Arion bercukur di depan kaca toilet kamarnya yang megah, memandang wajahnya yang lebam karena pukulan Gio, bahkan hidungnya hampir patah. Arion sadar, dia memang pantas mendapat pukulan seperti ini.
"Aw," ringis Arion saat pisau cukur itu melewati tulang rahangnya.
Setelah selesai, Arion mengambil handuk kecil untuk mengelap wajahnya yang basah dengan pelan. Arion berjalan keluar menuju kamarnya, mengambil baju tidurnya, dan memakainya.
"Kak, mama pulang," suara Claudia yang sedang mengetuk pintu didengar Arion.
"Iya sebentar," jawab Arion dengan berjalan untuk membuka pintu dan keluar, dilihatnya Gisselle sedang memeluk Claudia.
Arion mendekat, "hai ma," ucapnya lalu memeluk tubuh mamanya. Gisselle membalas pelukan Arion.
"Dimana papa kamu?" tanya Gisselle dengan lembut.
"Mungkin di ruang kerjanya," jawab Arion.
Gisselle langsung menuju kesana, Arion yang penasaran mengikutinya, dia merasa aneh karena Gisselle pulang lebih awal dari jadwal biasanya.
Gisselle Etsuko Toyoda Davila, mama Arion adalah anggota keluarga besar pemilik Toyota Group, sedangkan ayahnya Henry adalah pemilik perusahaan Lexus di Jerman.
Tampa dipikir lagi, sudah jelas sekali keterkaitan keduanya, Arion bahkan tahu kalau orang tuanya menikah secara perjodohan.
"Kenapa kamu bohong, Henry?" Gisselle melempar map akta kelahiran di depan wajah Henry, "kamu bilang kalau ibu dari anak kamu udah meninggal?"
Henry yang kaget berdiri dari kursinya, "kamu bertemu Minerva?" tanyanya dengan memegang kedua pundak Gisselle.
Gisselle mengangguk.
"Aku bilang begitu karena kedua orangtua ku, maaf, harusnya aku bilang ini dari dulu," Henry menatap Gisselle, "dimana Minerva sekarang?"
"Minerva siapa? ada apa ini?" Arion yang kebingungan memotong pembicaraan mereka.
Gisselle menoleh mendekati Arion yang selama ini dia rawat dengan penuh kasih sayang, Gisselle menyentuh wajah tampan Arion, menatap wajah babak belur Arion, "kamu dari dipukuli siapa nak?"
Henry menyahut, "Giovani temen lamanya, udah biasa Arion seperti itu," Henry terkekeh pelan di akhir kalimatnya.
"Jawab pertanyaan Arion," Arion menekan.
Tentu Gisselle tidak mau menyakiti hati Arion, namun Arion sudah hampir mengetahui segalanya daripada Arion mencari tahu sendiri atau mendengar dari orang lain, lebih baik Gisselle memberi tahunya karena sebagai orang tua angkatnya, Gisselle merasa hina jika tidak jujur kepada Arion.
"Arion," Gisselle menangkup wajah Arion, "kamu bukan anak kandung mama."
-
"Selamat pagi, tuan putri."
Alejandra tersenyum saat dia melihat Gemma membawakannya nampan sarapan. Sudah lama sekali Gemma tidak seperti ini, "pagi mama," sapa Alejandra kembali.
"Gak sekolah lagi?" tanya Gemma dengan meletakkan nampan itu di meja samping Alejandra.
Alejandra menggeleng, "aku masih belum terlalu fit ma, lagian kepala sekolah sama guru pasti mikirnya aku latihan sama Oliver pasti mereka ngizinin."
Gemma tersenyum dan duduk di pinggir kasur Alejandra, "yaudah gapapa, buruan kamu makan ya, habis itu kita yoga bareng di pinggir kolam."
Dengan cengiran lebar Alejandra mengangguk semangat, sudah lama sekali dia tidak melakukan yoga bersama mamanya, dan Alejandra tidak akan melewatkan kesempatan itu kali ini.
"Oh iya sebelum itu mama mau kasih kamu sesuatu," Gemma mengambil sesuatu yang berada di nampan sarapan Alejandra, sebuah kotak perhiasan Tiffany&Co berwarna tosca khasnya, Gemma mengeluarkan sebuah kalung—lebih tepatnya choker, "ini salah satu yang mama lakukan selama hampir setahun ini di Belgia, mama membuat choker khusus untuk Alejandra," Gemma memberikan choker itu kepada Alejandra.
Choker itu dipenuhi berlian safir kecil yang sangat terang, sampai Alejandra takjub melihatnya, Alejandra membalik choker itu dan ada namanya terukir disana.
"Itu hanya ada satu di dunia, seperti anak mama yang juga hanya ada satu di dunia," Gemma mengelus puncak kepala Alejandra.
Mata Alejandra berkaca-kaca, dia langsung menarik mamanya ke dalam pelukannya, "Alejandra gak perlu takut lagi, orang yang mempermalukan yang harusnya takut sama Alejandra, karena Alejandra tahu yang sebenarnya," ucap Gemma di dalam pelukannya.
Alejandra mengangguk, "makasih mama."
-
"Alejandra!" panggil Magui yang memeluk Alejandra dari belakang saat dia sedang bersantai menonton acara favoritnya.
Alejandra menoleh kebelakang, melihat Russel, Marcus, Dominic dan Piolo, tidak ada Gio. Mereka semua duduk di dekat Alejandra.
"Kok bisa masuk?" tanya Alejandra.
"Tante Gemma ngehubungin gue dan minta kita semua kesini, katanya temenin Alejandra selagi dia pergi ke kantor sebentar," jawab Magui.
Alejandra terkekeh dan berdiri untuk mengambilkan makanan untuk teman-temannya lalu kembali duduk lagi.
"Gio gak ikut, dia nemenin Julia ke acara ultah neneknya," Russel langsung menjawab karena tahu gerak gerik dan bahasa tubuh Alejandra.
Alejandra tersenyum kecut dan tidak menanggapi Russel.
"Udah sehat lo?" tanya Dominic yang baru duduk di sebelah Marcus.
"Udah," angguk Alejandra, lalu dia menghadap Piolo, "kapan lo pulang?"
Piolo mengambil permen di meja, "semalem, terus langsung ke sekolah karena gue denger Gio dilengserin dari jabatan ketua osis."
"HAH?" Alejandra kaget, "kok bisa?"
Mereka semua saling tatap, kemudian Marcus menjawab Alejandra, "itu dia yang mau kita kasih tahu, tapi hape lo gak pernah aktif."
Russel mengangguk, "iya, dua hari yang lalu Gio mukulin Arion sampe babak belur di koridor karena Dominic nyeritain kejadian di markas Gypsy Joker waktu itu."
"Jadi nyesel gue nyeritainnya," Dominic memijit pelipisnya.
Piolo menyikutnya, "kalo lo gak cerita kita gak tahu yang sebenernya, gapapa lah."
Dominic menatap Alejandra, "Gio bilang dia rela kehilangan semuanya demi lo, gue udah bilang kan semarah apapun Gio sama lo, dia akan ada selalu buat lo."
Alejandra terdiam, entah dia harus senang atau sedih, namun sedetik kemudian dia tersenyum, "makasih ya atas dukungan kalian," Alejandra menoleh Piolo lagi, "jadi lo yang bakal gantiin Gio?"
Piolo menggeleng, "enggak, gue gak akan menggantikan posisi Gio, tapi kalo gue gak ambil posisi Gio, ketua dan wakil osis akan dikasih sama calon pemegang suara terbanyak setelah gue dan Gio."
"Itu berarti, Arion dan Fernandez?" tanya Magui.
Piolo mengangguk, "dan gue gak akan menghalangi mereka, biarlah mereka rasain kemenangan busuk mereka."
"Iya," ucap Dominic, "kita udah sepakat nyerahin sekolah sama Gypsy Joker."
"Gimana sama anak bantuan sosial?" Alejandra takut.
"Tenang aja," Russel menimpali, "Montana Cartel udah bentuk badan amal untuk menbantu anak dari bantuan sosial, jadi kalau mereka di drop out, kita akan berikan bantuan ke mereka untuk biaya di sekolah selanjutnya, seengaknya walau kita gak bisa mencegah, kita bisa membantu."
Marcus mengangguk, "saat ini ada 40 anak dari bantuan sosial termasuk Magui dan Piolo yang udah di daftar sama kita, jadi kalau—yang mana sudan pasti kejadian—Arion dan Fernandez menutup program bantuan sosial, kita masih bisa bantu 40 anak itu," jelas Marcus.
Alejandra lega mendengarnya, tentu dia akan berkontribusi dalam pendirian badan amal ini.
"Alejandra," panggil Magui, "jangan lupa pertandingan lo seminggu lagi," ingat Magui.
"Iya gue inget kok, besok gue sekolah dan latihan rutin tiap hari," jawab Alejandra.
"Semangat," ucap Piolo, namun dia mengeluarkan sebuah map yang dibawanya dari Frakfurt, "tapi gue mau kasih tahu kalian sesuatu."
-
Di koridor besar nan megah sekolahnya, Alejandra berjalan sendirian tampa mengubris orang-orang yang memandangnya, dia memakai choker biru safir pemberian mamanya.
"Hei," Julia menyapa Alejandra saat dia sedang ingin mengambil bukunya.
Alejandra tersenyum, "hai Julia."
"Lo udah sehat? gue kangen sama lo," kekeh Julia, "gue minta maaf soal artikel waktu itu, gue cuma ditanya soal kapan gue kasih CD tapi mereka ngelebih-lebihin," Julia berkata dengan nada tidak enak.
"Gapapa Julia," Alejandra menepuk pundak Julia, "gue gak menyalahkan lo sama sekali."
Julia tersenyum, "ngomong-ngomong Gio melamun terus belakangan ini, gue yakin dia mikirin lo."
Alejandra menggeleng, "apaan sih Julia, gue kayaknya udah gak bersahabatan lagi sama Gio, lo jagain Gio baik-baik ya," pinta Alejandra pada Julia, lalu Alejandra meninggalkan Julia yang masih memandanginya.
Alejandra sadar, dia harus membiasakan sekarang banwa hari-hatinya tidak akan ada Gio lagi karena Gio sudah bersama Julia.
'Gue akan menjaga Gio baik-baik kalau aja Gio memang cinta sama gue,' ucap Julia dalam hatinya, dia beralih menatap ke dalam lokernya, matanya berkaca-kaca menahan air mata, "tapi Gio cuma cinta sama lo, Ale."
TBC