Chereads / Chasing The Cloud / Chapter 7 - Permintaan Maaf

Chapter 7 - Permintaan Maaf

Tangan kekar dan besar Gio menarik Alejandra dari kerumuman pesta, semua yang melihat terkejut, termasuk Julia.

"Gio lo kenapa sih?!" Alejandra menghempaskan tangannya yang dipegang Gio, sudah cukup malam ini membuatnya kesal setelah mendengar pembicaraan mamanya dan orang tua Gio.

Gio menatap Julia yang mengikutinya, setelah itu dia kembali menatap Alejandra, "mana CD yang Julia kasih?" tanyanya dengan pelan namun jelas.

"Ada kok di rumah," jawab Alejandra dengan mengelus tangannya yang merah karena dicengkram Gio.

Julia yang melihatnya merasa kasihan, "CDnya aman kok Gio, kamu gak perlu cemas," timpal Julia.

"Iya! lagian lo apaan sih lebay bang—" ucapan Alejandra terpotong saat melihat lebam yang ada di jidat Gio, "jidat lo kenapa?!" tanyanya dengan histeris.

Tangan Alejandra bergerak untuk menyentuh jidatnya, namun Gio menepisnya, "udah, gapapa," dia menatap Julia dan menggandeng tangannya, "balik yuk?" ajaknya kepada Julia.

Alejandra terdiam karena perlakuan Gio barusan, belum pernah Gio menjadi sedingin ini.

"Loh kan selesainya masih lama?" Julia keberatan.

Gio menggeleng, "temenin makan McD," jawab Gio dengan menarik tangan Julia dan pergi meninggalkan Alejandra.

Alejandra diam menatap punggung Gio dan Julia menjauhinya, dia berbalik menatap ke belakang, melihat Russel dan Magui juga teman-temannya yang lain, entah mengapa dia merasa sendiri.

Alejandra merasakan bahunya dirangkul oleh seseorang, dia menoleh, ternyata Arion yang merangkulnya, dia kaget melihat bibir Arion yang berdarah, namun dia langsung tahu bahwa Arion dan Gio pasti habis berkelahi.

"Berantem dimana kalian?" tembaknya langsung.

Arion terkejut, "tahu darimana Al?"

Alejandra mengangkat kedua bahunya, "dari jidat Gio yang lebam dan bibir lo yang berdarah," dia menatap Arion, "lo pikir luka gak punya bekas?" tawanya diakhir kalimat.

Arion tersenyum canggung, "iya kita dari berantem di ruang privat," Arion jujur, "Gio gak suka lo sama gue, Al."

"Dia emang gak pernah suka gue sama siapa aja," Alejandra mendengus.

"Mau balik gak?" Arion memegang tangannya, "pestanya ngebosenin."

Alejandra mengangguk setuju, "yaudah yuk balik."

"Gak izin mama lo dulu?" Arion mengingatkan.

"Gak," geleng Alejandra, "mama udah pesen ke gue kok malem ini dia terbang ke Munich terus ke Belgia, ngurusin penjualan yang lagi meningkat," jelasnya.

Alejandra adalah anak dari Gemma Laxa dan Bruce Panida, Bruce sendiri adalah keluarga besar dari W. O. Bentley dan Gemma adalah pewaris bisnis Tiffany&Co. di seluruh Jerman.

Sejak Bruce meninggal, semua diambil alih oleh Gemma, dia menjadi super sibuk bahkan hampir tidak ada waktu untuk mengurus dirinya sendiri selama setahun belakangan ini.

"Mau ke McD gak?" tawar Arion.

"GAK!" jawab Alejandra setengah berteriak, saat sadar, dia menutup mulutnya.

Arion mengernyit, "kenapa?"

"Gak, mendingan langsung balik deh gue ngantuk."

-

"Saham VW Group sedang meningkat pesat belakangan ini, selamat Fran," Gemma menjabat tangan Francisco.

Francisco tersenyum, "mau setinggi apapun saham, berlian tetap berharga Gem," candanya seraya tertawa.

"Oh sudah jelas," timpal Padme, "panggilan mu aja Gem, sama kaya kerjaan mu."

Gemma tertawa singkat, "yah buat apa uang banyak tapi gak ada waktu ngurus anak, bahkan saya aja udah gak teratur makan belakangan ini," Gemma berterus terang, "perna terpikir untuk ngelepas Bentley, tapi belum nemuin orang yang bener-bener bertanggung jawab,"

"Gimana Alejandra? kamu jadi masukin dia ambil sekolah bisnis di Harvard?" tanya Francisco.

Gemma menggeleng, "saya takut ngomongin itu sama Alejandra, takut dia gak mau dan jadi benci sama saya, dia sekarang agak sensitif sejak Bruce meninggal, apalagi dia semangat banget nerusin jadi atlet lari."

Padme memegang tangan Gemma, "tanya dulu aja Gem, dia pasti kasihan lihat mamanya sibuk begini, kan enak kalo kerjaan dapat dibagi dua lagi."

Gemma tersenyum dan mengangguk, "nanti saya coba deh, makasih atas sarannya."

"Santai aja, kaya waktu SMA dulu, kita kan teman sejati," ucap Francisco dengan tawa beratnya diakhir kalimat.

Gemma dan yang lain tidak tahu kalau dari tadi Alejandra mendengar semuanya.

-

"Tambah lagi?" tanya Arion yang kaget melihat Alejandra dengan cepat meminum champagnenya.

Alejandra mengangguk, dia sangat merasa stress karena beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini, tentang Gio, mamanya Gemma, dan yang paling membuatnya stress adalah papanya Bruce, dia merindukan Bruce.

"Al?" Arion menggoyangkan tubuh Alejandra yang diam.

Alejandra menoleh, "gue capek, Gio."

Nama Gio yang keluar dari mulutnya membuat jantung Arion berdebar, mata Alejandra sayu dan tingkahnya aneh, Arion tahu dengan jelas dia sudah mabuk,

Sesuatu terlintas dalam benaknya, "dimana CD itu?" tanya Arion dengan masih memegang kedua bahu Alejandra.

Alejandra menatap Arion, mata hazelnya mengunci mata Arion yang terdiam. Andaikan Alejandra tidak mabuk, dia pasti merasa senang melihat pupil mata Arion yang melebar.

"Di laci kamar gue," jawabnya pelan, Alejandra melepaskan tangan Arion dari bahunya dan bersandar di lengan sofa besarnya, setetes air mata turun, dan Arion melihat itu dengan jelas.

Namun Arion berlari menuju kamar Alejandra dan mencari CD itu sampai ketemu, Arion tersenyum miring saat melihatnya, dia melangkah keluar, namun ketika teringat sesuatu, dia kembali ke dalam membawa selimut untuk Alejandra yang sedang mabuk di sofa.

"Al?" panggil Arion dengan menyelimuti badannya, dia mengusap air mata Alejandra yang tumpah, "maafin gue, Al."

Lalu, dengan hati yang gundah, Arion melangkah meninggalkan Alejandra yang tertidur di sofa mansionnya yang besar nan sepi.

-

Sinar matahari membuat mata Alejandra terbuka dengan perlahan, namun matanya sangat berat, ketukan di pintunya membuatnya mengerjap.

"Ya?" tanyanya dari dalam dengan suara yang serak.

"Sarapan, nona," jawab ARTnya.

Alejandra berusaha turun dari kasurnya, "taruh di lantai aja," Alejandra naik ke tangga yang ada di dalam kamarnya untuk mengambil buku-bukunya dan bersiap ke sekolah, namun saat dia melihat tanggal yang ada di dinding sebelahnya, dia lupa bahwa hari ini dia harus izin karena akan latihan lari bersama pelatih aslinya.

"Ya ampun! siang ini Olivander udah ada di Wolfsburg," Alejandra melihat jam yang ada di kamarnya, pukul 8:00 a.m lima belas menit lagi sekolah akan dimulai, untung saja hari ini dia tidak akan bersekolah sedangkan, jam 11:00 nanti dia akan menemui Oliver—pelatihnya yang baru saja pulang dari Frankfurt.

Alejandra berjalan turun mencari ponselnya, namun tidak ada di kamarnya, dia keluar dan dia melihat ponselnya ada di sofa, Alejandra mengernyit dia teringat, bukannya semalam dia tertidur di sofa karena terlalu mabuk?

Tangan Alejandra mengambil ponselnya dan melihat noda bekas champagne yang ada di sofanya.

"Bi!" panggil Alejandra kepada salah satu ARTnya.

ARTnya langsung datang.

"Tolong bersihin sofa ini ya," suruhnya.

"Baik nona," dengan segera ARTnya mengambil alat untuk membersihkan sofanya.

Namun Alejandra teringat sesuatu, "semalem ada yang mindahin saya ke kamar ya?"

ARTnya menoleh dan mengangguk, "iya non, tuan Giovani datang malam sekali, katanya mau bicara sama nona tapi nona udah tidur, jadi dia pindahkan aja ke kamar," jelas ART itu.

"Habis itu?" Alejandra masih penasaran.

"Tuan Gio pulang, dan dia bilang ke saya untuk buatin soup mackerel untuk sarapan nona karena nona minum banyak champagne."

Mendengar jawaban ARTnya, Alejandra terdiam, tidak dia sangka Giovani akan seperti ini, sedetik kemudian, Alejandra tersenyum, "makasih Bi," ucapnya dan kembali masuk ke dalam kamarnya dengan membawa sarapannya.

Alejandra duduk di kamarnya dan membuka ponselnya, dia menemukan chat Gio di notifikasi paling bawah.

Giovani Aguino : maaf kalo perlakuan gue kasar.

Lagi-lagi Alejandra tersenyum hangat, dia memaklumi dan sama sekali tidak berharap akan mendengar nama Arion, karena memang Giovani yang sudah seperti kerabatnya sendiri, tapi Alejandra harap, Arion juga akan seperti itu.

Arion tidak lagi menjadi awan.

Sepertinya.

TBC