Hikari berasal dari keluarga Mizuko. Nama ayahnya adalah Tatsuya Mizuko, sementara ibunya adalah Naomi Mizuko. Ayahnya dulu bekerja di sebuah perusahaan ternama di Tokyo, dan ibunya adalah seorang pemilik toko kue ternama didaerah nya.
Jujur saja, kehidupan Hikari dulu sangat suram, terutama setelah orang tuanya meninggal. Hikari harus menahan semua hinaan teman-teman nya, dan harus berusaha membantu neneknya untuk mencari nafkah.
Flasback beberapa tahun lalu...
Waktu itu Hikari masih berumur 3 tahun, saat itu ia sedang berkebun dirumah neneknya. Nenek Hikari tinggal di sebuah desa terpencil. Meskipun demikian, pemandangan disana sungguh menakjubkan. Sawah banyak ditanami tumbuh-tumbuhan, selain itu tak jauh dari sana juga terdapat sebuah sungai kecil tempat Hikari biasa mandi dan bermain bersama teman-teman nya.
Ketika sedang memetik beberapa buah-buahan bersama dengan temannya, nenek Hikari memanggilnya untuk pulang.
"Doshita no, Obaasan? (Ada apa, nenek)" Tanya Hikari
"Ada kabar baik untuk mu, Hikari!" Neneknya kelihatan sangat bahagia
"Kabar baik apa??" Hikari penasaran
"Tadi Papa dan Mama mu memberikan kabar kalau kau.... "
"Apa?? Apa???" Hikari mulai bersemangat
"Kau akan segera memiliki adik!" Seru nenek Hikari
Hikari yang mendengar itu langsung loncat-loncat kegirangan.
"Yeyy! Sebentar lagi aku akan menjadi seorang kakak!"
Setelah selesai memetik buah-buahan sebagai oleh-oleh untuk ibunya, Hikari dan neneknya pun pergi ke rumah Hikari.
"Mama!!!" Hikari langsung berlari memeluk ibunya
"Omedetou nee, Hikari. Sebentar lagi kau akan memiliki adik, kau senang kan?"
"Haik! Aku sangat senang sekali!"
Hikari sangat tidak sabar menunggu kelahiran adik barunya.
Setiap hari, Hikari selalu meng elus-elus perut ibunya sambil berbicara sendiri kepada calon adiknya. Terkadang juga Hikari sering membawakan ibunya buah-buahan ketika pulang dari rumah nenek. Hikari juga sekarang semakin rajin menolong ibunya sedikit demi sedikit.
"Nee, Hikari"
"Hm?"
"Jika adikmu sudah lahir, kau akan beri nama siapa?" Tanya ayahnya
"Hmm, apa ya...? Kalau menurut Hikari sendiri sih..... Kira! Atau mungkin Akira?" Hikari kebingungan
"Kira, itu nama yang bagus" Ucap ibunya
"Ya... itu jika adiknya laki-laki, kalau perempuan?" Tanya ayahnya lagi
"Emmm.... Hiromi!"
"Kenapa Hiromi?"
"Ntahlah, itu yang muncul dipikiran Hikari, hehehe..."
Bulan demi bulan akhirnya berlalu, hari ini adalah tanggal 09 April, hari ulang tahun Hikari yang keempat. Ibu dan ayah Hikari telah menyiapkan hadiah khusus untuk anaknya tercinta. Saat itu mereka merayakan nya dirumah nenek. Nenek Hikari telah memasakan banyak sekali makanan kesukaan Hikari, terutama chicken katsu. Selain itu juga ada Takoyaki, Ramen, Onigiri, Sushi, Dorayaki, Dango, dan lain-lain. Tak lupa juga nenek Hikari membuat teh hijau spesial untuk cucunya.
"Wahhhh! Makanannya banyak sekali!" Mata Hikari berkaca-kaca melihat banyaknya makanan yang tersedia diatas meja
"Kau suka kan?" Tanya nenek Hikari
"Iya! Aku sangat menyukai nya. Arigatou, Obaasan!" Hikari pun memeluk neneknya
"Yasudah kalau begitu, ayo kita makan!" Seru ayahnya
"Haik"
"Oh ya, sebelum itu ayo kita potong kue nya dulu" Ucap ibunya
Kue ulang tahun Hikari berlukis gambar Sailor Moon, anime favorit Hikari. Kue itu dibuat khusus oleh ibunya, kue rasa stroberi dengan hiasan krim vanilla diatas nya dan beberapa buah ceri yang enak.
"Otanjoubi omedetou, Hikari!" Ucap ibu sambil mencium kening Hikari
"Otanjoubi omedetou, anakku tercinta" Ucap ayah
Hikari pun memotong kuenya menjadi beberapa bagian. Suapan pertama diberikan untuk ayahnya, yang kedua untuk ibunya, dan yang ketiga untuk neneknya, sisanya ia habiskan sendiri dengan lahap.
Setelah selesai menyantap kue, mereka pun makan makanan yang lainnya. Hikari paling bersemangat untuk menghabiskan Dango dan Takoyaki nya.
"Itadakimasu!" Ucap mereka bersamaan
"Mama, aku mau Takoyaki nya yang banyak!" Seru Hikari
"Iya iya.. "
Dengan sigap Hikari langsung memakan semua Takoyaki yang ada di piring nya.
"Yum yum!"
"Kalau makan itu hati-hati" Ucap nenek sambil membersihkan mulut Hikari yang celemotan.
"Papa, aku mau Ramen nya! Jangan lupa sushi nya juga ya, hehe.. " Pinta Hikari
"Iya, Hikari sayang... "
Seusai menyantap semua makanan nya, kini saatnya untuk memberikan Hikari hadiah ulang tahunnya. Pertama, neneknya membelikan sepasang sepatu baru untuk Hikari dan sepasang baju dan rok yang indah.
"Kirei!!! Arigatou, Obaasan!" Hikari memeluk neneknya
Sekarang giliran orang tuanya yang memberikan kado kepada Hikari. Ayahnya memberikan Hikari sebuah boneka beruang dan lumba-lumba yang imut, selain itu juga ada beberapa alat tulis dan buku mewarnai.
"Arigatou, Papa!" Hikari mencium pipi ayahnya
"Selain semua ini, ada hadiah khusus untuk mu, sayang" Ucap ibunya
"Hadiah khusus? Apa itu??" Hikari menjadi penasaran
"Kau tau..... kau akan memiliki seorang adik laki-laki!"
"Hahhhhhh! Wow adik laki-laki! Yeyy!" Hikari loncat-loncat kegirangan.
Suatu hari, Hikari disuruh untuk mengantarkan sebuah pesanan kue oleh ibunya. Ia pun menuruti dan diberikan alamat rumahnya.
"Eh, ini alamat siapa?" Hikari kebingungan
"Ini alamat nya Aoi-san, tetangga baru kita" Jawab ibu
"Oo baiklah!"
Ketika sampai disana, Hikari terkejut saat melihat rumah yang begitu besar dan mewah. Halaman rumah itu sangat luas, bahkan bisa memarkirkan 10 mobil sekaligus.
"Wow, sugoi!"
Selesai nya mengantarkan pesanan, Hikari pun bergegas pulang. Saat diperjalanan pulang, ia tak sengaja menabrak seorang gadis seusianya.
"Ah-, g-gomennasai" Ucap Hikari
"Haik, daijoubudesu" Kata gadis itu sambil merapikan bajunya
"Kau pasti orang baru ya?" Tanya Hikari
"Iya, aku tinggal dirumah besar itu" Jawab nya sombong
"Oooh souka, kalau boleh tau siapa namamu?"
"Kau tidak perlu tahu, aku tidak mau berkenalan dengan orang kelas bawah seperti mu, permisi" Gadis itu dengan juteknya pergi meninggalkan Hikari
"Huhh! Berkenalan saja tidak mau" Keluh Hikari
Sekarang, usia kandungan Naomi adalah 8 bulan lebih. Kebetulan karena hari ini adalah hari Minggu, jadi Hikari dan sekeluarga akan pergi membeli perlengkapan bayi untuk calon adiknya yang akan lahir. Mereka memutuskan untuk berbelanja di Mall, sekalian mengajak Hikari jalan-jalan. Setelah tiba di toko, Hikari dan ayahnya membantu untuk mencarikan mainan bayi, sementara ibu dan neneknya memilih-milih baju bayi yang bagus.
"Papa! Mite mite!" Hikari menunjukkan beberapa mainan bayi
"Hm, yang ini seperti nya bagus" Ucap ayah
"Tidak! Yang warna merah lebih bagus"
"Yasudah, kita ambil dua-duanya saja kalau begitu"
Setelah semua sudah selesai dibeli, mereka pun akhirnya pulang.
Beberapa hari kemudian, Naomi siap untuk melahirkan anaknya dengan cara operasi sesar. Semua kebutuhan nya telah disiapkan, mereka pun berangkat kerumah sakit. Saat menjalani operasi, Hikari duduk diam sambil berdoa demi keselamatan adik dan ibunya. Karena hari sudah larut malam, nenek mengajak Hikari untuk pulang, tapi ia menolak nya demi menunggu kelahiran adiknya.
Setelah lama menunggu, akhirnya terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan tempat Naomi melakukan proses persalinan.
"Adikku pasti sudah lahir!" Seru Hikari
"Papa papa! Ayo kita temui Mama dan adik!" Ajaknya
"Tunggu dulu, sayang. Saat ini kita belum boleh masuk"
"Yah...."
Tak lama kemudian, seorang suster keluar dari ruang operasi sambil menggendong seorang bayi kecil yang tak lain adalah adiknya Hikari. Ia memberikan bayi itu kepada Tatsuya dan kembali ke ruang operasi.
"Hi, anakku" Ucap nya
"Papa, aku juga mau melihat adik!"
Tatsuya pun duduk dikursi agar Hikari bisa melihat adiknya.
"Adik kecil" Hikari mencium kening adiknya
Seperti yang pernah dikatakan Hikari, ia akan menamai adiknya Kira Mizuko yang lahir tanggal 16 Mei 2008.
Hari demi hari pun berlalu, kini usia Kira telah memasuki 3 bulan. Ibu dan ayah Hikari berencana membawa nya ke dokter untuk melakukan pemeriksaan awal. Ketika hendak pulang, sebuah musibah tak terduga pun terjadi. Saat mereka melewati badai salju yang besar, sebuah salju longsor menimpa mereka. Tatsuya berusaha mempercepat mobilnya agar bisa melewati longsor itu, namun sayangnya mobil mereka jatuh ke jurang karena tak sengaja melewati pagar pembatas jalan.
Sudah larut malam, Hikari sangat mengkhawatirkan orang tua dan adiknya yang belum juga kembali. Nenek pun menelfon Naomi, namun tidak ada jawaban. Hikari menjadi ketakutan dan cemas karena itu. Lalu tak lama kemudian, ayahnya pun menelfon nya.
"Hallo, Tatsuya!"
"Hallo, gomen, aku bukan Tatsuya mu, aku hanya ingin mengabari bahwa-"
"Dimana anakku?!" Nenek mulai sedih
"Gomenne, anak mu sudah meninggal" Ucap laki-laki itu
Seketika Nenek langsung menjatuhkan handphone nya dan ambruk di lantai.
"Obaasan!" Hikari menghampiri neneknya
"Obaasan, ada apa??? Ayah kenapa???" Tanya Hikari cemas
Nenek tidak bisa mengatakan apapun kepada Hikari tentang masalah ini. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya dulu agar bisa memberitahukan nya kepada Hikari.
"H-hikari sayang... " Ucap nenek gemetar sambil mengeluarkan air mata
"Obaasan, kenapa menangis??" Hikari ikut sedih
"Obaasan, katakan ada apa???" Tubuh Hikari menjadi gemetar
"P-papa mu... dia... dia.... " Nenek tak sanggup bicara dan akhirnya pingsan
"Obaasan! Obaasan bangun!"
Hikari langsung memanggil para tetangga nya untuk meminta tolong.
Setelah beberapa saat, Nenek akhirnya pun siuman. Ia menatap sekeliling nya.
"Apakah yang tadi itu hanya mimpi?" Pikirnya
Kemudian, seorang gadis kecil datang menghampiri nya sambil membawakan teh hangat.
"Obaasan, aku sangat ketakutan ketika kau pingsan tadi hiks hikss.."
"Ternyata ini bukan mimpi, semua ini benar-benar nyata, itu berarti.... " Nenek pun mulai menyadari semuanya dan kembali menangis
"Obaasan katakan ada apa???!"
Nenek pun berusaha menguatkan diri untuk mengatakan nya kepada Hikari.
"Hikari..., Papa, Mama, dan adikmu.. -"
"Ada apa??!"
"Mereka..., mereka sudah meninggal" Nenek langsung memeluk Hikari kuat-kuat
Mendengar jawaban neneknya itu, Hikari langsung terdiam tak berkata apa-apa. Seorang gadis kecil berumur 4 tahun, telah kehilangan sosok ayah dan ibunya. Hikari baru saja merasakan menjadi seorang kakak, namun kini semuanya telah menghilang. Adik yang sangat ia sayangi itu telah pergi meninggalkan nya sekaligus dengan kedua orang tuanya. Hikari meneteskan air mata sedikit demi sedikit dan akhirnya menangis sangat kencang.
Malam itu badai musibah telah menerpa kehidupan Hikari. Badai gelap yang kini telah membuat kehidupan Hikari menjadi suram. Dihari pemakaman kedua orang tua dan adiknya, Hikari hanya termenung duduk dibangku. Nenek pun menghampiri nya dan mencoba untuk menenangkan hati nya.
"Hikari sayang" Panggil nenek, namun Hikari tetap diam
"Nenek tau perasaan mu saat ini, Nak. Kau jangan bersedih lagi ya" Nenek menghapus air mata Hikari
Hikari yang masih polos itu tidak dapat berkata apa-apa. Nenek pun menjadi kebingungan, ia takut jika perkataan nya malah akan membuat Hikari semakin sedih.
"Nee, Hikari! Nenek punya sesuatu untuk mu" Nenek pun mengeluarkan sesuatu dari tas nya
"Ini, ambilah"
"Apa ini?" Tanya Hikari
"Ini adalah kalung milik ayahmu" Ucap nenek
"Lalu?"
"Ayahmu bilang, ketika Hikari sudah bersekolah nanti ia akan memberikan ini untuk mu, agar kau terjaga dari segala bahaya. Dulu ayahmu juga sering menggunakan kalung ini ketika masih kecil, jadi kalung ini sekarang akan diwariskan kepada mu" Jelas nenek
Hikari pun mengambil kalung itu dan memasang nya di leher.
"Wah, Hikari terlihat cantik menggunakan kalung ini! Ayahmu pasti akan bahagia melihat nya"
"Ayah? Bagaimana ayah bisa melihat ku?" Hikari menjadi sedih
"E-em, begini.. Meskipun ayah, ibu, dan adikmu telah pergi meninggalkan mu, namun jiwa mereka tetap berada di dalam hatimu, Hikari. Dengan kalung ini, roh mereka akan tersimpan dan akan selalu menjagamu dari bahaya apapun"
"Begitu kah? Jadi, mereka tetap ada bersamaku???"
"Iya... "
Hikari pun menjadi senang dan ia berjanji akan menjaga kalung itu dengan segenap hatinya.