Chereads / Chasing The Cloud / Chapter 8 - Sahabat Yang Kecewa

Chapter 8 - Sahabat Yang Kecewa

Kertas putih yang menunjukkan data orang-orang yang melakukan voting dibaca Gio dengan seksama, dia sedikit lega karena hasil voting untuk membebaskan Donny lebih banyak.

"Kayaknya kita gak butuh CD itu deh, gue rasa kita bakal menang," kata Piolo.

Gio mengangguk, "voting bakal ditutup besok, semoga aja kita tetep unggul."

Piolo berjalan mengambil air minum yang ada di ruang osis itu, dan tangan kanannya mengambil sepotong sandwich, "tapi semua bisa terjadi, yang kita hadepin ini Gypsy Joker."

"Iya sih, lo ambil besok ya di rumah Ale," Gio menutup Macbooknya.

Piolo mengernyit, "gue gak bisa, besok pagi gue mau ke Frankfurt mau besuk kakek gue sakit," Piolo meneguk minumnya, "lo kenapa? lagi musuhan sama Ale?"

Gio terdiam sebentar, dia menatap Piolo, "enggak sih, cuma lagi canggung aja."

"Lo sih marahin dia mulu," timpal Piolo, "gue tahu lo benci Arion, tapi kalo dia bahagia sama Arion kenapa lo harus gak suka, lagian lo kan sama Julia."

Mendengar nama Julia, Gio mendengus, "lo tahu kan Julia sepupu Arion?"

"Iya," angguk Piolo, "terus?"

Gio menatap Piolo dengan malas, Piolo memang susah mengerti.

-

"Hai Olivander!" Alejandra memeluk Olivander atau yang lebih suka dipanggil Oliver—pelatihnya.

Oliver membalas pelukannya, "Hai nona manis," Oliver melepaskan pelukannya dan mentap Alejanra, "jangan lo panggil gue Olivander!" kekehnya.

Alejandra juga ikut terkekeh, "gimana di Frankfurt?"

"Tentu gue lebih suka di Wolfsburg," Oliver menarik tangan Alejandra seraya berjalan di track field, "orang Frankfurt serem kalo belanja, mereka gak sadar kalo di Wolfsburg bisa dapetin semuanya," Oliver tertawa.

Oliver menatap Alejandra, "lo tambah cantik, kayaknya udah ada pacar ya?"

Alejandra tersenyum, "lo sebagai orang dewasa yang udah mau nikah pastinya tahu dong."

"Oh tentu," Oliver berhenti dan duduk di track field, "siapa nih? Gio pasti."

"Ih enak aja!" Alejandra tidak terima, "ini Arion," bisiknya dengan pelan.

Mata Oliver membulat, "Arion yang suka lo ceritain itu ya?"

Alejandra mengangguk, "akhirnyaaa, selamat!"

"Yah belum jadian sih," Alejandra menunduk sebentar, "gue takut dia bener-bener gak mau sam gue."

"Itu urusan belakangan, sekarang bawa seneng aja dulu," Oliver berdiri, "dia pasti bakal kecantol sama orang cantik dan berbakat kayak lo," Oliver menjulurkan tangannya untuk membantu Alejandra berdiri dan Alejandra menerimanya.

"Thanks Oliver," ucap Alejandra, "lo selalu tahu harus bicara apa."

Olivet tertawa, "gue ini pelatih sayang, kalo ga bisa motivasi orang mana mungkin gue jadi pelatih atlet tingkat dunia," dia menepuk bahu Alejandra, "ayo sekarang latihan, Sarah susah dikalahin!"

Alejandra ikut tertawa dan mengikutinya, Oliver adalah pelatih terbaik di dunia untuknya.

-

"Kacau! voting kita kalah!" teriak Blake dengan frustasi dan menendang kursi ruangan football.

Fernandez memutar bola matanya, "apa kita kurang uang sih buat nyogok mereka?!"

Tristan yang sedang meminum bobanya menyahut, "mungkin Gio nyogok lebih banyak."

"Dia dapet CD dan menang voting," Joao menarik nafasnya berat, "habislah kita."

Arion yang sedang membaca majalan sekolah tidak membuka mulut sama sekali, dan itu membuat keempat temannya kebingungan.

"Woy!" Tristan menegurnya, "lo kok santai aja sih?"

Arion tersenyum miring, "gue jadi headline majalah," jawabnya seraya menunjukkan artikel yang berjudul, 'ALEJANDRA IS THE LUCKIEST GIRL.'

"Bodo amat," tekan Joao, "bisa gak sih lo menangin voting ini dan lepasin Alejandra? kalo dia tahu bisa barabe lo."

"Santai dong," Arion mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan mengeluarkan CD itu, "mereka gak bakal menang," Arion tersenyum licik.

Blake mengambil CD itu dengan semangat, "hahahaha," dia mengacak puncak kepala Arion, "lo mantap, man."

"Dari mana lo dapet?" tanya Fernandez.

Arion mendengus, "kamar Alejandra dong."

Joao dan yang lainnya tertawa puas, "lo memang yang paling gila!"

"Mereka cuma unggul tiga suara," Arion berdiri dari kursinya, "dan tiga suara itu gak mahal-mahal amat, dan besok si ketua osis sialan itu bakal malu."

-

"Bangun, atlet."

Alejandra kaget mendengar suara berat itu, dia membuka matanya lebar dengan paksa, terkejut melihat Dominic yang sedang membaca majalah Playboy dengan kaki yang memanjang di meja depannya.

Alejandra bergerak cepat menutupi tubuhnya walau dia masih memakai baju tidurnya semalam, "Dom lo nga—" namun dia terjatuh dari sofa, "aduuh," ringisnya.

Dominic mengintip dari balik majalah yang dibacanya, dia berdiri dan membantu Alejandra, "masa dua puluh pembantu gak ada satupun yang mindahin lo ke kamar?" tanya Dominic seraya membantu Alejandra kembali duduk.

Alejandra memegangi kepalanya yang sakit, "ngapain kesini Dom?"

"Gue mau ngambil CD yang dititipin Julia," jawab Dominic, "hari ini voting ditutup."

Alejandra mengangguk, "ada di kamar gue, gue ambil dulu ya," ucapnya seraya berjalan ke dalam kamarnya.

Alejandra membuka laci meja riasnya, namun CD itu tidak ada, jantungnya berdesir dengan hebat, dia berlari keluar memanggil ARTnya.

"Bi, kalian ada yang ngambil CD di laci kamar aku gak?!" tanyanya dengan cemas.

"Kenapa, CDnya hilang?" Dominic berdiri dan berjalan menuju tempat Alejandra dan para ARTnya.

"Gak ada non, kami gak berani buka laci nona," jawab ARTnya.

Alejandra diam, benar juga, para ARTnya tidak diperbolehkan.

Dominic menyikut Alejandra, "seriusan ilang?"

Alejandra dengan takut mengangguk, "gimana Dom, sumpah tiba-tiba hilang," rasanya Alejandra ingin menangis.

"Ya ampun," Dominic memijat pelipisnya, "yaudah nanti aja mikirin itu, lo buru mandi, kita ke sekolah bareng."

Alejandra mengangguk, dia sangat takut sekarang.

Di sekolah, Alejandra datang hampir terlambat bersama Dominic, mereka melihat orang-orang sudah berkumpul di depan ruang pengadilan.

Mereka langsung menghampiri Montana Cartel yang sudah menunggu mereka dari tadi. Sedangkan Gio sudah berdiri di depan sebagai penjaga sidang.

"Gimana?" tanya Dominic.

Marcus menggeleng, "kita kalah suara, kecuali kalo ada bukti, baru kita bisa menang."

"Iya, mana CDnya?" Russel meminta.

Dominic dan Alejandra saling lihat, "CDnya jatuh di jalan," jawab Dominic, dia tidak mau Alejandra dipermalukan di depan orang sebanyak ini.

"OH SHIT!" Marcus berteriak dengan kesal, "lo bego apa gimana sih? nasib Donny ada di tangan kita, Dom!"

"Gue gak sengaja, Marcus," suara Dominic meninggi.

Russel memisahkan mereka, "udah-udah, gak ada gunanya mau ribut, kita udah kalah."

Saat Russel mengatakan itu, sidang pun dimulai, jaksa mulai bersuara.

"Kita melanjutkan sidang akhir dari kasus Tuan Blake dan Tuan Donato, hasil voting menunjukkan bahwa pemenangnya adalah Tuan Blake, jika tidak ada bukti maka sidang akan ditutup dan Tuan Donato terpaksa di keluarkan dari sekolah." Jaksa menatap Gio.

Gio langsung menoleh kepada Alejandra yang berada di sudut belakang, "Alejandra?" panggil Gio pelan nyaris tak terdengar.

Arion yang melihat semuanya mengernyit, "apa-apaan ini kok dia nyuruh Alejandra ke depan?!" Arion panik.

Fernandez, Joao, Tristan saling tatap, "kok dia cemas sih?" bisik Tristan.

"Gak tahu," Joao menyikut Arion, "bro, lo kenapa cemas?"

Arion menatap teman-temannya, "yang mau gue maluin itu Gio bukan Alejandra!"

"Yaudah kali, kenapa? lo suka sama dia?" tanya Fernandez.

Arion dengan sigap mencengkram kerah Fernandez, untung sikapnya itu tidak diperhatikan orang-orang, karena mereka melihat Alejandra yang jalan menuju ke depan jaksa.

"Jangan bikin gue kesel, Fer," tekan Arion, lalu dia melepaskan cengkramannya di kerah Fernandez.

Arion kembali menatap ke depan, melihat Alejandra membungkuk di depan jaksa.

Rasanya Alejandra ingin hilang saja di dunia ini, Alejandra memberanikan dirinya untuk mengatakan sejujurnya, "maaf yang mulia, saya juga meminta maaf kepada Giovani," Alejandra menunduk, "Giovani memang sudah menemukan bukti, namun saya menghilangkannya."

Seisi ruangan riuh, bahkan reporter majalah sekolah dengan cepat memotret Alejandra, mereka akan melampirkan kejadian hari ini sebagai headline.

"Pengkhianat!" teriak salah satu siswa.

Giovani mengernyit dan kaget, Alejandra yang wajahnya sudah penuh air mata menatapnya, namun Gio bergeming entah kenapa.

"Baiklah, kalau begitu Tuan Blake memenangkan kasus ini, dan Tuan Donato terpaksa dikeluarkan dari Elrond High."

Tok! Tok! Tok!

Seluruh murid riuh dan jaksa segera meninggalkan ruangan, bahkan ada banyak siswi yang menangis karena kasihan dengan Donny.

"Alejandra!" teriak Dominic yang berlari ke arahnya, "lo kenapa ngaku? harusnya lo bilang aja kalau gue yang jatuhin CDnya di jalan!" Dominic memegang kedua bahu Alejandra.

Alejandra menggeleng, "itu salah gue Dom, lo jangan menutupi kesalahan gue," jawab Alejandra di tengah isaknya.

Dominic berusaha menenangkan Alejandra, dia melihat ke arah Gio dan Alejandra juga kembali menatap Gio.

Gio masih diam disana, namun sedetik kemudian, dia berjalan meninggalkan ruang sidang tampa mengatakan apapun.

Semua orang melihatnya, termasuk Gypsy Joker.

Blake yang sudah bergabung bersama mereka terkekeh, "sahabat telah dipatahkan hatinya."

Namun tepat saat Blake mengatakan itu, Arion berjalan meninggalkan ruang sidang juga dengan langkah gundah.

Blake kebingungan, "dia kenapa sih?"

Mereka bertiga mengangkat kedua bahunya, "auk, lo beruntung kerah kemeja lo gak dicengkram," jawab Fernandez yang masih kesal.

TBC