Malam ini Gio melamun menatap pemandangan kota Wolfsburg yang mewah dan ramai, dia sama sekali lupa kalau di depannya ada Julia sedang menatapnya bingung, namun Julia tidak melepas senyumannya.
"Mikirin apa sih?" tanya Julia dengan suara yang lembut.
Gio tersadar dari lamunannya, "sorry, gue mikirin kasus Donny sama Blake," Gio memang tidak berbohong, dia juga memikirkan itu, tapi yang ada dalam pikirannya adalah Alejandra yang masih belum ada kabar sejak diantar pulang Arion, apa lagi, dia tidak bisa melacak ponsel Ale mungkin karena ponselnya mati.
Julia mengangguk, "kasus itu bener-bener buat sekolah kita terpecah belah ya."
"Iya, gue pusing mau gimana," Gio berterus terang, namun kemudian dia tersenyum, "sorry ya, harusnya kita seneng-seneng malem ini."
Julia tertawa pelan, "gue lebih baik disini daripada kesepian di rumah, lo udah melarikan gue dari penjara tahu gak."
Gio ikut terkekeh, dipandangnya wajah julia yang cantik dan anggun, Gio benar-benar melewatkan malam yang harusnya dia habiskan bersama Julia.
-
Alejandra sedang menonton film kesukaannya di home theater di rumahnya, namun tiba-tiba ARTnya menghampirinya.
"Nona, ada Giovani ingin bertemu."
"Gio?" Alejandra mendesah berat, "haduh males bangeeet," namun dia tetap saja beranjak dari sofa dan pergi dari sana.
Dia melihat Gio sedang duduk di kolam luar rumahnya, menatap pemandangan Wolfsburg.
"Woi, ngapain lo kesini?" tanya Alejandra langsung seraya ikut duduk di kursi.
Gio menoleh, "dari mana lo?"
Alejandra mengernyit, menatap Gio dari atas sampai bawah, Gio lengkap dengan setelan jas formalnya, "lo yang dari mana! lo gak lihat gue pake piyama gini?"
"Gue dari ngedate sama Julia," jawabnya santai, "lo kemana aja pulang sekolah tadi?"
Alejandra melipat tangannya di depan dada, "langsung balik lah, gue sadar kali Arion punya pacar."
Gio menghembuskan nafas lega, "yaudah gue balik dulu."
"Lah? cuma nanya itu doang?" Alejandra tak habis pikir, "lo memang kaya orang tua ya!"
Gio mendekat ke arah Alejandra yang sudah berdiri, menatap wajah gadis itu dengan seksama, "Alejandra, gue udah berjanji sama Papa lo untuk jagain lo apapun yang terjadi, gue gak akan biarin lo tergores, bahkan sedikit aja."
Mendengar ucapan Gio, Alejandra terdiam, namun Gio cepat-cepat memeluknya, "tenang aja gue gak marah, gue gak akan ganggu kebahagiaan sahabat gue kok."
Alejandra membalas pelukan Gio, "makasih Gio."
-
Hari sabtu ini, Alejandra memutuskan makan di cafeteria saja daripada di kantin, seperti biasa, dia bersama Magui, dia masih takut dengan keamanan Magui.
Disini juga ada Montana Cartel, mereka memang lebih suka makan disini daripada di kantin, suasana cafeteria memang lebih damai, walau mereka harus bayar mahal, tentu mereka tidak keberatan, namun berbeda dengan Magui, dia tidak enak dibayari Alejandra terus.
"Besok-besok makan di kantin ajalah, lihat tagihannya," tunjuk Magui, "gue gak mau lo bayarin terus."
Alejandra tersenyum, "gapapa kali, yang penting lo aman."
Tiba-tiba saja pintu cafeteria terbuka lebar, dan munculah Luna diikuti teman-temannya dan juga Gypsy Joker. Tampa basa basi, dia menggebrak meja Alejandra, "heh bitch!"
Alejandra berdiri karena takut bajunya kotor terkena tumpahan minuman dan makanannya, dia menatap Luna kesal.
"Lo kenapa sih?" tanyanya.
"Kenapa? lo gak nyadar kemarin dianterin Arion?" Luna menunjuk Alejandra, "emang gak tahu diri ya lo!"
Saat tangan Luna terangkat lagi, Gio berlari untuk menghentikannya, namun Arion yang baru datang yang berhasil menyangkal tangan Luna untuk menampar Alejandra.
Kali ini Arion meghempaskan tangan Luna, "gue yang ngajak dia pulang bareng, Lun!"
"Apa?" Luna tidak percaya.
Arion mengangguk, "gue gak tahan sama sikap aneh lo, mulai sekarang kita putus," Arion berkata dengan pelan namun Luna mendengarnya dengan jelas.
Seisi cafeteria terkejut, apalagi Gio yang tidak habis pikir.
Arion menatap Alejandra dengan pandangan cemas, "lo gapapa?"
Alejandra menggeleng, namun kemudian Arion menggandeng tangannya dengan cepat, "ayo kita pergi dari sini."
Gio tentu saja ingin mengejarnya, namun dia ditahan oleh Russel, "jangan," geleng Russel.
-
Gio berdiri tegang di tempatnya, persidangan sekolah sore ini sangat menegangkan dari kemarin.
"Tuan Donato Jakson," panggil guru yang menjadi jaksa kepada Donny, "bisa sebut satu nama yang pernah melihat anda dirundung oleh Tuan Blake Watson?"
Donny mengangguk, "Santana Hildegard."
Tentu saja, Santana maju, dia adalah salah satu anak dari bantuan sosial juga.
"Apakah anda pernah melihat Tuan Donato dirundung oleh Tuan Blake?" tanya Jaksa lagi.
Santana mengangguk, "iya."
"Keberatan yang mulia," Blake membuka suaranya, "mereka sama-sama dari bantuan sosial, saya curiga mereka bekerja sama."
Gio menggepalkan tangannya, dia tahu dengan pasti Donny pernah dirundung oleh Blake, namun sangking banyaknya korban yang dirundung oleh Gypsy Joker, dia tidak bisa memerhatikan mereka satu-satu, ingin buka suara namun dia adalah orang netral.
"Apakah ada orang yang bukan berasal dari program bantuan sosial yang bisa menjadi saksi, Tuan Donato?"
Donny terdiam, "saya rasa ada, tapi saya tidak tahu namanya yang mulia."
Jaksa mengangguk, "baiklah, karena kasus ini tidak bertemu titik terang, saya putuskan untuk pengambilan suara terbanyak."
Saat jaksa akan membunyikan palu, Gio membuka suara, "keberatan yang mulia, kita bisa melihat cctv setiap ruangan di sekolah ini sebagai bukti."
"Dan sebagai ketua osis yang tidak bersangkutan dengan kasus ini, kamu tidak bisa keberatan, namun atas saran yang diberikan saya setuju, jika kamu menemukan rekaman cctv sebelum batas akhir voting, kasus ini akan dianggap selesai dengan cara damai."
Tok! Tok! Tok!
Semua orang di dalam ruangan langsung riuh, Gio menendang podium jaksa saat para dewan sudah pergi, dia sangat kesal.
Inilah yang dia takutkan, pemilihan suara pasti sangat ketat. Dia benar-benar tidak mau kalau Donny harus di drop out.
"Selamat berjuang dengan keras, pahlawan," ucap Blake seraya berjalan dengan menabrakkan bahunya kepada Gio.
Gio ingin sekali menghajarnya, namun dia tidak bisa menghajar Blake di sekolah, bisa-bisa dia langsung dilengserkan dari jabatan ketua osis.
-
"Udah, ini hari sabtu gak usah stress," Alejandra yang habis latihan di track field berkata dengan santai sambil memakan sate buahnya.
Gio, dengan wajah juteknya tidak menanggapi Alejandra.
Bagaimana Gio tidak kesal, tadi pagi Alejandra dibawa lari oleh Arion, dan sore ini hasil sidang diminta pemungutan suara. Dunia sudah benar-benar membuat Gio gila.
"Nih," Alejandra memberinya saus sate buahnya.
Gio tersenyum tipis.
"Sausnya doang?" tanya Gio.
"Ya pegang dulu!" Alejandra memberikan sate di tangan kirinya, "nih sate-nya."
Gio menerimanya dengan tersenyum.
"Udah soal sidang gak usah dipikirin gue pasti dipihak lo kok dan gue ajak anak-anak untuk tanda tangan dipihak lo juga," Alejandra menenangkan Gio.
Gio terkekeh, "lo pasti baik gini karena Arion."
"Tau banget sih," Alejandra mengaku, "doain ya!"
"Iya," angguk Gio sembari tersenyum tipis, "doain gue juga lancar sama Julia."
"Pasti, gue selalu berdoa yang terbaik buat lo."
-
"Kita berhasil, sidang dipituskan dengan hasil vote," Blake membawa kabar untuk Gypsy Joker.
Arion tersenyum puas, "pembasmian Slummy-Blood dimulai."
"Tapi gimana kalo Gio nemuin rekaman cctv?" tanya Fernandez.
"Dia gak akan dapet, kalaupun dapet, rekaman itu gak bakal sampe di tangan dewan," jawab Arion lagi.
Tristan yang sedang makan menoleh kepada Arion, "lo beneran putus sama Luna?"
"Yep," angguk Arion.
Joao tertawa keras, "gue tahu banget arti dari tiga huruf itu."
Yang lain pun ikut tertawa, namun hati Arion sedikit gelisah. Arion mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Alejandra.
Arion Davila : nanti malem gue anterin makanan ke mansion lo ya?
TBC