"Hei…" Seseorang menepuk bahuku.
"Sudah selesai laporannya? Aku akan mentraktirmu makan hari ini?" Dia menunjukkan uang 100 ribu yang baru saja dikeluarkan dari dompetnya. Dia adalah teman sekerjaku sekaligus sahabatku juga, ya.. namanya adalah Ririn, si jago bulu tangkis dan yang popular itu juga.
"Sebentar, dikit lagi," ucapku melihatnya sebentar lalu kembali fokus ke layar komputer. Aku harus menyelesaikan perkejaanku ini.
"Oke…" ucap Ririn.
Setelah beberapa bagian telah ku ketik, akhirnya selesai. Pekerjaanku selesai, lebih cepat dari yang aku duga.
"Yes sudah.." ucapku lega.
"Oke, let's go.." Ririn menarik tanganku dan kami pun pergi.
"Kita makan apa nih?" tanyaku pada Ririn.
"Aku pengen makan yang pedas-pedas dan ditutup dengan yang manis-manis." Ririn terlihat sangat senang hanya membayangkan saja.
"Oke, siap.."
Kami akhirnya berhenti di salah satu restoran dan memesan makanan.
"Setelah ini kamu kemana Sha?" tanya Ririn.
"Aku? Aku sepertinya langsung pulang," ucapku sembari menyantap makanan yang ada di depanku.
Ririn hanya mengangguk dan kembali fokus ke makanannya.
"Eh, kamu dengar gak kalau katanya ada proyek kerja di luar negeri?"
"Proyek? Dari divisi kita?"
"Iya, katanya pergi ke luar negeri. Kalau gak salah katanya kemana gitu ya… mmmm… Texas. Ya, Texas.."
"Hah? Seriusan? Texas. Itukan di US? Jauh banget," Aku terkejut hingga mulutku terbuka.
Memang perusahaan aku bekerja cukup dibilang sukses, tapi aku nyangka bakalan ada kerja sama di Texas. Luar biasa.
"Nah, yang aku dengar itu, setiap divisi mengirimkan satu perwakilan untuk bergabung di proyek itu," lanjut Ririn.
Aku tiba-tiba terdiam, berpikir siapa yang akan menjadi perwakilan dari divisi kami.
"Siapa ya kira-kira dari kita?" tanyaku.
"Mmmm kayaknya yang kemungkinan ikut ibu Bu Dewi deh, soalnya ibunya kan kepala divisi kita, Bahasa inggris ibunya juga bagus. Pasti dia." Ririn mengungkapkan itu tanpa keraguan.
Aku hanya mengangguk. Ya, kemungkinan besar ibunya sih.
"Oke deh, balik yuk. Ini udah mau hujan, aku gak bawa payung," ucap Ririn.
"Oh iya, aku juga gak bawa payung."
Setelah membayar makanan, kami pun pergi.
***
Besoknya di kantor, semua teman-teman sekantor aku pada berisik karena proyek yang akan dilaksanakan di luar negeri itu. Mereka menerka-nerka siapa kira-kira yang akan ikut ke sana.
Kalau aku, aku sudah yakin bahwa yang ikut adalah Bu Dewi, siapa lagi kalau bukan dia.
"Baiklah semua, mohon perhatiannya. Seperti yang telah kalian semua dengar bahwa perusahaan kita akan ada projek bersama dengan salah satu perusahaan di Texas." Bu Dewi sedang berbicara untuk kami semua.
"Benar kan…" Teman-teman yang lain mulai berbisik kembali membuat suasana di sana cukup ribut.
"Kalian tenang saja, saya yang akan ikut. Jadi kalian tidak perlu berisik seperti itu," ucap Bu Dewi dengan nada ringan.
"Yah…" Semua menghela napas dan seperti tidak puas dengan keputusan itu.
Benar sih, lumayan kan jalan-jalan ke US dan pastinya dibiayain dari perusahaan.
"Tuh kan benar tebakan aku.." Ririn menyenggol lenganku.
Aku mengangguk tanda setuju 100%.
"Baiklah, kalian semua dapat kembali bekerja."
Kami semua pun kembali ke bangku kami masing-masing.