Chereads / HONEST / Chapter 25 - Part 25

Chapter 25 - Part 25

Setelah keluar dari ruangan ruangan bos judes itu, aku merasakan hpku bergetar kembali di sakuku.

Aku melihat di layar hpku dan kulihat nama Bayu di sana.

"Bayu?"

"Hai Bay…" ucapku buru-buru menuju kamar mandi.

"Hei what happen?" tanya Bayu.

"Iya Bay, tadi aku ada urusan sama atasan aku yang baru."

"Ada masalah?"

"Ada tapi gak papa kok, masih bisa aku atasi. Lah kamu? Bukannya sekarang sekitar…" Aku melihat jam tanganku.

"Jam 2 pagi kan disana?" tanya ku memastikan ke Bayu. Sekarang masih siang di sini, dan aku yakin disana masih malam.

"Iya… aku gak bisa tidur," ucap Bayu lemah.

"Loh kenapa? Ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Mmmm sebenarnya besok aku ada presentasi jadi yah…"

"Oohh.. Mau gimana lagi?" ucapku tidak tahu harus berespon apa.

"Kamu sehat kan?" tanyanya.

"Yups.. aku sehat kok. Btw, kamu berarti lagi presentasi?"

"Sebenarnya udah sih, tapi gak tau kenapa gak bisa tidur aja."

"Bay… kamu tenang aja. Besok bakalan baik-baik aja kok. Yang penting sekarang setelah kamu udah persiapkan semua buat besok, kamu ke Kasur, berdoa dulu, serahin semuanya ke Tuhan, dan kamu tidur. Ingat besok kamu presentasi, dan orang-orang ngelihat wajah kamu. Masa ntar waktu presentasi wajah kamu keliatan kurang tidur?"

"Iya iya, siap sayang." Bayu pasrah dengan semua omelanku dan dapat kurasakan dari nada suaranya.

"Ya udah sekarang ayo dilakuin. Okei?"

"Iya…"

"Ya udah aku tutup telfonnya ya… Dadah…"

"Bye… have fun."

Ginilah kalau hubungan jarak jauh. Pengen cerita tapi gak enak. Apalagi perbedaan waktu yang drastis banget, jadi gak enak ceritanya.

Bay, aku kangen kamu, batinku.

***

"Permisi pak…" ucapku mengetok ruangan bos ku itu.

"Silakan masuk," ucapnya.

Aku langsung menyerahkan dokumen yang ditanganku.

"Ini pak saya sudah membuat rancangannya sesuai dengan yang bapak minta."

"Baiklah… kamu taruh saja di sana," ucapnya tanpa melihatku.

Ini orang gak sopan banget sih, batinku. Aku menaruh dokumen itu di atas mejanya.

"Kalau begitu saya permisi pak." Aku langsung pergi dari ruangannya itu.

Apaan baik, judes gitu juga, batinku. Sekarang aku tidak berani menjelek-jelekkan dia dengan suara, cukup aku dan Tuhan aja yang tahu.

***

"Bu Shalom, ikut saya sekarang." Julian tiba-tiba datang mendekati mejaku dan memintaku mengikutinya.

"Maaf pak, ada apa ya?" tanyaku. Aku belum tau apa maksud permintaannya yang tiba-tiba itu.

"Kita akan memperkenalkan rancangan kamu ini ke general manajer. Karena kamu yang membuat berarti kamu yang presentasi."

"What?" Aku keceplosan dengan suara yang cukup tinggi. Beberapa teman-temanku melihatku keheranan.

"Eh.. maksud saya bukan begitu pak. Mmm… gimana ya?" Aku panik dan bingung.

"Sekarang pak?" tanyaku lagi.

"Iya sekarang. Ikut saya cepat," ucapnya tegas.

Aku pun pasrah mengikuti si judes itu.

Sesampai di sana, setelah aku presentasi di depan mereka semua, akhirnya selesai juga pembahasan proyek tambahan ini, dan aku sangat bersyukur semuanya lancar, dari presentasi hingga respon mereka.

"Yes…" ucapku setelah keluar dari ruangan itu.

"Saya yakin ibu bisa," ucap Julian tiba-tiba sudah berada di belakangku.

"Eh iya pak. Terima kasih pak."

"Tapi ibu jangan senang dulu. Karena proyek ini diterima, berarti ibu harus bekerja lebih keras lagi dan bertanggung jawab untuk ini."

"Saya pak? Itu masih bagian saya pak? Bukannya itu biasanya bagian wakil atau sekretaris pak?" tanyaku heran.

Benar itu bukan bagianku. Aku hanya karyawan biasa yang beruntung terpilih ke Texas. Aku juga tidak tahu sampai sekarang kenapa malah aku yang ke Texas, tidak Wakil atau Sekretaris departemen kami.

"Saya maunya ibu," ucapnya lalu pergi begitu saja.

"…" Aku tidak dapat berucap apa-apa setelah dia pergi. Pikiranku semakin memanas tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan orang judes itu.

"Arggh…" Aku kesal.