"Oh ya?" ucap Bayu tenang.
"Kok.. kok respon kamu biasa aja?" tanyaku kepadanya setelah cerita tentang promosi ini kusampaikan kepadanya.
"Bukan begitu, aku senang kok kamu dapat promosi, kan makin cepat kamu bayar utangnya."
"…." Aku berpikir sejenak.
Bayar utang? Oh iya yang waktu kuliah itu ya.
"Hahaha.. kamu masih ingat aja ya Bay.."
"Iya masih ingatlah."
Aku mengangguk salut untuk ingatannya. Aku kembali fokus ke jus jeruk yang ada di depanku.
"Hahh… btw kira-kira aku akan menunggu berapa lama Bae?" ucap Bayu.
"Menunggu apa?" tanyaku tidak paham dengan ucapannya.
Kemudian dia menyentuh jemariku dan mengelusnya lembut.
"Menunggu sampai kamu selesai bayar utang dan mau menikah denganku," ucapnya tegas dan tidak sedikitpun pandangannya menghilang dariku.
Aku terkejut dan kutarik napasku dalam-dalam. Aku tidak langsung membalas ucapannya.
"Mmmm…" Aku masih tetap bingung dan pikiranku berkelana mencari jawaban yang tepat.
Bayu masih tetap melihatku, menunggu jawabanku.
"Aku tidak tahu kapan Bay…" ucapku pelan dan tidak berani melihatnya.
Segera Bayu menarik tangannya dan melipatnya di depan dadanya.
"Kamu sebenarnya masih suka gak sih sama aku?" tanyanya pelan namun tegas.
Aku melihatnya dan dapat kulihat ada perasaan kecewa di wajahnya.
"Iya Bay, aku masih suka sama kamu dan semakin suka malah."
"Tapi kenapa kamu..."
"Aku juga gak tau gimana."
"Apa sebenarnya kamu berencana untuk hidup sendirian?" tanyanya lagi.
"Bukan gitu, tapi…"
"Tapi?" Bayu menunggu jawabanku.
"Aku belum siap aja." Aku menghela napasku.
"…." Bayu tidak berespon apa-apa. Sejenak kulihat wajahnya dan kembali menatap ke bawah.
"Apa aku harus pergi dengan wanita lain dulu baru kamu sadar bahwa aku penting dan kamu mau menikah denganku?" tanyanya kemudian.
Aku spontan melihat wajahnya. Kupikirkan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya itu.
"Kamu punya wanita lain?" tanyaku ragu.
"…." Dia tidak menjawabku.
Bayu kemudian berdiri dan membawa jaketnya yang tergantung di kursi dan pergi mendekati kasir.
"Ba-Bay…" ucapku bangkit dan mengikutinya dari belakang. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.
Kami berdua pun keluar dari restoran itu dan Bayu masih tidak mau berbicara denganku. Dia kemudian memberikan helm kepadaku dengan membisu.
"Bay…" panggilku lagi namun sia-sia, dia tidak menjawabku. Aku merasa bersalah kepadanya, karena selama ini memang aku selalu menunda hal itu.
Aku memakai helm itu dan Bayu sudah menghidupkan motornya itu.
"Bay…" ucapku lagi mendekat kepadanya, namun dia masih tetap tidak melihatku dan tidak menjawabku.
Aku menghela napas dalam-dalam dan kuurungkan niatku untuk menaiki motornya itu.
"Bay…" ucapku lagi dengan suara cukup keras. Aku dapat merasakan orang-orang yang sedang berlalu lalang disana melihat kami berdua sejenak. Begitu juga dengan Bayu, spontan dia menoleh kepadaku.
"Kamu kenapa gak jawab aku? Kamu kenapa diam aja? Kamu marah? Kamu kesal sama aku karena belum siap menikah? Kamu, kamu kecewa sama aku?" ucapku tanpa berhenti. Dan tanpa kusadari air mataku menetes. Untung saja aku masih pakai helm, jadi mungkin tidak akan ketahuan.
"Ka-kamu ingin putus?" ucapku sedikit tersiak-siak, tidak mampu menahan air mataku semakin mengalir. Aku tidak rela kalau hubunganku berakhir dengannya.
"Bukan begitu…" ucap Bayu panik dan melihat sekitar. Dia kemudian turun dari motornya itu lalu memelukku.
"Aku bukan bermaksud begitu Bae, udah ya, kamu jangan nangis," ucap Bayu pelan dan berusaha untuk menenangkan aku.
Lalu dia membuka helmku dan melihat wajahku yang sudah basah dengan air mataku.
"Udah ya, kamu jangan nangis," ucapnya sembari memelukku, menutup wajahku dengan jaketnya itu.
Aku masih berusaha mengontrol napasku karena baru saja menangis.
"Ya udah sekarang kita pulang dulu ya."
Akupun mengangguk.
***
"Kita pulang ke sini?" tanyaku pelan setelah Bayu menghentikan motornya di tempat asing yang tidak ku kenal.
"Iya, kita pulang ke tempatku."
"…" Aku menatapnya heran, bingung kenapa dia membawaku ke rumahnya.
Bayu tidak berkata apa-apa, lalu menarikku masuk.
"Bae, aku tidak akan putus denganmu. Aku akan menikahimu, tapi kalau kamu tidak mau menikah denganku, aku harus bagaimana?" ucap Bayu setelah kami berdua duduk di sofanya.
"Aku bukannya tidak mau menikah denganmu Bay, tapi aku masih…"
"Apa? Kamu masih menunggu apa? Bayar utang itu? Aku udah bilang sama kamu kalau aku akan bantuin kamu. Aku janji.. Jadi please… ijinkan aku masuk ke kehidupanmu dan membantumu."
Aku tidak dapat berucap apa-apa dengan semua ucapannya itu.
"Bae, menikahlah dengan ku. Ya?" ucapnya lagi.
"A-Aku…Aku takut," ucapku dengan menutup kedua mataku. Aku tidak berani melihat wajahnya setelah ketakutanku itu keluar dari mulutku.
"Kamu takut? Kenapa? Apa yang kamu takutkan?"
"Aku takut kamu akan ingkar janji lalu pergi ninggalin aku kayak dulu lagi," ucapku masih dengan menutup mataku.
"Hmm… Bae.. Bae lihat aku."
Aku kemudian membuka mataku dan kulihat ekspresinya sangat serius menatapku.
"Aku akan berusaha untuk tidak ninggalin kamu sekuat tenaga aku. Aku mungkin bukan laki-laki yang bisa pegang janji namun aku sedang belajar untuk itu, dan juga… Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Hal itu sudah cukup menyiksaku. Jadi aku memohon maafin aku buat yang dulu dan please… Maukan kamu menerimaku lagi sekarang dengan apa adanya diriku?" tanyanya.
Aku terhanyut dengan kata-kata manisnya itu. Aku menghela napasku dan kulihat wajahnya dengan lekat.
"Aku sangat mencintaimu," ucapku spontan, pikiranku melayang.
"Apa?" Dia kebingungan sejenak.
"I-Iya…" Aku panik, kutemukan kembali pikiranku itu.
"Mmmm okay, okay…" sambungku.
"Apanya yang okay?" ucapnya.
Aku gelagapan, panik tidak tahu harus berespon apa.
"I-Iya aku mau."
"Ka-Kamu mau? Seriusan? Kamu mau menikah denganku?" tanya Bayu dengan wajahnya yang penuh dengan kegirangan.
Aku mengangguk.
"Yes…" ucapnya tiba-tiba berdiri dan memelukku yang masih sedang duduk hingga terjatuh ke sofa.
"Bay..." Aku menepuk lengannya itu.
"Bay, kamu berat…" ucapku membuat Bayu tersadar dan kemudian dia berdiri. Kulihat ekspresi wajahnya yang malu dan pipinya yang memerah.
"Aku mau ambil minum dulu," ucapnya lalu pergi.
Aku tersenyum melihat tingkahnya itu dan mengikutinya dari belakang.
"Bae…" ucapku sembari kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku memeluknya dari belakang.
Dia panik lalu menurunkan gelas yang ditangannya lalu menatapku.
Aku tersenyum senang bisa mengganggunya, sangat lucu.
"Kamu… Kamu ngantuk?" ucapnya dengan tenang.
Aku terkejut dan sedikit panik. Aku berencana mengerjainya, eh malah aku yang gelagapan.
Aku melepaskan pelukanku dan mencoba kabur darinya, namun sia-sia, dia berhasil menangkapku ke pelukannya.
"Gak, aku gak ngantuk…" Aku menggeleng sekuat tenaga.
"Aku tahu kamu ngantuk, ayo tidur," ucapnya lalu melingkarkan lengannya di leherku dan membawaku menuju kamarnya.
Aku panik lalu berhenti.
"Gak Bay, aku gak ngantuk, aku masih… Aku masih mau menonton," ucapku.
Bayu hanya tersenyum namun dia tetap berhasil menarikku ke pelukannya dan membawaku ke kamarnya.
Matilah aku, batinku.
~SELESAI~
🐿️ Halo semua...
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai episode 30.
🤔 hmmm...
Sebenarnya aku berencana untuk membuat season 2 nya, tapi aku sedang tidak bersemangat untuk mengetik isi pikiranku 😔
Kalau kalian memang tertarik dengan kelanjutannya, komen ya....
Kalau kalian mendukungku, aku mungkin akan bisa bangkit dan melanjutkan cerita ini.
Heheheheh...
Sekali lagi, terima kasih semua 😄