Chereads / Chasing The Cloud / Chapter 4 - Rasa Tidak Suka

Chapter 4 - Rasa Tidak Suka

Gio memutar matanya malas, saat Alejandra tampa hentinya bercerita tentang Arion. Sebagai sahabatnya tentu Gio ingin Alejandra bahagia, namun jika itu bersama musuhnya, jujur saja Gio tidak ikhlas.

"Gue beliin ini nih buat adeknya," Alejandra menunjukkan sepatu yang baru dia beli untuk adik Arion.

"Iya bagus, bagus," jawab Gio tampa melepas pandangan dari ponselnya.

Alejandra memukul gio dengan kotak sepatu itu, "heh! ngeselin banget!"

"Bukan gitu, gue udah tahu pasti pilihan lo bagus, Ale," Gio menoleh ke arahnya seraya mengibaskan rambut Alejandra.

"Non, minumnya mau tambah?" tanya ARTnya.

Alejandra menoleh pada Gio, "mau tambah gak?"

Gio menggeleng, "gak usah, gue mau cabut, ngurusin kasus tadi siang, soalnya kasus Blake sama Donny jadi ribet, karena pujaan hati lo ikut campur."

"Emang, mereka kenapa?"

"Blake minta sama guru-guru dewan kalo Donny dikeluarkan dari sekolah," jawab Gio.

Alejandra menutup mulutnya, "Donny lagian kenapa sih nyuri ATM Blake segala, kaya gak tahu Blake aja."

"Donny nyuri ATMnya karna gak tahan dibully Blake terus," jelas Gio lagi, Gio melihat sekeliling mansion Alejandra, "mama lo mana? belum pulang ya?"

"Belum," geleng Alejandra, "biasanya hari senin, sejak Papa meninggal, Mama kerumah nenek beliin stock makanan terus ngecek-ngecek rumah nenek gitu."

Walau hidup Alejandra terlihat sempurna, dia kehilangan sosok terpenting dalam hidupnya, itu adalah Papanya, yang meninggal karena penyakit paru-paru yang diidapnya sejak kecil, Papanya meninggal sehari sebelum kemenangan Alejandra tahun kemarin, suara Papanya selalu di dengarnya saat dia naik ke podium.

Gio berdiri, beranjak dari sofa, "gue pergi gapapa kan?"

"Gapapa," jawab Alejandra yang juga ikut berdiri

"Hati-hati di rumah," Gio mengelus puncak kepalanya.

"Iya udah sana," usirnya pada Gio.

Gio terkekeh, "nanti kalo gue udah punya pacar, ga bisa lagi malem-malem gini kerumah lo," ucapnya seraya melambaikan tangan.

"Birin, gak ada yang gangguin gue!" teriak Alejandra saat tubuh Gio sudah masuk ke dalam lift.

-

Alejandra mengeryit, dia memegang tangan Magui dengan keras karena takut Magui ditarik oleh anak yang paham Slummy-Blood. Alejandra benar-benar kaget, pagi ini sekolahnya di ramaikan dengan banner yang bertuliskan,

"DROP-OUT ALL SLUMMY-BLOOD!!!"

Tentu saja, Magui juga sangat takut setengah mati melihatnya, tatapan tajam diterima Magui saat dia berjalan melewati koridor bersam Alejandra.

Namun, dari sebanyaknya banner bertuliskan itu, tidak sedikit juga orang membawa banner membela mereka, para anak dari bantuan sosial.

"JUSTICE FOR DONNY, NO MORE BULLYING!"

Rasanya Alejandra lega, karena masih ada orang yang membela anak-anak dari bantuan sosial, "Mags, jangan keluar atau keliling sekolah sendirian ya, kalo mau kemana-mana, kabarin gue."

"Iya," angguk Magui.

Mereka semua paham, saat ini sedang tidak aman untuk anak-anak seperti Magui berkeliaran di sekolah sendirian.

"Hei champion!" panggil Arion yang tiba-tiba muncul di depan mereka.

Magui singitan di balik badan Alejandra, ketakutan karena Arion.

Arion tersenyum tipis, "santai dong, gue gak akan apa-apain lo."

Tentu Magui tak percaya.

"Kenapa, Arion?" tanya Alejandra, lalu dia teringat sesuatu, lalu dia memberikan sebuah paper bag besar kepada Arion, "eh ini, sepatu buat Claudia."

Arion mengintip ke dalam paper bag tersebut, "ini apa?" tanyanya pada kotak makan yang di dalamnya ada cake Bienenstich.

"Oh, itu cake Bienenstich gue buat sendiri tad—"

"Buat gue ya?" pinta Arion.

Sungguh Alejandra tidak menyangka Arion akan bilang seperti itu, kue itu memang dia buat untuk Arion, tapi Alejandra pikir, Arion tidak akan mau jadi dia membawa sepotong untuk dirinya sendiri.

Alejandra tersenyum, "iya boleh, ambil aja memang buat lo kok."

"Thanks buat semuanya," kata Arion sambil merapikan rambut Alejandra, "lo lebih cantik hari ini," pujinya membuat wajah Alejandra memerah.

"Gue balik kelas ya, dah," Arion melambaikan tangan kepadanya.

Magui yang melihat itu dari tadi ikut tersenyum, "gue doain deh sekarang semuanya lancar."

Alejandra terkikik dan merangkul Magui, "gue gak nyangka tahu gak! bener-bener dari kemarin dia jadi manis banget."

"Mungkin dia udah sadar, sebenernya siapa yang seharusnya dia pilih," ucap Magui seraya melangkahkan kaki ke dalam kelas mereka.

-

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kiri Magui, nampan makan siangnya terjatuh dan membasahi sepatu juga kaus kakinya. Air matanya tumpah begitu saja, harusnya dia mengikuti kata Alejandra untuk tidak kemana-mana sendirian, tapi karena dia sudah lapar dan Alejandra sangat lama keluar, dia memutuskan ke kantin sendirian.

Alhasil, dia tidak sengaja menabrak Luna—pacar Arion—Drama Queen sekolahnya.

"Punya mata gak?!" bentak Luna.

"Gue gak sengaja, Lun," jawab Magui dengan memegang pipinya.

Luna mendorong tubuh Magui, "memang harus ya Slummy-Blood kaya lo setiap hari selalu buat masalah di sekolah?"

"Magui!"

Alejandra berlari ke arahnya bersama Arion, karena saat istirahat dia tidak sengaja bertemu Arion dan mengobro sedikit, saat dia melihat anak-anak berlarian ke kantin.

Alejandra memeluk tubuh Magui, dia memandang kesal kepada Luna, "lo kenapa sih lebay banget?"

Luna melotot, "lo gak lihat? nih seragam gue kotor karena temen Slummy-Blood lo gak punya mata!"

"Dia kan gak sengaja!" bela Alejandra.

"Gue gak peduli, dia udah ngotorin seragam gue!" jawab Luna lagi.

Alejandra melepaskan pelukannya pada Magui, mengamankan Magui di balik badannya, "udah? gitu aja? mau gue ganti berapa seragam lo?"

Perkataan Alejandra barusan membuat Luna lebih kesal lagi, dia mengangkat tangannya untuk menampar Alejandra.

"Stop!"

Tiba-tiba tangan Arion menahannya, agar dia tidak menampar Alejandra.

"Arion, kamu apaan sih?" Luna tidak menyangka Arion menangkal tangannya.

Alejandra terpaku menatapnya, sedangkan Magui melihat sekeliling, mencari Montana Cartel, namun mereka tidak ada.

"Gue udah bilang kan, lo harus kontrol emosi lo," ucap Arion dengan pelan, dia menurunkan tangan Luna.

Tiba-tiba saja, Joao menepuk pundak Alejandra, "buruan pergi, biar kita yang beresin ini, nanti kalo Gio tahu, bisa panjang kasusnya."

Alejandra mengangguk, tapi kenapa Joao dan gangnya sebaik ini? atau ini gara-gara kasus Blake? namun Alejandra tidak ambil pusing, dia membawa Magui ke tribun lapangan luar untuk membersihkan sepatu dan kaus kakinya.

"Maaf ya, harusnya gue gak pake ngobrol dulu sama Arion," ucap Alejandra saat membersihkan sepatu Magui.

Magui menarik tangan Alejandra, "udah, gue aja Ale, lo gak seharusnya bersihin sepatu gue," dia mengambil sapu tangan itu dari Alejandra, "gue juga bodoh gak sabaran nunggu lo."

"Hei!" panggil Russel, dia membawa papper bag Starbucks dan memberikannya kepada Magui dan Alejandra, "pada belum makan kan?"

Mereka tersenyum dan menggeleng, "makasih ya, Russel, btw Gio sama yang lain mana?"

"Lagi ngurusin sidang Blake sama Donny, banner-banner itu buat gue gila," ucap Russel, dia terlihat tertekan, "lo gapapa?" tanyanya pada Magui.

"Gapapa," jawabnya dengan senyuman.

Russel merangkul pundak Magui dan mengelusnya, "sabar ya, bentar lagi lo bakal lulus, tetap di deket Ale, biar lo aman."

Alejandra mengangguk setuju.

"Iya, Russel. Tapi gimana sama anak-anak bantuan sosial yang lain? yang gak seberuntung gue dan Piolo? mereka lebih butuh perlindungan," tanya Magui yang tidak bisa dijawab oleh mereka berdua.

-

Gio sedang duduk bersama Alejandra saat sekolah sudah selesai di depan lobby gedung sekolah. Magui sudah diantar Russel, jadi hanya Alejandra sendiri pulang.

"Gue takutnya, kasus Donny sama Blake ditimbang dengan hasil voting, kalo Blake menang, Donny pasti didrop-out," Gio menjelaskan.

Alejandra memegang kepalanya, "haduh kenapa serumit ini sih!"

Gio mengangkat kedua bahunya, "berdoa aja, gue pasti usahain biar gak jatuh pemilihan vote."

"Semangat pak osis!"

Gio tersenyum dan mengusap puncak kepala Alejandra, "kalo gue pacaran sama Julia, lo setuju gak?"

"Julia? Julia Garcia Popken?" tanya Alejandra, "setuju aja sih, dia baik cantik."

Namun raut wajah Gio tidak terlihat senang, dia terlihat berfikir panjang.

"Lho kenapa?" Alejandra bingung, "jangan lo phpin ya tapi!"

Gio terkekeh, "enggak kok, pulang yuk?" ajaknya pada Alejandra.

Alejandra menggeleng, "gue ada yang jemput."

"Siapa? supir lo?" tanya Gio lagi.

"A—-" ucapannya terpotong, karena orang itu memanggilnya duluan.

"Alejandra!" panggil Arion, "yuk?"

"Iya sebentar!" jawabnya dengan ramah.

Gio memandang Arion dengan tidak suka, "oh, itu? Luna gimana?"

Alejandra senyum, "dia bilang, Luna balik sendiri karena gak mau dianter."

Gio menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "yaudah deh hati-hati."

Alejandra mengernyit, "lo marah?"

"Gak! buat apa gue marah?" bela Gio dengan nada kesalnya, "udah sana pergi," usirnya.

"Ih ngusir! yaudah ah ngeselin," Alejandra berjalan membelakanginya, menuju Arion, "sorry ya lama, izin dulu sama orang tua."

Arion terkekeh, "emang wajar, dia kan captain america."

Mereka terkekeh berdua seraya berjalan menuju motor Arion.

Sedangkan Gio masih memerhatikan mereka, Gio membuka ponselnya dan memasang fitur track pada nomor telfon Alejandra, walau dia mengusir Alejandra, tetap saja dia mencemaskannya.

-

"Masih ngelacak anak orang?" tanya Dominic yang sedang mengutak atik mesin mobilnya.

Mereka sedang ada di basecamp Montana Cartel, tempat mereka berkumpul setiap hari.

Marcus tertawa, "iya pasti dong, Alejandra kan tahanan Gio."

Gio memincingkan matanya menatap Marcus, "apaan sih, gue aja lagi chatan sama Julia."

"Lo gak cocok sama Julia," sambung Piolo.

Russel yang sedang minum juga ikutan menjawab, "iya lo gak cocok sama Julia."

"Jadi gue cocoknya sama siapa?!" tanya Gio dengan nada kesal.

"Sama mobil doang," jawab Dominic yang disambut tawa teman-temannya.

Gio melemparkan jaketnya pada mereka, "ngeselin semua! udah gue mau cabut," Gio beranjak dari sana dan masuk ke dalam Ferrari nya.

"Mau kemana lo?" Russel mengikutinya.

"Mau ngapel Julia," jawab Gio.

Dominic tertawa, "yaudah, awas kalo lo ganggu date Ale sama Arion," dia menghadap Gio, "urusan hati sahabat lo jangan dicampuri dengan urusan pribadi."

Tentu perkataan Dominic makin membuatnya uring-uringan, "iya orang tua," jawab Gio dengan mengeluarkan mobilnya dari garasi.

Saat Gio sudah pergi, Marcus berkata, "kita semua aja sadar, Gio cuma peduli sama Ale, tapi kapan Gio sendiri sadar?"

Piolo tersenyum geli, "sampe Nicki Minaj pake jilbab juga gak bakal sadar."

Perkataan Piolo mengundang tawa teman-temannya.

Memang benar, susah untuk menyadarkan seseorang tentang rasa yang sudah lama mereka simpan.

TBC