Hari ini matahari begitu panas dari biasanya, Alejandra berdiri di sebelah Oliver yang kelihatannya sedang tegang, sedangkan Alejandra menunggu Gemma dan teman-temannya yang belum juga datang, padahal pertandingan akan dimulai sebentar lagi.
"Lo harus fokus," Oliver menepuk pundaknya, "menang atau kalah itu belakangan, kalau lo fokus semua pasti lancar."
Alejandra mengangguk, "okay okay," tidak bisa dipungkiri juga kalau dia sendiri gugup dan jantungnya berdetak tidak karuan.
"Ngomong-ngomong kemarin Gio nemuin gue."
Alejandra yang tadinya tidak menoleh saat mengobrol dengan Oliver, jadi menoleh karena mendengar nama Gio.
Oliver yang peka juga menoleh, "dia bilang tolong sampein salam ke lo, terus dia minta maaf."
"Kenapa dia gak nemuin gue langsung?" tanya Alejandra.
"Gue gak tahu, mungkin dia gak enak sama pacar lo kali," Oliver merapikan kaca mata hitamnya.
Alejandra mengernyit, "gue gak pacaran elah," jawabnya dengan kesal.
"Oh? lo gak jadian sama Arion? sayang, padahal tu anak ganteng banget," kata Oliver, dia melipat kedua tangannya di dada, "Gio juga sih, cuma sekarang jangan lihat dari tampangnya, tapi dari sifatnya, percuma ganteng tapi gak baik dan gak bertanggung jawab, cari cowo yang baik setia dan bertanggung jawab hari gini susah, kalo udah dapet jangan lepasin," jelas Oliver dengan nada serius.
"Berarti Rose beruntung banget ya dapet suami macem lo," Alejandra terkekeh, "mantan pacar lo yang dulu udah nikah?"
Oliver tersenyum, "gue dan dia sama-sama beruntung satu sama lain dan Emily, mantan gue dia udah nikah musim panas tahun lalu," Oliver menghembuskan nafasnya lalu menariknya lagi, "sebenernya kalau gue gak sakit hati sama Emily, mungkin gue gak akan jadi begini sama Rose, lo tahu? ada hal-hal yang gak bisa kita gapai di dunia ini walau mengejar sekencang apapun, dan kadang hal-hal yang lo kejar itu udah ada di hadapan lo sejak lama, lo hanya gak menyadarinya."
Alejandra diam mendengar kalimat terakhir dari Oliver, selama ini dia benar-benar tidak menyadari itu, "kal—"
"Eh itu sinyalnya, ayo kesana udah mulai," Oliver memotong Alejandra dan menarik tangannya untuk pergi dari sana.
Alejandra menghembuskan nafasnya, nanti saja memikirikan itu, dia harus fokus.
-
Seluruh siswa-siswi berdiri di dalam lapangan indoor untuk menyaksikan kampanye Arion dan Fernandez sebelum mereka diangkat menjadi Ketua dan Wakil Osis.
Gio dan Montana Cartel berdiri di bagian tengah barisan, sedangkan Magui berkumpul dengan teman kesalnya. Gypsy Joker tentu di barisan paling depan, dan Arion berdiri di podium bersama Fernandez.
"Selamat siang," buka Arion pada awal pidatonya, semua diam mendengarkan, "kalian semua tahu saya dan Fernandez akan menggantikan Giovani dan Piolo dari jabatan osis sebelumnya."
Gio dan Piolo saling tatap begitu juga Russel, Dominic dan Marcus, wajah masam mereka sangat terlihat.
"Menurut lo dia bakal ngaku?" tanya Dominic dengan berbisik.
Gio menggeleng, "itu Arion, udah sama kayak necromancer, mana mungkin."
Russel terkekeh pelan, "bener juga."
"Tapi kayaknya dia berubah," bela Piolo.
"Walau berubah pun ini posisi paling diincernya, mana mungkin dia lepasin," timpal Marcus.
"Nah!" Gio menepuk tangannya sekali, "itu ngerti!"
Lalu mereka semua diam untuk kembali mendengarkan pidato Arion, karena tadi pembukaan isinya tidak terlalu penting.
"Yang mau gue sampaikan adalah," Arion menarik nafasnya, "gue gak akan menerima jabatan ini," ucapnya dengan tegas, membuat semua orang menjadi riuh. Bahkan Gypsy Joker pun memandang Arion dengan aneh, "gue minta maaf kepada Blake, Fernandez, Joao dan Tristan, juga Montana Cartel."
Gio kembali saling tatap dengan teman-temannya, mata Dominic membulat, "ciyus itu Arion?"
Karena keadaan lapangan yang ribut, Gio maju kedepan, dengan suara yang lantang dia menertibkan keramaian, "tolong diem! Arion belum selesai bicara!"
Semuanya pun ikut diam karena teriakan Gio barusan.
Arion mendengus pelan, "as you can see, dia lebih pantas menjadi ketua osis dibandingkan gue, gue berkata dengan jujur kalau gue menggapai jabatan ini dengan cara kotor, jangan salahin teman-teman gue karena selama ini gue yang memimpin mereka," Arion menatap teman-temannya sebentar lalu melanjutkan, "dan yang paling ingin gue akui, gue adalah saudara tiri Piolo Lockhart."
Lagi-lagi semuanya riuh karena Arion mengagetkan mereka berkali-kali, bahkan Julia dan Luna yang ada di pojok belakang pun terkejut dan kali ini Tristan ingin maju kedepan untuk menghentikan Arion namun Blake menahannya, Blake menggeleng, "dengerin dia sampe selesai," katanya dengan tegas.
Arion mengangkat tangannya menyuruh semua agar diam, setelah semua diam, Arion melanjutkan, "ibu kandung gue adalah ibu kandung Piolo, dia menyerahkan gue ke ayah gue—Henry Davila—agar gue hidup dengan nyaman, dia memang bukan orang yang kaya sejak lahir, namun dia orang yang memiliki integritas, wanita yang pintar dan pekerja keras, gue gak akan ada diposisi gue yang sekarang atau menikmati hidup yang enak dan mewah kalau bukan karena dia. Gue minta maaf bagi semua orang yang pernah gue panggil 'Slummy-Blood' karena gue sekarang sama seperti kalian, butuh semua itu untuk menyadarkan gue dari kejahatan dan kesalahan gue selama ini, dan untuk Alejandra, gue minta maaf sekali lagi, gue tahu Alejandra gak disini, tapi sekali lagi gue minta maaf, dan terimakasih karena sudah menyadarkan gue dari dendam yang selama ini gue pendam. Kita semua sama, kita hidup berdampingan, belajar bersama sekolah bersama, dan saling membutuhkan. Terserah kalian percaya atau tidak, tapi dari semua ini gue belajar. Dunia masih tetap sama, namun alasan untuk bertahan hidup yang berkurang, tapi kebaikan dan cinta bukanlah salah satunya," Arion diam menarik nafas menutup matanya sebentar, dia terima jika orang-orang akan melemparinya dengan banner, kulit pisang, sepatu atau apapun.
Namun ketika Arion membuka matanya, Gio bertepuk tangan, suaranya menggema di lapangan itu, kemudian disusul dengan Piolo, lalu Blake, Dominic, Russel, Joao, Tristan dan Fernandez yang ada di belakang Arion, kemudian diikuti seluruh siswa-siswi yang ada disana. Arion berjalan turun dari podium dengan tersenyum, berjalan ke hadapan Gio yang telah berhenti bertepuk tangan.
Arion menjulurkan tangan kanannya, "maafin gue," ucapnya.
Gio diam, dan yang lain pun diam, saat Arion kira Gio tidak akan menjabat tangannya, Arion menurunkan tangannya, "gue gak akan maafin lo," ucap Gio.
Arion mengangguk, dia mengerti, orang-orang masih diam memerhatikan mereka. Tiba-tiba Gio tersenyum, "karena gue udah lama maafin lo," kemudian Gio memeluk Arion.
Orang-orang kembali riuh dan bertepuk tangan, teman-teman mereka mendekati dan bersorak gembira.
Joao berteriak, "indahnya perdamaian!" teriakannya mengundang tawa teman-temannya. Joao menatap Dominic yang juga dari tadi menatapnya, kemudian Joao melakukan bro-fist bersama Dominic dan memeluk Dominic, "THOR!" teriak Joao saat memeluk Dominic, "gue kangen lo!"
Dominic terkekeh, "gue juga kangen lo LOKI!" balas Dominic tak kalah besarnya.
Marcus melihat semuanya dan dia tersenyum hangat akhirnya keinginannya terkabul. Marcus mendekati Arion yang sedang mengobrol dengan Gio, "jadi, kayaknya kita harus hapus nama gangster masing-masing."
"Setuju," jawab Arion langsung.
"Kita semua satu," timpal Gio, "Elrond High."
"Kayaknya penyambutan senior year besok malam bakal rame," kata Tristan.
Fernandez menepuk kepalanya, "oh iya besok malem penyambutan senior year, gue belum punya pasangan!" ucapnya kepada Tristan.
"Mikirin pasangan belakangan aja, kayaknya kita harus rayain ini," Piolo merangkul pundak Tristan dan Fernandez.
Marcus tersenyum, "oh kalo itu serahin sama gue!"
"Gio!" panggil Dominic dengan wajah takut.
Gio menoleh, "kenapa?" tanyanya cemas.
"Lomba Alejandra!"
Mata Gio dan teman-temannya melebar begitu juga dengan Arion, mereka baru ingat akan pergi melihat pertandingan Alejandra, langsung saja mereka berlari dengan terburu-buru dari sana, Russel langsung mencari Magui dan Arion mengajak Julia.
Namun saat dia bertemu Luna, Arion betanya padanya, walau Arion sudah tahu dia akan menjawab apa, "lo mau ikut gak?"
Luna diam namun dia menggeleng, "ga deh, lo duluan aja."
Arion mengangguk sembari menggandeng Julia, "gue udah tahu dia bakal jawab begitu."
"Yaudah, lagian kenapa lo pake nanya," ucap Julia, "dan tumben lo mau ngajak gue."
"Lo kan pacarnya Gio, gue ngerestuin lo kok," Arion tersenyum.
Julia terkekeh, dia menjitak kepala Arion, "giliran udah putus baru lo restuin!"
"Lo putus?" Arion kaget.
"Iya," angguk Julia, "Gio cuma cinta Alejandra dan gue sama sekali gak keberatan."
Mendengar Julia, Arion tersenyum hangat, "lo udah dewasa banget ya."
Julia nyengir, "iya dong, dan satu yang gue mengerti."
"Apa itu?"
"Kita para perempuan cuma ingin cinta dan ketulusan, tapi kalian para laki-laki cuma tahu cara mematahkannya," Julia berkata dengan tertawa dia memang bercanda, namun ucapannya membuat Arion berfikir panjang.
Julia menatap Arion, dia tahu apa yang Arion pikirkan sekarang, "tenang aja, kalau lo ajak dia berubah dan mengulang semua dari awal, gue yakin dia mau. Tampa lo sadari, selama ini dia yang selalu jaga lo, bahkan dia yang ngurus lo di rumah sakit sambil nangis saat lo pingsan karena dipukuli Gio."
"Tapi bukannya Luna jahat sama lo?"
"Emang," Julia terkekeh, "tapi jahat dan baik itu tergantung prespektif kita memandang orang, Luna emang jahat sama gue karena gue berteman sama Ale dan Mags, tapi dia baik dan setia sama lo, dan gue yakin jahatnya dia bakal hilang kalo lo ngajarin dia untuk berubah."
Julia benar, tentang hubungannya dan Luna yang sudah kandas pun itu karena kesalahan Arion, dan Arion harap, dia masih memiliki waktu untuk memperbaikinya.
TBC