Rasanya Alejandra akan kehabisan tenaganya untuk mengejar Sarah yang dari tadi berada di depannya Sarah Nott sangat cepat dari dua tahun yang lalu saat Alejandra mengalahkannya.
"Fokus Alejandra fokus!" Oliver berteriak, dia tahu pikiran Alejandra sedang teralihkan.
Alejandra menoleh tanpa memberhentikan larinya, dia melihat Oliver masih sendirian, teman-temannya belum datang, dan itu membuatnya tambah tidak bersemangat. Alejandra kembali berlari, dua lap lagi, menuju garis finish, tapi Alejandra merasa putus asa melihat Sarah yang jauh di hadapannya.
"ALEJANDRA SEMANGAT!" teriak Magui yang baru datang dengan teman-temannya yang lain.
Dengan terkejut Alejandra menoleh, dia tersenyum lebar melihat teman-temannya datang, bahkan dia melihat Joao, Tristan dan Arion disana.
"Ayo menangin! lo udah janji nyiapi hadiah buat kita!" teriak Dominic.
Kali ini Alejandra memejamkan matanya dan menarik nafasnya untuk mengerahkan semua tenaganya untuk menyusul Sarah di lap terakhir ini.
Alejandra tepat di belakang Sarah saat sudah dekat garis finish, namun karena berlari terlalu kencang, kaki Alejandra terkilir saat melewati garis finish, Alejandra terjatuh, tidak tahu dia menang atau kalah.
Semua orang panik melihat Alejandra yang terduduk di track field, sedangkan panitia memutar ulang kamera untuk melihat siapa yang duluan melewati garis finish.
"Le, lo gapapa?" tanya Sarah yang ikut cemas.
Alejandra menggeleng, namun dia tidak bisa menjawab karena kakinya sangat sakit.
Teman-teman Alejandra langsung menghambur ke lapangan untuk menemuinya. "MEDIS!" teriak Oliver pada petugas medis yang berjalan ke arah mereka.
"Ale, lo gapapa?" Arion yang baru datang menangkup kedua wajah Alejandra dengan kedua tangannya.
Alejandra menggigit bibirnya, "gapapa, gapapa," jawabnya menahan sakit.
"Permisi, tim medis!" Dokter dan para tim medis lainnya langsung memeriksa Alejandra.
Oliver bertanya, "gimana dok?"
"Ini gapapa cuma terkilir biasa, saya bisa memperbaikinya," ucap Dokter itu dengan memegang pergelangan kaki Alejandra dengan kedua tangannya, lalu Dokter itu menggeser telapak kaki dan pergelangan kaki Alejandra dengan sekali sentakan menimbulkan bunyi krek pada tulangnya.
"AAAAWW!" teriak Alejandra dengan keras. Namun setelah itu dia merasakan kakinya tidak terlalu sakit lagi.
Saat Alejandra sudah dapat berdiri dibantu oleh Oliver menuju podium, pemenang diumumkan.
"Pemenang tahun ini adalah," MC itu mulai menampilkan video tadi yang terpampang di layar besar, "ALEJANDRA PANIDA!"
Oliver yang senang bukan main mengangkat tangan kanan Alejandra, "YEA!!" teriaknya.
Alejandra hanya tersenyum hangat walau dia akui dia sangat senang, namun tenaganya sudah terkuras.
"Selamat sayang!" Gemma yang baru datang memeluk Alejandra langsung.
Disusul teman-temannya, Magui, Julia, Montana Cartel dan Gypsy Joker. Alejandra memeluk Arion pada saat terakhir, namun saat melepas pelukannya Alejandra sadar bahwa lagi-lagi Gio tidak ada.
Kali ini dia berani untuk bertanya karena kerinduannya pada Gio benar-benar tidak bisa ditahannya lagi, "Gio mana?" tanyanya pada yang lain.
"Gio tadi mau dateng, tapi dia sama Marcus ada kerjaan penting," jawab Piolo, "dia ngurusin untuk acara besok."
"Bukannya dia udah bukan ketos lagi?"
Piolo mengangguk, "iya emang bukan, tapi Marcus sama Gio ngerjain project penting gitulah."
"Oh," respon Alejandra, namun beberapa detik kemudian dia tersenyum lebar, "makasih ya kalian semua buat bunga dan segalanya."
-
Blake berdiri menatap laki-laki di depannya, dia tidak menghadiri lomba Alejandra karena ingin kesini. Walau bersama ajudan yang siap menjaganga kapan saja, namun Blake meminta untuk mengurus ini sendirian, dan disinilah dia sekarang, berdiri di hadapan Donny yang baru keluar dari kelas sekolahnya yang baru.
"Mau apa lo?" tanya Donny tajam. Mereka sudah dikerumuni anak-anak sekolah Donny.
Tiba-tiba saja Blake berlutut dihadapan Donny, "maafin gue Don."
Donny yang kaget langsung menbantu Blake untuk berdiri, dia tidak ingin ini jadi tontonan.
"Maafin semua perlakuan gue, lo boleh balik ke Elrond gue bakal ngurus semuanya," ucap Blake dengan serius.
Donny menggeleng, "gak Blake, gue gak mau balik ke Elrond gue seneng disini, dan gue udah maafin lo, Blake."
Blake tercengang, "serius Don?"
"Iya," angguk Donny, "kita semua sama Blake, sama-sama manusia punya ego dan penyesalan, tapi kita juga harus punya rasa memaafkan."
Blake tidak menyangka, padahal apa yang dia lakukan kepada Donny benar-benar sudah kelewatan. Blake tersenyum, "makasih Don," ucapnya dengan suara yang bergetar.
-
"Jadi ini gaun yang akan anda pakai nona?"
Alejandra sekarang sedang berada di pusat belanja elit kota Wolfsburg bersama Magui. Magui sendiri pastilah tidak akan pergi kesini hanya untuk membeli gaun, namun Russel memaksanya dan memberinya kartu ATM unlimited miliknya.
"Iya," angguk Alejandra pada pelayan yang menunjukkan gaun Alexander McQueen yang dipilihnya.
"Dan nona Magui?" tanya pelayan itu pada Magui yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Alejandra menyikutnya karena Magui tidak merespon.
"Eh?" Magui nyengir, "maaf, saya mau yang Ralph and Russo warna coklat tadi."
Pelayan itu mengangguk, "baiklah, akan segera saya bawakan ke kediaman Panida," ucap pelayan itu seraya berjalan dari sana.
Magui mengangguk lalu menoleh kepada Alejandra, "lo kenapa sih murung begitu?"
"Gue sebel aja kemarin Gio bener-bener gak dateng," Alejandra menunduk dan memijat pelipisnya.
"Tapi dia ngirim bunga kan?"
Alejandra mengangguk, "iya, cuma yang gue mau itu kehadirannya! bukan bunganya."
Magui terkikik, "dia pasti lagi sibuk banget sampe gabisa dateng," tepuk Magui di pundak Alejandra, "Gio sayang sama lo, percaya deh."
"Apa?" Alejandra menoleh dengan kaget.
"Ale, selama ini Gio tuh udah suka sama lo, udah lamaaa banget, dia cerita sama gue, tapi Gio gak berani bilang ke lo karena dia gak mau persahabatan lo sama dia jadi hancur," jelas Magui.
Alejandra mengernyit masih belum menyangka, "ta—tapi..."
"Iya dia selama ini cuma pura-pura deketin cewe lain atau minta cariin lo pacar, padahal selama ini yang dia cinta cuma lo, bahkan dia deketin Julia itu supaya Arion gak nyakitin lo," Magui menghembuskan nafasnya dan tersenyum, "Ale, terkadang apa yang kita cari-cari selama ini ada di depan mata kita, yang lo kejar selama ini udah ada di hadapan lo sejak lama. Lo tahu? sore itu yang dia nemenin lo latihan lari di lapangan kota, sebelumnya dia nemuin gue, dia bilang mau menyatakan perasaannya ke lo, tapi setelah itu dia diem lama, terus sebelum dia pergi dia bilang, dia gak mau persahabatan kalian hancur, dan dia yakin suatu saat nanti, disaat yang tepat, lo dan dia bakal bersatu."
Magui menarik tangan Alejandra dan memegangnya, "Arion mungkin mengigatkan lo kepada papa lo karena dia ngajak lo picnic, tapi Gio? dia udah lebih dari semua itu, dia selalu ada bersama lo Alejandra, saat lo sedih, saat lo senang, lo adalah kebahagiaan dia."
Alejandra terdiam, dia tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, tangan kanannya menutupi mulutnya, cerita dan semua pengakuan Magui tentang Gio membuatnya menangis.
-
"Udah siap?" tanya Alejandra pada Magui yang sedang merapikan rambutnya.
Magui menoleh, "udah, Russel udah nunggu di depan. Lo beneran mau pergi sendiri?"
Alejandra mengangguk, "iyalah, sama siapa lagi?"
"Yaudah deh," Magui bangkit dari tempat duduknya dan berjalan bersama Alejandra ke luar rumah.
Alejandra melihat tiga limousine di depan pintu rumahnya, satu berwarna putih dan dua berwarna hitam, Alejandra mengernyit ketika melihat Gio turun dari limousine putih yang berada di tengah. Alejandra menuruni tangga yang berada di depan tersnya.
"Dijemput prince charming," bisik Magui dengan terkekeh.
Alejandra diam mencoba menyembunyikan senyumannya. Sekarang dirinya benar-benar berada di depan Gio, sedangkan Magui sudah bersama Russel.
Gio menoleh kepada Russel, "udah duluan aja," suruhnya pada Russel, kemudian Gio menoleh kepada supir pribadi Alejandra yang menunggu dengan limousinenya, "saya yang akan mengantar Alejandra."
Supir itu mengangguk dan menjalankan limo menuju garasi.
Alejandra dan Gio kembali saling tatap, Alejandra baru sadar gaunnya dan setelan Gio sangat matching.
"Hai," sapa Gio dengan pelan.
Alejandra tersenyum tipis, "hai, Gio."
"Udah lama gak lihat lo," ucap Gio dengan memberikan sebuah kotak kepada Alejandra, "buka," suruhnya.
"Apa nih?" Alejandra kebingungan namun dia tetap membuka kotak itu, isinya adalah surat yang banyak sekali yang terbungkus di dalam amplop berwarna coklat—warna kesukaan Alejandra.
"Itu semua adalah surat untuk lo dari gue yang gak pernah gue kasih, gue gak tahu gimana cara menyatakan isi hati gue ke lo, jadi gue menulis semuanya, setiap bulan, dari dua tahun yang lalu," jelas Gio, "maafin gue kalau selalu buat lo kesel atau menyakiti lo, gue gak bermaksud, terkadang gue gak bisa kontrol perasaan gue."
Alejandra menutup mulutnya lagi, "maafin gue juga Gio."
Gio mengernyit, "lah kok nangis? jangan nangis ntar make up lo luntur," Gio mengambil sapu tangannya dan memberikannya kepada Alejandra.
"Gue yang harusnya minta maaf, gue buta gak merhatiin lo selama ini," ucapnya dengan nada tersedu.
Dengan cepat Gio memeluknya dan berkata, "gapapa, semuanya perlu waktu, dan kadang orang memang harus merasakan buta agar dia lebih bersyukur saat bisa melihat," Gio menepuk bahu Alejandra dari belakang, "gue cinta lo, apapun yang terjadi, lo tetep menjadi champion bagi gue, Ale."
Tangis Alejandra semakin pecah karena pengakuan Gio barusan, Alejandra mengangguk, "gue juga cinta lo, Gio," katanya masih dengan nada tersedu dan makeup yang sudah luntur karena air matanya.
Gio melepaskan pelukannya pada Alejandra dan menatap wajah Alejandra, Gio terkekeh, dia berjalan ke dalam rumah Alejandra dan memanggil ARTnya, "panggil MUA nona Ale, suruh dia ke limo sekarang untuk dandanin Ale di mobil."
"Baik tuan," angguk ART itu.
-
Gio dan Alejandra keluar dari limo dan segera berjalan masuk ke dalam gedung mewah sekolahnya.
Alejandra dan Gio menjadi pusat perhatian, bahkan kamera-kamera menyoroti mereka tanpa memperdulikan yang lain yang juga baru datang.
Alejandra tersenyum menatap Gio yang memegang tangannya, Gio balas tersenyum dan menatap ke depan, karena dia melihat teman-temannya.
"Wah, kayaknya udah resmi nih!" seru Joao.
Dominic menyikutnya, "liat aja tangannya, gausah lo tebak lagi, pea!"
"Selamat ya Alejandra dan Gio!" Marcus menyalami mereka.
Gio terkekeh, "kaya apa aja dah."
Tiba-tiba datang Russel, dia merangkul Alejandra, "dua tahun dia nunggu lo, dua tahuuuun!"
"Akhrinya kesampean!" sambung Piolo.
Magui menatap Alejandra dengan senyum hangat, kali ini dia sangat puas dengan pilihan Alejandra.
"SELAMAT KEPADA YANG BARU JADIAN, TAPI JANGAN LUPA UNTUK PERFORMNYA."
Mereka semua menoleh ke sumber suara yang ada di panggung, ternyata, Tristan, memanggil mereka.
"Perform?" tanya Alejandra pada Gio.
"Iya," kekeh Gio, "tonton ya, mau nyanyiin lagu dari band kesayangan Dominic sama Joao," ucapnya pada Alejandra dengan berjalan ke atas panggung bersama teman-temannya.
Alejandra dan Magui langsung saja mencari tempat duduk, pas sekali hanya tempat duduk meja Julia yang kosong dua orang, namun di sebelah Julia ada Luna yang memakai mahkota 'PROM QUEEN'-nya. Alejandra tidak mau ambil pusing dan menatap ke panggung.
Sebuah Video muncul dan menampakkan foto-foto kebersamaan angkatan mereka, foto anak dari bantuan sosial yang dirayakan ulang tahunnya, lalu beralih ke foto dan video lain yang menghangatkan hati.
Tiba-tiba kesepuluh anak lelaki itu keluar dan bernyanyi serempak.
Pressure!
pushing down on me,
Pressing down on you, no man ask for.
Under pressure that burns a building down,
Splits a family in two, puts people on streets.
Alejandra terkekeh melihat mereka yang sudah berdamai, dan lagu ini pun memang cocok dengan tujuan mereka untuk menciptakan perdamaian.
It's the terror of knowing what this world is about.
Watching some good friends screaming, "let me out".
Tomorrow gets me higher.
Pressure on people, people on streets.
Kali ini Gio bernyanyi solo dengan menari di atas panggung dengan gaya bebas bersama temannya yang lain membuat orang-orang terhibur.
Chippin' around, kick my brains around the floor.
These are the days, it never rains but it pours.
Joao bernyanyi dengan menirukan suara perempuan persis seperti nada yang dinyanyikan Freddie Mercury.
Dan sekarang, giliran Dominic yang membuka suaranya.
People on streets.
People on streets.
It's the terror of knowing what this world is about.
Watching some good friends screaming, "let me out".
Tomorrow takes me higher, higher, high!
Pressure on people, people on streets.
Dominic berharapan bersama Blake dan bernyayi di dukungan pundak Blake.
Turned away from it all like a blind man.
Sat on a fence, but it don't work.
Keep comin' up with love, but it's so slashed and torn.
Why, why, why?
Suara tinggi Fernandez mengagetkan mereka, karena mereka semua tidak tahu Fernandez mempunyai suata tinggi seperti itu.
Insanity laughs, under pressure we're cracking.
Gio loncat dari panggung saat menyayikan itu, lalu Arion menyambungnya.
Can't we give ourselves one more chance?
Why can't we give love that one more chance?
Why can't we give love, give love, give love, give love,
Saat semua sudah turun dari panggung, mereka bersepuluh langsung merangkul satu sama lain seperti membentuk pagar dan beryanyi bersama
Cause love's such an old fashioned word,
And love dares you to care for the people on the
Edge of the night, and love dares you to
Change our way of caring about ourselves.
This is our last dance.
This is ourselves. This is ourselves.
Under pressure.
Under pressure.
Pressure.
Gio memeluk Arion saat lagu selesai, dan semua yang melihat bertepuk tangan sambil berdiri dari tempat duduknya, termasuk Luna.
Mereka berkumpul menuju Gio dan teman-temannya, Alejandra tersenyum lebar, "damai terus ya!" ucapnya kepada Arion dan Gio.
"Pasti," jawab Arion.
"Alejandra," seseorang menepuk pundaknya.
Alejandra menoleh, melihat Luna tersenyum kepadanya.
Luna menjulurkan tangannya, "kita juga damai ya?"
Tentu saja Alejandra menjabat tangan Luna dan tersenyum lebar, "iya Luna," Alejandra memeluknya.
Arion menyaksikan mereka dengan senyuman hangat, dia senang melihat Luna berubah.
Tiba-tiba Luna mengambil mahkota prom queen dari atas kepalanya dan memasangnya di kepala Alejandra, "Luna?" tanya Alejandra yang kaget.
"Menurut gue, lo adalah prom queen tahun ini," ucap Luna.
Semua bertepuk tangan, dendam yang lalu sudah terganti dengan senyuman hangat dan perdamaian yang membahagiakan semuanya.
TBC ON EPILOG