Persahabatan Hikari dan Yuriko semakin lama semakin kuat, mereka hampir tidak bisa dipisahkan. Apalagi sekarang mereka telah menduduki kelas 6 SD. Disekolah, setiap saat ada kerja kelompok mereka pasti selalu berpasangan. Pergi berbelanja dan makan pun mereka selalu bersama, setiap saat dan dimana saja. Namun, dibalik keharmonisan persahabatan mereka, ada juga yang iri dan ingin menghancurkan persahabatan yang indah itu.
Hari ini, Yuriko dan Hikari makan dibawah pohon didepan perpustakaan. Udara dan pemandangan disana sungguh indah karena berhadapan langsung dengan taman bunga dan air mancur sekolah. Mereka berdua berbincang-bincang seperti biasanya, menikmati indahnya suasana sekolahan sambil melihat para anak lelaki bermain basket dilapangan.
"Nee, Hikari" panggil Yuriko
"Hm?" Hikari menoleh sambil meminum susu kotaknya
"Apa kau pernah berpikir bahwa persahabatan kita ini tidak akan terjalin selamanya?"
"Apa yang kau katakan ini, itu sama sekali tidak baik"
"Eh, gomen. Aku hanya ragu, semua orang menganggap persahabatan kita ini hanyalah sebuah persahabatan biasa yang suatu saat akan putus" Yuriko menjadi sedih
Hikari pun tersenyum dan menggenggam erat tangan Yuriko. Yuriko pun melirik kearah Hikari yang sedang tersenyum dan membalas senyuman sahabatnya itu.
"Kau tau, sebuah persahabatan itu akan abadi jika perasaan diantara mereka semakin kuat. Jika perasaan kedua sahabat itu sudah kuat, aku yakin semua hal buruk yang mengganggu mereka pasti akan hilang, percaya lah padaku. Jika perasaan persahabatan kita kuat, maka kita tidak akan terpisahkan"
Mendengar perkataan sahabatnya, Yuriko merasa senang dan bahagia.
"Arigatou, Hikari. Kau memang seorang teman yang sangat baik. Aku bahagia memiliki sahabat seperti dirimu"
"Aku juga bangga memiliki sahabat seperti mu yang bisa menemani ku setiap saat"
Mereka berdua pun berpelukan sangat erat sambil meneteskan air mata bahagia.
Dari lantai dua gedung sekolah, salah satu dari teman sekelas Yuriko dan Hikari, merasa iri dengan kedekatan mereka. Kantin sekolah mereka berada di lantai 2 jarak 3 ruangan dari kelas Hikari, dan taman sekolah tepat berada dihadapan kantin yang juga mengarah ke perpustakaan sekolah.
"Tch!" geramnya
"Zura, doushita no?" Tanya temannya yang sedang menyantap makan siang tapi terganggu dengan suara Zura.
Namun, Zura tidak memperdulikan temannya dan terus saja memplototi kedua gadis itu.
"Oi Zura! Kau dengar aku tidak?" temannya mulai kesal
"Urusai!" Zura pun marah sampai memukul meja makan hingga membuat orang-orang yang ada disana memperhatikan nya
"Kau ini kenapa?! Aku hanya bertanya padamu saja, tapi kau malah marah seperti ini"
"Lebih baik kau diam atau aku yang harus menutup mulut mu yang cerewet itu!"
"Oh, baiklah. Aku pergi saja kalau begitu, apa gunanya juga aku berteman dengan gadis seperti mu!"
Temannya itu pun langsung meninggalkan Zura dengan perasaan yang sangat kesal. Zura memang memiliki sifat seperti ini, ia sangat pemarah dan tak sabaran. Terlebih lagi dia juga gadis yang berasal dari keluarga kaya. Ia sebenarnya berasal dari Amerika, rambutnya berwarna kuning panjang dan berkulit putih. Semua orang sangat menyukai penampilan nya yang seperti bule itu, terutama para lelaki. Dari kelas 5 SD, Zura sudah berkali-kali gonta-ganti pacar, kadang seminggu sekali sudah putus lalu dilanjutkan dengan lelaki lainnya. Wajar saja gadis berambut blonde memang banyak disukai pria.
"Yuriko.., kau adalah sahabat ku, bukan dia" ucap nya dalam hati
Ya, Yuriko dan Zura pernah bersahabat dari kecil, maklum saja mereka sama-sama berasal dari keluarga kaya dan juga orang tua mereka sangat dekat satu sama lain. Namun, sikap Zura yang sangat tidak baik itu membuat Yuriko jadi tidak suka padanya. Dulu Zura pernah menjahili salah satu temannya saat jam keluar main. Bersama dengan gengs nya, ia melemparkan telur busuk kepada anak itu karena telah melaporkan perbuatan Zura ketika menyontek saat ulangan. Kejadian itu membuat Zura sangat kesal hingga ia harus dihukum oleh gurunya dan dipermalukan oleh teman-temannya. Zura pun tidak tinggal diam, ia lalu merencanakan untuk membalaskan dendam nya kepada orang-orang yang telah membuatnya kesal.
Yuriko si gadis ramah dan baik hati yang melihat perbuatan sahabat nya itu pun marah dan menghentikan tindakan buruk Zura. Namun, Zura tidak mendengarkan perkataan Yuriko dan terus saja melemparkan anak yang sudah membuatnya kesal itu dengan telur busuk. Semenjak saat itu persahabatan mereka pun merenggang dan akhirnya Yuriko menjauhi Zura agar perbuatannya itu tidak menular kepada nya.
Kini Zura pun tau mengapa Yuriko menjauhinya. Ia pun menjadi kesal kepada Hikari yang telah merenggut sahabat nya itu, dan ia berencana membalas dendam untuk mendapatkan sahabat nya kembali.
Saat itu Yuriko dan Hikari sedang berbelanja kesebuah toko. Terdapat banyak barang-barang yang imut dan berkilauan, selain itu banyak juga boneka beruang berwarna-warni kesukaan mereka. Yuriko pun mengambil teddy bear berwarna coklat sedangkan Hikari mengambil yang berwarna biru muda. Selain boneka beruang, mereka juga membeli beberapa aksesoris yang cantik. Mereka menemukan sebuah kalung bertuliskan Bestfriend dengan lambang hati, mereka pun sepakat untuk membelinya agar terlihat serasi ketika memakainya.
Zura membuntuti mereka dari luar toko dan merasa iri kepada Hikari. Ia dan Yuriko dulu tidak pernah membeli barang yang sama seperti itu. Ditemani dengan salah satu anak buahnya, Zura terus mengikuti kemana pun mereka pergi.
Seusai dari toko, mereka pun pergi ke taman hiburan. Mereka memainkan berbagai macam permainan disana, dan juga mereka berkali-kali menaiki berbagai wahana. Sesekali mereka juga bernekat memasuki permainan rumah hantu hingga membuat bulu kuduk merinding. Setelah lama bersenang-senang, mereka pun pulang agar tidak dikhawatirkan orang tua mereka.
Hari sudah mulai gelap, saat itu Hikari berjalan sendirian di gang yang sepi. Ketika hendak memasuki desa, Hikari mendengar suara aneh dari balik semak-semak didekat nya. Ia pun mendekati semak-semak itu dan..
"Hikari!" nenek ternyata melihat Hikari
"Eh, Obasan. Ada apa?"
"Ada apa kau bilang, kemana saja kau? Sudah malam begini baru kau pulang. Nenek sangat mengkhawatirkan mu"
"G-gomennasai, aku tadi pergi bermain bersama Yuriko. Maaf membuatmu cemas"
Nenek pun menghela nafas dan memegang bahu Hikari.
"Lain kali jika kau ingin pergi kemana pun beritahu nenek dulu. Kau adalah satu-satunya harapan nenek saat ini Hikari"
"Hm.. " Hikari mengangguk kecil
"Sudahlah, ayo pulang. Nenek sudah membuatkan makanan kesukaan mu"
"Haik!"
Dalam tidur Hikari, ia bermimpi buruk sekali sampai berkali-kali ketika tidur.
"Yuriko!"
Hikari pun terbangun dari tidur nya sambil meneteskan air mata.
"Yuriko..."
"Apa maksud dari mimpi ini....?" Pikir Hikari
"Ahhh, tidak tidak, semoga saja tidak terjadi apa-apa. Ini hanya mimpi, tenanglah Hikari" ucapnya kepada diri sendiri
Keesokan harinya, Hikari pergi kesekolah. Ia melewati gang sepi yang biasa ia lewati. Lagi-lagi disana ia mendengar suara aneh, kali ini seperti suara orang.
"Siapa disana?!"
Suara itu pun hilang.
"Tunjukan dirimu sekarang!"
Tak lama kemudian, 4 orang gadis muncul dari sana, Zura, Aura, Hana, dan Yara.
"K-kalian..?" Hikari terkejut melihat teman-temannya
"Hallo, Hikari. Bagaimana kabarmu saat ini?" Tanya Zura dengan tatapan licik
"A-aku baik-baik saja"
"Owh, baguslah kalau begitu"
"Mau apa kalian sebenarnya?" Tanya Hikari
"Yah.., kau tau sendiri bagaimana aku jika ada seseorang yang berani mengusik kehidupan ku"
Hikari tau jelas bagaimana sikap Zura, ia terkenal sebagai gadis paling menakutkan disekolah.
"A-apa yang maksud? Aku tidak pernah mengganggu mu kan" Hikari bingung
"Oh, benarkah begitu? Lalu apa maksud mu kau berteman dekat dengan Yuriko?"
"Memangnya kenapa? Apakah salah aku berteman dengannya?"
"Tentu saja, itu sudah jelas. Yuriko adalah sahabat ku dari kecil, dia adalah milikku! Tapi kau merenggut nya dariku, apa kau kira gadis kampungan seperti mu pantas berteman dengan gadis kaya raya hah?"
Kata-kata itu menusuk hati Hikari, ia sebenarnya ingin memberikan kata-kata pahit pada Zura, namun ia harus menahan nya.
"Aku tidak punya urusan dengan persahabatan kalian, yang pasti jika kau ingin dia menjadi sahabat mu seorang kenapa kau tidak langsung bicara saja padanya, dari pada repot menemuiku seperti ini. Permisi"
Hikari pun pergi meninggalkan mereka. Melihat sikap Hikari yang sok sombong, Zura menjadi lebih kesal dari biasanya.
"Awas saja kau gadis kampungan! Aku tidak akan membiarkan mu tenang!"
Sesampainya Hikari disekolah, Yuriko langsung menghampiri dan memeluknya. Namun, Yuriko merasa ada yang aneh dari Hikari yang terlihat sangat murung tidak seperti biasanya.
"Nee, Hikari. Ada apa?" Tanya Yuriko cemas
"Nandemonai" Jawab Hikari santai
"Apa kau sakit?? Ah..., ini pasti karena kau begadang semalam kan?"
".... Tidak.. "
"Kau ini kenapa? Ceritakanlah padaku" Yuriko memohon
Hikari pun menatap Yuriko yang duduk disebelah nya.
"Nee, Yuriko. Kau tau Zura kan?"
Yuriko langsung terbayang-bayang dengan kenangan masa lalu nya bersama Zura.
"I-ya, kenapa? Apa dia mengganggu mu?"
"Sebenarnya, aku tadi bertemu dengan nya saat hendak ke sekolah, dan... " Hikari menceritakan semuanya pada Yuriko
"Ooh.., begitu ya. Dia benar, aku memang adalah sahabatnya, tapi itu dulu sebelum dia berubah menjadi sangat emosional"
"Eh, apa maksud mu?"
Kini giliran Yuriko lah yang akan menceritakan kisah masa lalunya dengan Zura kepada Hikari.
"Souka.. "
"Aku tidak menyangka sikapnya akan berubah seperti itu"
"Jadi, apa yang harus kau lakukan sekarang? Apa kau akan bersahabat lagi dengannya?"
"Tentu saja tidak, lihatlah dia sekarang, setiap hari nya dia selalu membuat onar, sudah berkali-kali diperingati guru ,namun ia tetap tidak mau mendengarkannya"
"Kau benar, hanya gadis-gadis nakal saja yang mau berteman dengan nya"
Tiba-tiba Hikari langsung teringat pada mimpi buruk nya semalam, ia pun menjadi gelisah dan ketakutan.
"Eh, Hikari ada apa?"
"Tidak, aku hanya teringat dengan mimpiku yang semalam" Jawab Hikari
"Memangnya kau memimpikan apa?"
Hikari sangat takut mengatakannya. Dalam hatinya ia merasakan ada firasat yang sangat buruk.
"Hikari?"
"Eh, gomen.."
"Sudahlah tidak usah dipikirkan, aku berharap mimpi mu itu tidak akan menjadi kenyataan"
"Hm, arigatou.."
Bel masuk pun berbunyi dan mereka segera mempersiapkan diri untuk belajar.
Kring... kring... kring...
Ketika jam istirahat tiba, Hikari pergi ke kantin untuk membeli minuman dan cemilan, sementara Yuriko menunggu di taman. Kantin sangat ramai, jadi Hikari terpaksa harus mengantri agar bisa membeli sandwich yang dijual disana. Hikari juga terpaksa berdesak-desakan agar bisa membeli makanan. Setelah berhasil membeli sandwich, ia pun segera menemui Yuriko yang telah lama menunggu nya.
"Aku harus bergegas, sebentar lagi jam masuk. Yuriko pasti sudah sangat lama menunggu ku, semoga saja dia sudah makan duluan" batinnya sambil berlari
Dan tak disengaja ia menabrak Zura hingga membuat kotak makan siangnya terjatuh dan berserakan. Zura menjadi benar-benar kesal kepada Hikari.
"Hei, apa kau tidak punya mata hah?! Lihat, sekarang makan siangku tergeletak ditanah, bagaimana bisa aku memakannya?!" ucap Zura
"G-gomennasai. Ini, ambil saja punyaku" ucap Hikari sambil memberikan sandwich miliknya
Bukannya menerima, tapi Zura malah membuang sandwich pemberian Hikari itu ke tanah kemudian menginjak-injak nya. Hikari menjadi sangat jijik melihat tingkah laku Zura yang benar-benar sudah keterlaluan.
"Apa kau tidak punya sopan santun hah?!" Emosi Hikari mulai tak terkendali
"Apa kau pikir dengan menghina pemberian orang yang mencoba meminta maaf kepada mu itu salah?! Apa kau tidak memiliki akal untuk berpikir sama sekali?!"
"Oh, tentu saja aku memiliki otak. Dan ya, untuk apa aku harus menerima pemberian dari seorang gadis seperti mu hahaha"
"Kau... kau sudah keterlaluan"
"Begitu kah? Apa yang akan kau lakukan kalau begitu?"
"Bukan aku yang melakukan, tapi Tuhan sendiri lah yang akan memberimu pelajaran. Permisi"
Hikari pun pergi daripada berdebat dengan orang seperti Zura. Semua orang yang ada disana menyaksikan pertengkaran mereka. Semua nya merasa tidak suka dengan sikap Zura, mereka membicarakan nya sambil menunjuk-nunjuk kepada nya. Zura merasa malu dan menjadi semakin marah kepada Hikari.
Saat pulang sekolah tiba, Hikari berjalan pulang sendirian. Ia tidak mau bertemu dengan Yuriko untuk sementara waktu. Saat hendak menyebrangi jalan, dari balik gang gelap seseorang sengaja membuat Hikari terdorong ketengah jalan. Saat itu lampu telah berubah menjadi hijau dan semua kendaraan telah melaju sangat kencang. Sebuah truk berkecepatan tinggi pun bersiap untuk melindas Hikari. Namun, ntah darimana datangnya Hikari langsung didorong hingga ia tak jadi ditabrak oleh truk itu. Ketika melihat siapa orang yang telah menyelamatkan nya ia begitu syok.
"Yuriko!"
Hikari segera menghampiri Yuriko yang sudah tak sadarkan diri dengan berlumuran darah di kepala nya.
Ia pun segera memanggil ambulan dan Yuriko pun dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Yuriko, bertahanlah" ucap Hikari sambil menggenggam erat tangan sahabat nya
Sedikit demi sedikit mata Yuriko pun terbuka, ia langsung melirik ke arah Hikari yang berada disamping nya.
"Hi-ka-ri... "
Mendengar suara sahabatnya, Hikari langsung memeluk Yuriko.
"Yuriko, aku senang kau baik-baik saja. Yokata Kami-sama"
"Hi-ka-ri.. Go-men-nasai.. A-aku ti-dak bisa me-nahan le-lebih lama la-gi..."
"Apa maksud mu, Yuriko. Jangan berbicara seperti itu, kuatkan dirimu, sebentar lagi kita akan sampai dirumah sakit"
Yuriko memegang tangan Hikari.
"Jang-anlah.. k-kau.. merasa ke-kesepian... " seketika Yuriko menghembuskan nafas terakhir nya didalam mobil ambulan itu.
"Yuriko! Yuriko!!"
Hikari pun menangis histeris hari itu, hari dimana ia kehilangan sahabat yang paling ia sayangi. Keesokan harinya, semua orang pergi mendoakan Yuriko di pemakaman nya. Hikari yang merasa sangat sedih atas kejadian yang menimpa Yuriko, demi menyelamatkan nya, Yuriko harus kehilangan nyawanya. Orang tua Hikari juga merasa sangat sedih mengetahui putri tercinta nya telah pergi untuk selama-lamanya. Guru, teman-teman, serta kerabat Yuriko pun datang untuk mendoakan nya.
Keesokan nya, ketika disekolah semua orang bertingkah aneh kepada Hikari. Mereka seperti menjauhinya, ada juga yang membicarakan nya. Hikari menyadari hal itu dan ia tau apa yang sebenarnya mereka omongkan. Dari hari itu, Hikari selalu merasa kesepian, apalagi ketika melihat bangku disebelah nya kosong tak berisi seorang teman. Dan dari hari itu lah, Hikari tidak pernah memiliki teman lagi dan tak ada yang ingin berteman dengan nya.