Chereads / HONEST / Chapter 29 - Part 29

Chapter 29 - Part 29

"Morning," sapaku pada Bayu. Kulihat dia mengusap matanya lalu menatapku.

"Morning…." Suaranya terdengar jelas walaupun pelan.

Aku sekarang sedang beberes karena aku harus pergi ke kantor.

"Bay, aku udah masak makan pagi, kamu makan aja dulu. Aku harus ke kantor pagi ini. Okey?" ucapku sambil merapikan isi tasku.

"Okay… Jam berapa kamu pulangnya?"

"Hmm… Jam 4 sore paling cepat. Kalau ntar ada perubahan, aku kabari deh.."

"Hmmmm…" ucapnya lalu menutup wajahnya dengan bantal.

"Kenapa?" tanyaku tidak puas dengan respon nya itu.

Dia hanya menggeleng.

"Okay…" ucapku lagi dan kembali beberes.

"Oh iya, kamu bukannya masuk kerja? Ada proyek kan?" lanjutku.

"Iya, aku masuk agak siangan, mungkin jam 10 pagi."

"Ohh…" Aku mengangguk.

Akhirnya aku selesai membereskan barang-barangku.

"Okay sudah…" ucapku puas.

"Oh iya, kamu kalau mau pergi, jangan lupa pintu dikunci, trus kuncinya kamu pegang dulu. Nanti kalau aku udah mau balik, aku hubungin kamu. Okay?"

"Mmm.. iya.." balasnya.

Aku mengangguk. "Ya udah, aku pergi ya. Bye.." ucapku lalu mendekati pintu keluar.

"Tunggu…" Bayu menghentikan langkahku.

Aku berbalik dan melihatnya yang masih di tempat tidur.

Dia kemudian beranjak dari tempat tidur dan menarikku ke pelukannya.

"Semangat Bae…" Dia memelukku erat.

"Okay… Kamu have fun ya disini…" balasku.

"Bye…"

***

"Sha.. bos kita manggil kamu tuh ke ruangannya." Salah satu rekan kerjaku mengagetkanku yang sedang fokus mengetik.

"Eh iya.. Aku segera ke sana," ucapku lalu bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menuju ruangan atasan kami itu.

"Permisi pak, bapak memanggil saya?" tanyaku dengan sopan setelah ku ketuk pintu dan kubuka.

"Iya, silakan duduk bu."

"Ada hal apa ya pak," ucapku setelah duduk.

"Ini, klien kita sangat puas dengan ide terbaru kamu itu, jadi rencananya ada pelipat gandaan barang."

"Wah serius pak, saya tidak menyangka akan mendapat respon positif dari mereka."

"Iya benar, tapi memang ide kamu itu sangat brilian."

"Mmmm… Kalau begitu, untuk selanjutnya bagaimana pak?"

"Oh iya sekalian saya mau menunjukkan ini." Dia memberikan berkas kepadaku.

"Ini apa pak?" tanyaku sekalian kubuka berkas yang sudah ditanganku.

"Ibu lihat saja sendiri…" ucapnya dengan tenang.

Aku kemudian membaca dan mencermati setiap kalimat dalam surat ini.

"Astaga.. Ini seriusan pak?" tanyaku kaget.

"Iya, saya sendiri yang mempromosikan ini dan disetujui oleh direktur kita."

"Wah saya betul-betul… saya tidak tahu harus bilang apa lagi pak." Aku masih tidak percaya kalau aku dipromosikan menjadi sekretaris.

Eh, tapi tunggu dulu, terus sekretaris yang lama itu gimana? Batinku.

"Mmmm terus sekretaris yang lama itu gimana pak?" tanyaku sedikit ragu.

"Kamu tenang saja, dia memang kebetulan meminta untuk dipindahkan ke cabang lain karena memang cabang kita ini terlalu jauh dari rumahnya. Jadi dia dipindahkan ke cabang yang lebih dekat ke rumahnya."

"Ooohh begitu ya pak. Tapi ini seriusan pak?" tanyaku masih tidak percaya.

"Iya betul bu."

"Wah… tapi saya dalam setahun ini udah dapat promosi pak. Berarti saya dapat double ya pak?"

"Hahaha… Iya, ibu sangat beruntung ya."

"Wah puji Tuhan. Ehh.. maksud saya syukurlah." Aku keceplosan.

"Tidak apa-apa bu, saya jadi tahu kalau ibu seorang Kristen. Saya juga bu."

"Oh iya pak? Wahh…" Aku lega mendengar ucapannya itu.

Sebenarnya aku sudah pernah ditegor karena mengucapkan dua kata itu oleh manajer yang lama, tapi untunglah sekarang manajer ini baik. Mungkin kali ya. Hehehe…

"Kalau begitu, karena ibu dapat promosi, mulai besok ibu bekerja di ruangan ini di meja sudut sana," ucapnya menunjukkan meja sekretaris.

Aku mengangguk paham.

"Lalu terkait produk itu akan diurus oleh orang lain di bagian pemasaran dan ibu perlu mengecek dan mengawasi hasilnya bagaimana."

"Baik pak siap." Aku sangat senang dan dengan tetap menunjukkan sikap sopan, aku keluar dari ruangan itu.

"Oh iya bu sebentar…"

"Iya pak ada apa?"

"Besok temani saya makan malam dengan klien, sekalian saya akan menjelaskan terkait hal-hal yang perlu diurus sama ibu."

"Baik pak, jam berapa pak?"

"Hmmm… sepertinya jam 7 malam," ucapnya sembari melihat jam tangannya.

"Baik pak kalau begitu, saya permisi dulu."