"Kamu mau ngapain?" ucapku langsung berdiri setelah dia duduk di sampingku.
Aku melihat dia juga terkejut dan melihatku.
"Haha…" Dia tertawa kecil.
"Aku hanya mau ngobrol sama kamu…" ucapnya lalu menarik tanganku dan akupun terduduk.
Kuputar pikiranku sejenak dan kumainkan bibirku.
"Kenapa?" tanyanya.
Aku hanya melihatnya sebentar dan kembali melihat ke arah lain.
"Tidak papa," ucapku tenang, mencoba untuk tidak terlihat panik.
"Lihat aku…" ucap Bayu sembari memegang tanganku.
Aku tidak punya pilihan lain selain menurut. Aku melihat wajahnya dengan senyuman manisnya itu namun aku tidak dapat berucap apa-apa.
"Kamu selama di Indo apa kabar?" tanyanya.
Aku memutar pikiranku sebentar lalu menjawabnya.
"Aku baik-baik saja," ucapku ringan.
Bayu melihatku lekat dan mengkerutkan keningnya, tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan itu.
"Serius?"
"Iya…" ucapku lantang.
Bayu mengangguk dan memalingkan pandangannya. Terlihat raut kecewa di wajahnya.
Apa aku salah ngomong? Batinku.
"Padahal aku sangat terpuruk saat aku memutuskan untuk berpisah darimu," lanjutnya.
"Hah…" ucapku spontan, membuat dia terkejut. Aku hanya tidak percaya dengan ucapannya itu.
Kalau begitu kenapa dia tidak pernah mengubungiku? Aku bahkan setiap saat selalu menatap hpku menunggu pesan darinya.
Aku memalingkan wajahku, ragu dengan ucapannya.
"Kamu gak percaya?" ucapnya.
"Aku memang gak percaya," ucapku masih tidak melihatnya.
Bayu kemudian memegang wajahku dengan jemarinya membuat aku sepenuhnya menatapnya.
"Kamu hampir membuatku gila Sha…" ucapnya.
Aku mengerutkan keningku, ragu dengan ucapannya itu.
"Aku bahkan gak mau melakukan apa-apa karena frustasiku. Saat aku melihatmu juga dengan Timothee jalan berdua. Saat kamu memeluknya dari belakang dan kalian berdua pergi naik motor. Aku melihat semua itu. Aku pikir kamu sudah melupakanku dan kembali mencintai Timo, yang aku tahu kamu pernah suka sama dia. Aku betul-betul…"
"Stop stop stop…" ucapku menghentikan ucapannya.
"Kamu disana?" tanyaku ragu.
Bayu mengangguk.
Aku menghela napas dan mengingat kembali kejadian waktu itu.
"Aku bahkan tidak pernah sekalipun tidak memikirkanmu saat itu. Aku memang pergi dengan Timi untuk melupakanmu tapi…" Aku terdiam tidak melanjutkan kata-kataku.
Benar memang, aku masih tidak bisa melupakan Bayu.
"Aku sayang kamu Sha, tolong jangan pergi dan menyukai laki-laki lain." Bayu menatapku lekat dan maraih tanganku dan menciumnya lembut.
Aku terkejut dengan apa yang dia lakukan. Dapat kurasakan jantungku berdetak cepat. Mungkin sekarang pipiku sedang merona.
Dia masih duduk di sampingku dan tidak menatapku. Dia melihat ke bawah seakan merasa sangat bersalah dan tidak berani menatapku.
Hatiku tidak kuat melihat dia seperti itu. Aku kemudian berdiri lalu eraih wajahnya yang menatap ke bawah itu dan mencoba untuk melihat wajahnya.
Sekarang dia sepenuhnya menatapku tapi masih dengan ekspresi bersalahnya itu.
"Hei… Aku di sini sekarang. Kenapa kamu masih bersedih?" ucapku lembut. Tanganku masih mengelus lembut wajahnya itu.
"…" Bayu tidak menjawab apa-apa. Dia hanya menutup mata dan tangannya kemudian mengelus tanganku, seakan dia tidak mau aku melepaskan tanganku dari wajahnya.
Aku melihatnya lembut, kuurungkan kata-kataku agar tidak merusak suasana sekarang.
Aku dapat merasakan sentuhan tangannya yang hangat di punggung tanganku. Aku hanya bisa melihatnya saat tiba-tiba dia menarikku mendekat kepadanya.
Dia menarik pinggangku dan kedua tangannya dilingkarkan padaku.
Aku terkejut saat menyadari bahwa tidak ada jarak lagi di antara kami berdua.
Dia memelukku erat dengan wajahnya menghadap ke perutku. Aku betul-betul tidak tahu apa yang sedang dia lakukan.
"Bay…." Aku mencoba untuk memberi ruang di antara kami berdua namun semua itu sia-sia. Dia tetap memelukku erat dan tidak mau aku melangkah sedikit pun.
"Bay...," ucapku sedikit tegas. Seakan dia tersadar akan suaraku yang mulai berbeda, dia melonggarkan pelukannya dan menatapku. Tatapannya itu membuatku tidak rela melepasnya. Aku tidak ingin dia pergi.
Tanpa kusadari, jemariku menjelajahi rambutnya dan tatapanku terpaku padanya.
Spontan aku melihat perubahan ekspresinya saat tanganku menjelajahi rambutnya itu. Dia sedikit terkejut dan diakhiri dengan senyuman manis di wajahnya.
Aku sangat terlarut dengan suasana sekarang, senyumannya yang begitu manis dan tangannya yang melingkar di pinggangku seakan dia tidak mau aku pergi. Aku sangat menyukainya.
Aku terkejut saat dia menarikku semakin dekat ke pelukannya dan salah satu tangannya menarik leherku mendekat ke wajahnya sedangkan yang lain masih melingkar di pinggangku.
Aku semakin terkejut saat hidungnya menyentuh hidungku dan kurasakan napasnya yang hangat.
Aku betul-betul tidak tahu harus bagaimana dan pikiranku rasanya seperti melayang entah kemana.
Aku harus bagaimana? Batinku.
Saat aku berpikir bagaimana cara aku menghadapi semua ini, bibir Bayu menyentuh lembut bibirku.
Pikiranku tiba-tiba berhenti, kurasakan badanku panas seperti hendak meledak, dan perasaan menggebu-gebu.
Aku merasa semuanya telah terbuka, rasa rinduku padanya seakan sudah terbayar. Aku betul-betul telah habis ide untuk hari ini dan tidak mau berpaling dari kondisiku sekarang.
Pikiranku mulai melayang saat bibirnya bermain dengan bibirku.
Aku tidak tahu harus bagaimana karena jujur aku belum pernah seperti ini sebelumnya.
Sesaat aku berpikir, dari mana Bayu mempelajari semua ini? Apa mungkin sebelumnya dia sudah berulangkali melakukan hal ini? Wajar saja, dia kan di negeri asing, hal seperti ini sangat sering terjadi.
Seakan Bayu mengetahui pikiranku, dia kemudian berdiri dan membuat sesaat ciuman kami lepas. Aku menarik napasku dan melihat dia sebentar sesaat sebelum dia kembali menciumku.
Sekarang kedua tangannya berada di leherku dan spontan kedua tanganku menggenggam erat bajunya itu.
Dia kemudian menciumku lebih dan lebih. Ciumannya ini sangat sulit ku pahami, semakin lama semakin menuntut hingga aku terpojok ke dinding kamarnya.
Dia menciumku lagi dan lagi membuat pikiranku semakin terlena dan hasratku semakin meningkat.
Keinginanku memuncak saat bibirnya berpindah ke telinga dan turun ke leherku. Aku merasa seperti diberi suntikan kebahagiaan dan sekarang aku merasa bahwa aku sedang mabuk.
Saat kedua kalinya dia mencium leherku, aku tiba-tiba tersadar.
Sha, ini sudah terlalu jauh. Kata-kata itu tiba-tiba terlintas di pikiranku.
Aku kemudian menyentuh wajahnya, mencoba untuk menghentikannya.
"Bay..." ucapkuu kepadanya membuatnya berhenti dan tersadar.
Dia tidak langsung menjawabku dan mata kami berdua bertemu.
Tiba-tiba Bayu mengusap bibirku lembut dengan jemarinya dan tersenyum padaku.
"Aku senang kamu tidak menghindariku," ucapnya.
Aku tiba-tiba salah tingkah dan mataku berkedip cepat. Aku panik dan kurasakan wajahku masih hangat.
"…" Aku tidak mengucapkap apa-apa dan kusembunyikan wajahku dengan kedua tanganku. Aku malu.
"Sini aku peluk, biar kamu gak malu," ucap Bayu dan menarikku ke pelukannya.
Sekarang aku dipelukannya dengan jantungku yang semakin berdetak kencang sedangkan dia sedang mengelus-elus rambutku dengan lembut. Sebenarnya aku tidak tahu, bunyi jantung siapa sekarang yang kudengar. Mungkinkah Bayu juga sedang berdebar-debar?