Chereads / 12.12 | END | / Chapter 51 - Story 51 : Perasaan Yang Sebenarnya.

Chapter 51 - Story 51 : Perasaan Yang Sebenarnya.

"Gue mau minta maaf sama lo. Maaf karena kemarin gue ngebentak lo. Gue cuma mau ... lo aman dan gak kenapa-napa." Andara menarik napasnya. Algar masih terdiam menunggu kelanjutan perempuan itu.

"Tentang itu juga ... anu, Gue ... gue juga suka sama lo ...," lanjutnya lirih. Algar tertegun dengan pengakuan Andara barusan.

"Gue udah gak bisa bohongin diri gue sendiri lagi. Nyatanya gue udah jatuh cinta sama lo, Algar." Algar masih terdiam dengan wajah terkejutnya. Benarkah Andara mengungkapkan semua perasaannya sekarang?

Andara menundukkan wajahnya, perempuan itu takut jika Algar sudah membencinya. Perempuan itu takut jika perasaan Algar sudah berubah.

Berbeda dari ekspetasi Andara, Algar justru mengusap puncak kepalanya. Andara mendongakkan wajahnya kembali, perempuan itu melihat Algar yang tersenyum sangat manis padanya. Andara merasakan pipinya mulai memanas, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Andara memang tidak salah, perempuan itu memang menyukai Algar.

"Gue ngerti, kok. Makasih udah berniat ngelindungin gue. Sekarang biarin gue yang ngelindungin lo, oke?" Andara terdiam kemudian mengangguk kecil. Andara beruntung sekali mengenal Algar.

Andara juga harus berterima kasih kepada Resta, karenanya Andara jadi berani mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Kalau tidak ada Resta mungkin hubungan Andara dan Algar tidak akan membaik. Andara merasa jika ia membutuhkan Resta sebagai pengganti bundanya. Resta adalah orang yang tepat untuk berbagi cerita.

Andara senang sekali memiliki orang-orang terdekat seperti Algar dan Resta. Pasti Andara akan menjaga mereka, karena saat ini Andara hanya mempunyai mereka sebagai seseorang yang berharga baginya.

♡♡♡

Andara mengetuk pintu rumah Resta dengan hati yang berbunga. Hari ini hubungannya dengan Algar kembali seperti semula. Andara tidak akan lagi mengambil jalan yang salah.

Resta membuka pintu rumahnya dan mendapatkan Andara. Andara langsung memeluk Resta dengan erat. Resta menaikkan satu alisnya karena tidak biasanya Andara terlihat sangat bahagia seperti ini.

"Seneng banget kayaknya," ujar Resta. Andara melepas pelukannya kemudian membanting dirinya di sofa. Andara sangat senang sampai-sampai dirinya ingin terjun dari lantai 3 rumah Resta saat ini juga.

Tapi tidak jadi deh, mengingat Andara belum menikah hehe.

"Gimana sama rencananya? Lancar?" Andara menatap Resta dengan antusias.

"Sangat lancar. Lo tahu? Algar ngelus kepala gue! Ya ampun bikin baper aja," ujarnya. Resta terkekeh kecil. Sepertinya Andara memang sudah menemukan pemilik hati yang sesungguhnya. Resta berharap agar Andara terus bahagia.

"Terus dia bilang sekarang giliran dia yang ngelindungin gue! Ya ampunnn," lanjutnya sambil jingkrak-jingkrak. Sekarang Andara merasa sangat lepas dan bebas mengekspresikan perasaannya. Andara merasa sudah tidak ada yang mengganjal di hatinya.

"Seperti yang gue bilang, dia pasti ngerti, kok." Andara mengangguk setuju. Awalnya memang Andara ragu, namun saat ini Andara percaya dengan ucapan Resta.

Tiba-tiba saja Andara teringat satu hal, tentang kejadian kemarin. Andara ingat jika Elvan sempat mengancam Algar, apa laki-laki itu akan baik-baik saja. Andara mengubah rautnya menjadi murung membuat Resta menaikkan satu alisnya.

"Kenapa? Kok tiba-tiba muka lo jadi sedih gitu?" Andara mendesah berat. Tiba-tiba saja moodnya menjadi turun drastis hanya karena satu kejadian.

"Lo denger, kan? Kemarin Elvan sempet ngancem Algar. Kalau terjadi apa-apa sama dia gimana?" Resta mendaratkan bokongnya tepat di samping Andara. Resta kemudian mengelus punggung Andara.

"Kalau terjadi apa-apa sama dia, lo tinggal ngelindungin dia sekali lagi, kan? Lo dan dia itu diciptakan untuk saling melengkapi dan melindungi." Andara tertegun dengan perkataan Resta berusan. Andara tidak menyangka jika Resta merupakan seseorang yang bijak.

Andara tersenyum lebar kemudian memeluk Resta dengan sangat erat.

"Lo tuh emang orang yang paling bijak yang pernah gue temuin selain bunda!" Resta terkekeh kemudian membalas pelukan Andara.

"Gue udah masak makan malem, nih. Makan dulu, kuy!" Andara mengangguk antusias kemudian beralih menuju ruang makan.

Andara memutuskan untuk tinggal bersama Resta beberapa bulan. Kebetulan orang tua Resta sedang ada bisnis di luar negeri. Pada akhirnya Andara kembali menemukan seseorang pengganti bundanya, meskipun tidak sepenuhnya.

♡♡♡

Revan membuang ponselnya ke kasur. Lelaki itu sangat kesal karena lagi-lagi ia kalah dalam bermain game. Algar terlalu kuat. Apalagi lelaki iti terlihat kembali bersemangat seperti biasanya, mungkin hubungannya dengan Andara sudah membaik, itu pikir Revan. Yah, itu lebih baik dari pada ia melihat Algar terus merenung.

"Emang gue tuh jago banget, anjir," pujinya untuk diri sendiri. Algar memang sangat handal saat bermain game, kalian sudah tahu, kan?

"Kayaknya lo seneng banget hari ini sampe-sampe gue dibantai." Algar tertawa terbahak-bahak.

"Gak usah alesan, van. Lo kebantai karena lo cupu." Revan menatap Algar dengan tatapan sinisnya.

"Iya, sih. Tapi, hari ini lo beneran keliatan seneng banget. Hubungan lo sama Andara udah membaik?" Algar terdiam sebentar. Apa Algar terlalu senang sampai-sampai Revan sadar?

"Yah, seperti yang lo liat," jawabnya membuat Revan menaikkan satu alisnya kemudian melempar Algar dengan bantal yang ada di dekatnya.

"Emang apa yang gue liat, bangsat? Cuma lo yang senyum-senyum gak jelas habis ngomong berdua sama Andara. Makanya gue tanya, hubungan lo sama dia udah membaik, belom?" sewotnya. Algar terkekeh kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bentul juga, Algar bum cerita apa-apa pada temannya, yang ada mereka akan heboh dan teriak-teriak tidak jelas. Padahal itu hubungan Algar, tapi yang senang malah mereka.

"Ya ..., gitu, deh. Kita udah baikan sih. Intinya kita udah baikan, titik. Lo gak usah tanya apa-apa lagi, panjang entar urusannya." Revan menatap Algar kesal.

Rio memasuki kamarnya. Kini ketiga lelaki itu sedang berada di rumah Rio. Rio baru saja selesai memasak dan memanggil kedua temannya itu untuk makan malam bersama.

Algar yang baru sampai di ruang makan langsung antusias ketika melihat masakan Rio seenak ini. Algar baru mengetahui jika Rio bisa memasak, sumpah.

"Lo bisa masak, yo?" Rio mengangguk kecil seraya menata makanan yang sebelumnya belum ditata.

"Anjir, baru tahu gue. Kalau gitu mah, tiap hari gue main ke sini, yo." Rio menatap Algar dengan jengkel. Bagi Rio dam Revan, Algar memang sangat mengesalkan dan menguji kesabaran. Namun ketika Algar sedang sedih, keduanya akan selalu ada untuk Algar. Itulah persahabatan yang sesungguhnya.

Algar mendaratkan bokongnya di kursi samping Revan, lelaki itu sudah terlebih dahulu mencicipi masakan Rio. Diam-diam menghanyutkan. Algar menyendok nasi dan beberapa lauk pauk yang sudah tersedia. Semuanya disajikan dengan sangat mewah dan Indah, seperti di rumah makan bintang lima.

"Terus apa yang bakal lo lakuin selanjutnya, gar?" tanya Rio tiba-tiba membuat pergerakan Algar terhenti.

Selanjutnya? Algar menaikkan satu alisnya kemudian membalas tatapan Rio yang sangat serius.

"Udah jelas gue bakal ngelindungin dia, kan?"