Minggu pagi ini, Alejandra bersiap di depan kaca kamarnya, hari ini Arion mengajaknya ke suatu tempat, tentu saja dia begitu bahagia sampai dia berfikir rasanya seperti mimpi.
"Sayang?" panggil mamanya—Gemma, memasuki kamar Alejandra.
Alejandra tersenyum menghadap mamanya, "ma, gimana?"
Gemma mengangguk, "kamu cantik sayang," Gemma mendekat lagi, "Arion yang ngajak kamu pergi, Arion Davila kan?"
"Iya," angguk Alejandra, "kenapa ma?"
"Gapapa, mama cuma mau memastikan kamu ditangan yang tepat."
"Permisi Nyonya, Tuan Arion sudah menunggu di bawah," ARTnya memberitahu.
Gemma mengangguk, lalu menoleh kepada Alejandra lagi, "kabarin mama ya," dia mencium pipi Alejandra.
"Iya ma," jawab Alejandra seraya berlari ke bawah untuk menemui Arion.
"Maaf ya, nunggu lama?" tanya Alejandra saat sudah sampai di bawah.
Arion langsung berdiri dan menatapnya dari atas sampai bawah, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Alejandra.
Entah apa yang dirasakannya, Alejandra menerka-nerka apa Arion tidak suka dengan penampilannya?
"Kita mau kemana?" tanya Alejandra saat Arion menuntunnya ke dalam mobil.
Arion tersenyum menatapnya, "ikut aja lah."
Di dalam mobil, mereka berbincang, namun sama sekali tidak membahas masalah yang sedang dihadapi sekolah mereka, mereka berdua tahu itu akan mengganggu hari ini.
Alejandra kebingungan saat sadar Arion membawanya ke atas atap perusahaan milik keluarga Davila. Saat sudah sampai di atas, ternyata sebuah helikopter sudah menunggu mereka.
Arion membukakan pintu untuk Alejandra, "gak boleh bertanya sampai tiba di tempat date kita."
Alejandra hanya tersenyum, lagian siapa yang perduli? yang penting dia bersama Arion, Arion pujaan hatinya.
Mereka naik helikopter, Arion mengajaknya berfoto di dalam heli, "gue harap lo suka," teriaknya agar Alejandra dapat mendengar.
-
"Cek semua cctv sebelum tanggal 21 maret!" perintah Gio kepada Montana Cartel dan juga rekan osisnya.
Mereka bergerak cepat, padahal hari minggu ini harusnya Gio ikut menemani Alejandra latihan lari untuk pertandingan besarnya bulan Juni nanti, namun tugas membuatnya tidak bisa menemani Alejandra.
Piolo yang sedang memerhatikan rekaman cctv menangkap rekaman pembullyan Donny oleh Blake, "Gio, dapet."
Gio mendekat dan ikut memerhatikan rekaman itu, Dominic mengeluarkan CD dari dalam waist bag nya, "masukin ke sini," suruhnya pada Piolo.
"Setiap rekaman pembullyan yang kalian temuin, masukin dalem CD yang tadi gue kasih," Gio membuka suaranya lagi.
Gio membuka ponselnya, tadinya untuk mengabari kepada Jaksa kalau bukti sudah di temukan, namun Gio lupa dia tadi dari membuka Instagram, lantas muncul lah insta story Arion bersama Alejandra sedang naik heli.
"Apa-apaan?" ucap Gio pada dirinya sendiri.
Dengan cepat, dia menelfon Alejandra, "halo?"
"Gio nanti aja nelponnya gak kedengeran!" jawab Alejandra di sebrang sana.
"Lo keman—" ucapannya terputus karena Alejandra mematikan sambungan telefon.
Russel memerhatikan Gio dengan tersenyum miring, dia tahu dengan jelas itu pasti Alejandra.
Saat semua orang sibuk dengan rekaman pembullyan, Marcus melihat rekaman yang paling berbeda dari yang lainnya, senyum tipis terukir di bibirnya, sesuatu yang sudah dicarinya sejak lama sekali, dia dengan cepat memasukkannya ke CD dengan diam-diam.
-
"Ta-Da!" Arion yang tadinya menutup mata Alejandra membukanya.
Alejandra tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat beratus-ratus hektar tanaman tulip membentang luas di hadapannya.
Ladang tulip paling indah di seluruh Jerman, bahkan dunia.
Alejandra menoleh kepada Arion, "gue seneng banget!" Alejandra berlari mendekati ladang tulip itu tampa menggunakan alas kaki, karena dia sangat suka mengijak rumput yang halus.
Arion tersenyum menatapnya, dan menyusul Alejandra bermain disana.
"Gimana, suka?" tanya Arion saat mereka sedang makan di rerumputan pinggir bunga-bunga yang bermekaran.
Alejandra mengangguk, "makasih, udah lama gue gak ngerasain piknik begini."
Arion menyelipkan rambut Alejandra ke belakang telinganya, "selama ini selalu lo yang ngasih sesuatu buat gue, kali ini gue akan memalasnya."
Ucapan Arion benar-benar membuat jantung Alejandra seperti berhenti berdetak, matanya berkaca-kaca, sudah lama sekali dia memimpikan hari ini akan terjadi, pergi piknik seperti dulu saat papanya masih hidup, dia tidak menyangka Arion yang membawanya.
"Hey, kenapa sedih?" tanya Arion.
Alejandra menggeleng, "gue kangen papa, dulu dia selalu ngajak piknik, setiap ada waktu luang," Arion menarik kepala Alejandra untuk bersandar di bahunya, "makasih udah meningatkan gue tentang papa."
Arion mengangguk, "mulai sekarang, lo sama gue terus ya?"
"Iya," angguk Alejandra dengan kepala yang masih di bahu Arion.
"Gue gak mau salah orang lagi."
Alejandra sangat sangat bahagia, hari yang sempurna sekali bersama cinta pertama dan kencan pertamanya.
-
Gio melihat Alejandra memasuki ruang kelasnya, dia berlari menyusul Alejandra sebelum pintu tertutup, lengan Alejandra sudah dipegangnya.
Alejandra menoleh kaget, "lo apaan sih ngangetin taugak!" dia memukul tangan Gio.
Gio memberinya kertas, "nih, tanda tangan di tempat yang bener."
"Apa nih?" tanya Alejandra saat menerima kertas kecil itu.
"Kertas pengumpulan suara," Gio menatapnya dengan padangan menyelidik, "kemana lo kemarin?"
"Cuma piknik doang," jawabnya.
Gio menggeleng, "harusnya lo latihan kemarin, tante Gemma bilang lo pulang malem lagi!"
Alejandra memutar matanya, "gue juga perlu istirahat, Giovani Aguino!"
"Istirahat juga inget waktu dong, jangan lupa waktu gitu!"
Alejandra menghembuskan nafasnya, dia menautkan tangan kanannya ke tangan kiri Gio, "udah pagi-pagi gak usah emosi, gue gak mau berantem sama lo, mending kita berdoa."
Melihat yang dilakukan Alejandra, Gio menarik nafasnya dan menenggelamkan rasa emosinya, dia mengangguk dan mereka mulai berdoa.
"Udah?" tanya Alejandra.
Gio mengangguk.
"Apa doa lo?"
"Gue berdoa biar masalah sekolah cepet beres," jawab Gio dengan memandang Alejandra seperti biasa.
Alejandra mengangguk.
"Lo?" tanya Gio yang penasaran.
Alejandra memegang tangan Gio, "gue berdoa biar lo sebagai ketua osis kuat ngadepin semuanya," ucapnya sambil tersenyum.
Gio terpaku atas perlakuan Alejandra.
"Udah, gue mau belajar!" Alejandra melepaskan tangannya dan menyuruh Gio menyingkir dari pintu.
"Iya-iya," Gio mengacak rambutnya dan pergi dari sana, namun dia teringat sesuatu dan berjalan mundur lagi.
Alejandra menoleh, "apa lagi?"
"Lusa, gue tanding basket, dateng ya!" pintanya.
"Siap pak!" jawab Alejandra seraya melambaikan tangan kepadanya.
-
"Serius Russel ngajak lo ke acara ulang tahun mamanya?" mata Alejandra membulat saat mendengar cerita tentang kedekatan Magui dan Russel.
Magui mengangguk, "iya, tapi..." Magui terlihat manyun, "gue takut dan gak pede."
Alejandra mengerti maksud Magui, wajar saja Magui takut, karena yang akan dihadapinya adalah crazy rich europeans!
"Udah gak usah cemas," Alejandra menepuk pundaknya, "nanti, setelah pertandingan Gio, kita cari baju bagus buat lo!"
Magui mengernyit dan menggeleng, "gak! gue gak ada uang dan gue gak mau lo beliin gue!" jawabnya dengan tegas.
"Gapapa, Mags kan—"
"Gak gak dan gak," tekan Magui sekali lagi.
Alejandra kalah, dia menghembuskan nafasnya, "yaudah gapapa deh, lo ke rumah gue aja, gue pinjemin baju."
Magui tersenyum, "nah! kalo itu gue setuju," dia memeluk Alejandra, "gue gak mau ngabisin lebih banyak uang dari lo."
"Gue gak pernah keberatan kali," Alejandra membalas pelukannya.
"Iya, tapi gue yang keberatan," Magui tertawa, dan disusul dengan tawa Alejandra juga.
-
Gio melangkahkan kakinya masuk ke dalam lapangan indoor sekolahnya, dia melihat sekeliling mencari Alejandra.
Julia menepuk pundaknya, "nyari siapa?"
"Alejandra," dia menarik tangan Julia untuk menepi dari pengelihatan orang-orang, Gio mengambil CD yang di titipnya dalam tas Julia, "kalo lo udah liat Alejandra, langsung kasihin ini ke dia, bilang ke dia jangan di taruh dimanapun, jangan dilihat orang, dan jangan banyak tanya."
Julia mengambil CD tersebut, "emangnya ini CD apa?"
Gio menarik Julia dan membisikkan sesuatu, "itu CD kasus Blake dan Donny, gue percaya sama lo untuk gak nyebarinnya."
"Oh," Julia mengerti, "tenang aja," dia menepuk dada bidang Giovani.
Giovani tersenyum menatap wajah Julia, Julia cantik namun Julia tidak mempunyai aura seperti Alejandra, jika menatap wajah Alejandra, pasti yang menatap ikut merasakan bahagia.
"Julia, gue udah pernah bilang belum kalo lo cantik?"
Julia menggeleng dengan wajah yang tersipu.
Gio terkekeh pelan, "dan sekarang lo udah denger."
"Makasih Gio," Julia tersenyum, "sekarang gue mau nyari Alejandra dulu, mau ngasihin benda keramat lo."
Gio mengangguk dah tertawa. Gio beralih melihat sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar ucapan mereka barusan.
TBC