Chereads / Chasing The Cloud / Chapter 13 - Karna Aku

Chapter 13 - Karna Aku

Motor besar itu berhenti di depan rumah besar yang lumayan mewah dan dijaga oleh satpam yang lengkap dengan seragamnya. Arion membuka ponselnya lagi, melihat alamat yang dikirimkan Gisselle dan menyesuaikannya dengan rumah di hadapannya. Setelah Arion kira cocok dan benar, dia mendekati pos satpam di depannya.

"Permisi," kata Arion, "saya Arion Davila, ingin bertemu dengan keluarga Lockhart."

Satpam itu mengangguk dan menelfon seseorang, "nyonya, ada yang ingin bertemu namanya Davila," saat telfon tertutup Arion dipersilahkan masuk oleh penjaga itu.

Rumah ini memang tidak seperti rumahnya yang bak istana, namun rumah ini terlihat benar-benqr elegan. Arion memberhentikan motornya lalu turun menuju pintu utama.

Belum sempat dia menekan bel, namun sang tuan rumah sudah membukakan pintu.

Arion menatap wanita itu lama, merasa canggung setelah Arion pikir wanita di depannya ini tidak mengenalinya, dia membuka mulutnya, "selamat sore, saya ingin bertemu nyonya Minerva Lockhart, karena—"

Kalimat Arion terpotong karena wanita itu—Minerva—langsung membawa Arion ke dalam pelukannya, "anakku," lirihnya dengan air mata bahagia yang menetes.

Arion membalas pelukannya, "ibu," balas Arion juga, mereka melepaskan pelukan dan Arion menatap wajah ibunya, ibunya sangat mirip dengan dirinya. Arion tersenyum.

"Akhirnya kita bertemu," ucap Minerva dengan tangan yang menungkup pipi kanan dan kiri Arion.

Arion mengangguk, tidak menyangka orang dihadapannya ini adalah ibunya, orang miskin pekerja keras yang sekarang sudah membangun hidupnya sendiri.

Minerva menarik tangan Arion, "ayo kita makan," Arion mengikutinya.

Saat sampai di ruang makan dengan meja panjang yang besar dan pelayan yang siap melayani kapan saja jika dipanggil, Arion melihat Piolo sedang menaruh anggur di sisi meja masih mengenakan seragam sekolah dengan lengkap sama seperti Arion.

"Piolo sayang," panggil Minerva.

Piolo yang dipanggil menoleh, namun matanya langung bertemu dengan Arion. Mereka bertatapan lama, tapi kemudian Piolo menghampiri Arion, dan menjulurkan tangan padanya.

"Selamat datang," ucap Piolo.

Arion tersenyum, dan menjabat tangan Piolo.

Minerva sangat senang melihatnya, "ayo kita makan," dia beralih menatap salah satu ARTnya, "tolong panggilin suami saya."

ART itu mengangguk dan segera pergi untuk memanggil.

Saat makan malam sedang berlangsung, Arion berbisik pada Piolo yang ada di sebelahnya, "enak, ini lo yang masak?"

Piolo mengangguk, "sama bi Elijah juga tapi bumbunya gue yang racik."

Arion mengernyit, "bi Elijah?"

"Itu pembantu bagian dapur, gue manggil dia bibi sebenernya semua ART gue, gue panggil bibi," jelas Piolo.

"Kenapa?" Arion masih bingung.

"Karena untuk menghormati aja," jawabnya dengan memasukkan satu sendok lagi ke dalam mulutnya.

Arion bergeming karena jawaban dari Piolo barusan, selama ini benar-benar dia menganggap orang yang tidak seperti dirinya berada dibawahnya, Arion merasa sangat penuh dosa sekarang.

Minerva menatap Arion, "Arion, ibu minta maaf karena gak pernah merawat kamu atau mengunjungi kamu."

"Gapapa bu, aku udah diceritain semuanya," jawab Arion dengan cepat.

Ayah Piolo ikut menimpali, "Minerva memberikan kamu ke ayahmu karena dia gak mau kamu merasakan hidup susah, dia membangun hidup bersama saya dengan tujuan suatu hari akan bertemu dengan kamu."

Arion tersenyum, wajah babak belurnya masih belum hilang, "terimakasih," ucapnya dengan nada yang penuh dengan kerendahan hati. Arion sadar, dia tidak akan berada diposisinya sekarang jika bukan karena ibunya—Minerva.

Saat makan malam telah selesai, Arion dan Piolo berdiri di halaman belakang yang luas, "gue pengen punya hidup seperti lo, hidup lo sempurna, lo tahu?"

Piolo terkekeh, "semua hidup orang punya kecacatan."

Arion menatap Piolo, "sorry gue nanya ini, tapi gue rasa lo bisa bersekolah di Elrond tampa masuk lewat jalur prestasi bantuan sosial, ya kan?"

"Iya," Piolo mengangguk, "tapi gue ingin kuliah dengan uang gue sendiri, jadi biaya untuk SMA gue tabung, kalo lo bisa sekolah gratis dan bantu ekonomi keluarga lo, kenapa harus gak mau? walau itu dibully gangster sekolah gue gak masalah," Piolo tertawa di akhir kalimatnya.

Arion juga ikut tertawa karenanya, namun Arion terdiam dan memeluk Piolo, "maafin gue, Piolo."

Piolo menepuk pundak Arion dengan cengiran, "gapapa Arion, semua udah gue maafin."

Terkadang, orang harus berjalan di sisi gelap dulu untuk merasakan tenangnya berjalan di sisi terang.

-

Alejandra berlari di trackfield sekolahnya, menyelesaikan lap terakhir dan latihan terakhirnya, peluit Oliver berbunyi nyaring dari mulutnya, dan Alejandra menghentikan larinya, berjalan menuju tempat Oliver berdiri.

"Gimana?" tanya Alejandra.

Oliver menatap stopwatchnya lalu menatap Alejandra, "udah bagus tapi tetap hati-hati aja, lawan lo kali ini beneran susah, lo hatus tetep fokus."

Alejandra mengambil botol minum dari tangan Oliver, "yah gue usahain," ucapnya setelah meneguk air itu, "tapi mungkin gue mau istirahat dulu setelah ini."

Oliver kaget mendengar peryataan dari Alejandra, "maksud lo pensiun?"

"Iya, gue kasihan sama mama," Alejandra duduk di track field diikuti Oliver, "gue pengen ngeringanin beban tugas mama, dan ambil alih Bentley, gapapa kan?" tanya Alejandra dengan menatap Oliver.

"Lo becanda kan? ngapain lo minta izin gue!" Oliver terkekeh, "sebenernya gue udah lama pengen denger lo ngomong gini, gue juga kasihan lihat mama lo, kali."

Alejandra tersenyum dan memeluk Oliver, "lo emang pelatih terbaik!"

"Oh sudah jelas," tawa Oliver.

"Yaudah, gue siap-siap dulu ya mau ambil barang-barang di loker, habis itu kita cus pergi ke pertandingan!" Alejandra bangkit dari duduknya dan berlari lambat menuju gedung sekolahnya.

Oliver teriak, "jangan banyak drama cepetan!"

Alejandra terkekeh mendengar teriakan Oliver, dia menginjakkan kakinya masuk ke dalam gedung sekolah, sekarang sudah waktu istirahat, Alejandra melihat sekeliling, banner-banner bergambar Arion dan Fernandez memenuhi kantin sekolahnya, Alejandra baru ingat kalau hari ini Arion dan Fernandez akan memberikan pidato sebelum minggu depan diangkat menjadi Ketua san Wakil Osis.

"Ale!" panggil Magui, disusul oleh Montana Cartel, namun lagi, tidak ada Gio, dan Alejandra merindukan Gio.

"Gio lagi di ruang osis beresin barang-barangnya," jawab Russel lagi tampa perlu ditanya.

Alejandra terkekeh dan memukul pundaknya, "lo ngeselin ya jadi orang."

Russel mengangkat kedua bahunya, "gue cuma berusaha peka."

"Ale, lo gak bisa dateng ke kampanye hari ini?" tanya Magui.

Alejandra menggeleng, "enggak, kan pertandingan gue sore ini."

"Iya gue tahu, tapi semua orang dateng mau liat Arion sama Fernandez, kita aja dateng," timpal

Magui lagi.

"Yaudah, have fun aja, doain gue menang ya!" Alejandra memeluk Magui.

Saat Alejandra melepaskan peluknya dari Magui, Dominic mendekati Alejandra dan memeluknya, "semangat!" ucapnya.

Kemudian disusul oleh Marcus, Piolo dan Russel, "tenang aja, kita semua doain lo. Habis pidato kita bakal ke stadion untuk nonton lo," ucap Marcus.

"Siapin piala buat kita," Magui memeluknya lagi, "gue sayang lo, Ale."

Alejandra memeluk erat Magui, "gue juga, Mags," Alejandra melepaskan pelukannya, "gue mau beres-beres ambil barang di loker dulu ya, dah," Alejandra melambaikan tangannya.

Mereka semua membalas, dan Alejandra berjalan menuju loker mengambil sepatu runningnya yang khusus untuk lomba, backpack dan baju sportnya.

"Wah, udah punya muka untuk sekolah lagi?"

Alejandra menoleh cepat, ternyata Luna sedang mengambil buku pelajaran di loker sebelahnya. Alejandra mencoba untuk tidak menanggapinya.

Namun Luna mendekatinya, "gue kira lo udah malu banget karena kejadian kemarin, apa lagi soal Arion," ucapan Luna membuat orang-orang yang lain memerhatikan mereka.

Kali ini Alejandra tidak bisa diam lagi, dia harus membuka mulutnya, Alejandra menutup lokernya dengan sedikit keras, membuat Luna mengerjap karena Alejandra sebelumnya tidak pernah seperti itu.

"Lo mau gue gimana? takut? malu?" tanya Alejandra dengan mengunci Luna dengan tatapan tajamnya, "itu gak akan kejadian Luna, karena gue tahu gue benar, yang harusnya malu dan takut itu lo, karena gue tahu semua soal rencana busuk lo nyuri barang bukti dari gue," Alejandra menarik nafasnya memerhatikan Luna yang bergeming, kemudian Alejandra melanjutkan, "dan soal Arion, beberapa hari yang lalu dia menyatakan perasaannya ke gue," kalimat Alejandra barusan membuat orang-orang yang menonton kaget, "dia bilang dia cinta sama gue, dan dia rela ninggalin semua, termasuk lo, bahkan Gypsy Joker. Tapi tenang, dia gue tolak."

Alejandra tersenyum miring, "dan sekarang yang perlu lo inget, kalau lo nanti bahagia bersama Arion, melihat canda dan tawa Arion yang dia habiskan bersama lo, itu semua karena gue," Alejandra menghembuskan nafasnya, "orang yang selalu lo benci dengan berbagai alasan, orang yang lo jebak karena cuma ingin perdamaian dilingkungan sekolah, bahkan lingkungan lo sendiri," lalu Alejandra berjalan meninggalkan Luna dengan langkah lebar dan senyum yang belum pudar dari bibirnya dan hati yang sangat lega.

Luna menatap Alejandra yang berjalan menuju lift sekolahnya, dia bergeming mencerna semua kalimat yang keluar dari mulut Alejandra, dan itu benar-benar sukses masuk ke dalam pikirannya.

TBC