengelola perusahaan ini."

"Tentu pak, saya akan berusaha sebaik mungkin." Hans kemudian dan berdiri akan segera keluar dari ruangan itu tapi di depan pintu ia berhenti dan berbalik lagi.

"Satu lagi, biarkan Bryan tau dengan sendirinya soal hal itu besok lusa. Tidak usah kasih tau dia." Bram pun mengangguk.

"Baik Pak". Bram membukakan pintu untuk Hans. Bram kemudian kembali pada pekerjaannya. Sebagai asisten pribadi sementara Bryan Alexander ia bertugas mengurus seluruh keperluan Bryan. Dan hal itu akan segera dialihkan pada Deanisa saat gadis itu mulai masuk nanti.

Keesokan harinya Bryan berangkat diantar dengan salah satu orang supir baru yang ditugaskan dari kantor. Dia sengaja masuk agak siang agar bisa menginspeksi beberapa proyek konstruksi yang sedang dikerjakan oleh HG. Di dalam mobil, Bryan memilih meneliti beberapa dokumen proyek dan menulis beberapa catatan yang nanti akan didiskusikannya di kantor.

"Maaf Pak Bryan, ada kecelakaan di depan. Sepertinya akan macet sebentar, Pak," ujar sang supir yang berusia tiga tahun lebih muda dari Bryan. Bryan pun melihat ke arah luar dan dia memang sedang terjebak macet. Dia berpaling dan melihat sebuah kafe di sebelah kiri dan berniat hendak minum dulu.

"Kalo gitu kita ke kafe itu saja dulu, nanti jika sudah lengang kita berangkat ke kantor lagi," ujar Bryan.

"Baik Pak!" sang supir kemudian mengarahkan mobil ke sebelah kiri memasuki kompleks pertokoan dan cafe serta mencari tempat parkir. Bryan lantas keluar mobil lalu berjalan menuju cafe tersebut. Berniat mengantri, ia mencoba melewati beberapa orang pelayan yang mondar mandir. Ada satu orang pelayan perempuan yang tidak memberinya jalan, dia sibuk mondar mandir memberikan minuman. Bryan kemudian menepuk pundak pegawai tersebut dan hal yang tidak disangka Bryan terjadi.

"OH MY GOD! Hot...hot...hot...oouucchh...SHIT!!" teriak Bryan kesakitan sambil mengipasi tubuhnya. Seorang pegawai tidak sengaja menuangkan hot black coffee ke perut Bryan. Pegawai itu membelalakkan matanya. Seluruh pengunjung pun memandang mereka.

"'WHAT THE HELL HAVE YOU DONE!!" semprot Bryan pada pegawai wanita itu.

"I'm really sorry sir, I thought you were..." ujarnya sambil berusaha memegang bagian tubuh Bryan yang terkena kopi super panas itu.

"Kamu gila ya, panas panas hot hot... it burns!" bentak Bryan lagi tanpa ampun. Ah bisa bahasa Indonesia rupanya.

"Iya tapi saya kan sudah minta maaf, saya akan mengganti kerugian anda, saya benar benar minta maaf saya gak bermaksud menyiram anda."

"DASAR CEWEK IDIOT, ooh fuck!"

"APA!!" si pegawai malah emosi.

"Mana manager disini?" bentak Bryan lagi. Tak lama seorang laki laki usia 30 tahunan muncul dan moncoba menenangkan Bryan yang kesakitan disiram kopi panas.

"Kami benar benar minta maaf pak, ini pegawai baru yang baru dua hari bekerja, kami memohon pengertiannya, kami akan bertanggung jawab," ujar sang manager. Bryan benar benar marah tapi melihat wajah memelas sang manager dia agak sedikit kasihan.

"Kamu... jangan diam saja, ambil es batu cepat!" perintah si bos pada pegawai itu. Gadis itu pun tergopoh masuk ke dalam untuk mengambil es batu dan sapu tangan.

SATU JAM SEBELUMNYA

Pagi ini kafe Coffeebean tempat baru Deanisa bekerja lumayan banyak di datangi pelanggan. Para pelayan jadi agak sedikit kerepotan. Nisa sendiri harus membawakan beberapa pesanan pada pelanggan. Tiba tiba bahunya dicolek dan ia pun berbalik.

"Ada apa sih Sally?" tanya Deanisa dengan wajah kesal karena pekerjaannya diganggu. Sally adalah teman sekampus Nisa yang sama-sama mengambil kuliah pasca sarjana. Ia datang ke kafe tempat Nisa bekerja agar bisa meminta tugas kuliah sehingga dia bisa menyontek.

"Please Nisa, ini terakhir kali gue nyotek sama lo, tolongin kenapa?" dia masih gigih meminta Nisa yang tengah repot melayani.

"Iya besok besok aku udah tamat, kamu mana perlu nyontek lagi!" gerutu Nisa sambil cemberut. Sally malah menyengir dan masih memohon. Tak lama gara-gara itu Nisa pun ditegur oleh manager kafe pak Rahmat karena mengobrol saat bekerja.

"Jangan ganggu dulu, aku sedang kerja," sahut Nisa menolak. Tapi tangan Sally kemudian menarik lengan Nisa.

"Nis, please... gue ambil sendiri ke loker lo ya!" Nisa menghela napas menyerah lalu kemudian mengangguk. Nisa jadi kasihan melihat Sally yang sudah mengiba selama hampir 15 menit selain juga ia tak ingin membuat pekerjaannya makin terganggu.

Nisa kemudian melanjutkan pekerjaan membawa beberapa pesanan termasuk satu super hot americano dan latte. Ia bahkan hampir beberapa kali terjatuh karena terkena senggolan pengunjung. Tiba tiba ada yang mencolek bahunya lagi.

'Ah Sally apa lagi!'-pikir Nisa. Ia spontan berbalik dan seorang pengunjung tak sengaja mendorong punggungnya saat melintas lalu tumpahlah super hot americano ke baju seorang pria berjas.

"OH MY GOD! Hot...hot...hot...oouucchh...SHIT!!" laki laki itu berteriak sambil mengipasi tubuhnya. Mata Nisa terbelalak kaget. Ternyata bukan Sally yang mencolek pundaknya. Nisa mulai panik karena pria itu terus mengumpat dalam bahasa Inggris. Pria itu kemudian membentak Nisa dengan mata melotot.

"'WHAT THE HELL HAVE YOU DONE!!"

"I'm really sorry sir, I thought you were..." Nisa panik dan ketakutan sehingga ia tidak tau harus berbuat apa. Pria itu terlihat sangat marah.

"Kamu gila ya, panas panas hot hot... it burns!".

"Iya tapi saya kan sudah minta maaf, saya akan mengganti kerugian anda, saya benar benar minta maaf saya gak bermaksud menyiram anda," potong Nisa mencoba membela dirinya.

"DASAR CEWEK IDIOT, ooh fuck!" seketika mata Nisa melotot karena pria asing itu malah balas memanggilnya dengan sebutan idiot. Rasanya emosi Nisa langsung naik ke ubun-ubun. Pria itu bahkan tak mau mendengar penjelasannya sama sekali.

"APA!!" balas Nisa ikut membentak.

"Mana manager disini?" bentak pria itu membuat Nisa jadi ciut.

Lalu manajer kafe pun keluar dari balik kantornya setelah terdengar suara ribut ribut. Semua orang sekarang sedang memandang Nisa dengan pandangan aneh. Orang pasti berpikir jika dirinya tidak becus bekerja. Seluruh pengunjung mulai berbisik-bisik menyaksikan pertengkaran itu.

"Kami benar benar minta maaf pak, ini pegawai baru yang baru dua hari bekerja, kami memohon pengertiannya, kami akan bertanggung jawab" ujar sang manager. Wajah pria itu masih merah dan bunyi nafasnya masih terdengar keras. Nisa sudah benar-benar pucat karena ia tau ia pasti dipecat sekarang.

"Kamu... jangan diam saja, ambil es batu cepat" pak Rahmat tiba tiba membuyarkan pikirank Nisa. Ia pun segera berlari ke belakang meminta es batu dan sapu tangan atau handuk bersih. Salah satu teman baru Nisa di pantry langsung memberi satu gelas penuh isi es batu dan sapu tangan miliknya.

"Terima kasih," ujar Nisa berterima kasih pada temannya yang juga melakukan hal yang sama.

"Ehhmm... saya kompres dulu, Pak," tawar Nisa takut takut tapi pria itu malah mendengus dan berbalik lalu membentak.

"Lo keluar sekarang!"

'Ah apaan sih orang ini, apa dia tidak bisa di kompres disini saja?' keluh Nisa dalam hatinya. Hardikan manajer kafe kemudian menghentakkan Nisa yang sedikit melamun.

"Apa lagi, keluar sana. Malah bengong!" tegur Rahmat si Manajer kafe sambil melotot pada Nisa. Nisa terpaksa keluar dengan segelas air penuh es batu dan sapu tangan. Dasar sial!.