"Hei…" ucapnya lagi membuyarkan lamunanku.
"Eh iya.. Hai.." ucapku kaku.
"Kamu mau pulang?" tanyanya.
"Iya nih aku mau balik," ucapku masih tidak bisa biasa.
Aku begitu buruk hari ini. Ngomong santai aja tidak bisa. Aku sedikit kesal dengan diriku sendiri.
"Ohh…" Dia kemudian melihat ke arah Debo.
"Teman kamu?"
"Eh iya, kenalin dia teman aku, satu kantor."
"Halo kenalin nama aku Debo, temannya Shalom."
"Halo, aku Bayu." Yups.. itulah dia, Bayu teman lamaku, udah dulu banget dan salah satu orang yang pengen aku lupain dan ternyata dia tiba-tiba muncul di sini, di Texas. Apa-apaan coba?
"Eh aku perlu ngobrol berdua sama Shalom kalau kamu gak keberatan…" ucap Bayu ke Debo.
"Oh boleh kok, aku bisa pulang sendiri.." ucap Debo namun aku secara spontan menarik lengannya.
"Tunggu, aku ikut pulang juga…" ucapku. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi Bayu sekarang, terlalu tiba-tiba.
"Loh, gak papa Sha, kamu gak usah gak enakan sama aku. Aku gak papa kok," ucap Debo tersenyum padaku.
"Btw kalian udah kenal berapa lama?" lanjut Debo.
"Ooo kami kenal sejak kuliah.." jawab Bayu santai.
"Ouhh berarti gak papa dong Sha, sekalian silaturahmi," ucap Debo sembari melepaskan genggamanku.
Aku tersenyum panik, "Haruskah?" tanyaku.
"Iya dong," lanjut Debo.
Aku akhirnya mengalah dan mengikut Bayu. Debo akhirnya pulang sendiri.
***
"Kita mau kemana?" tanyaku pada Bayu. Sekarang kami berdua sedang berada di mobilnya Bayu dan entah kemana dia membawaku.
"Tenang aja, pokoknya tempatnya keren deh," ucapnya dengan tersenyum kegirangan.
Tidak berselang lama, akhirnya kami berhenti.
Aku bisa melihat dengan jelas tulisan yang tertera di depanku sekarang, "Fort Worth Zoo"
"Seriusan kita ke sini?" tanyaku padanya.
"Iya, aku mau ngajak kamu berkeliling dan sekalian ngobrol juga," ucapnya santai.
Kebun binatang? Di Indonesia juga ada kali…
Aku pasrah dan mengikutinya dari belakang.
"So, kamu apa kabar?" Dia memulai percakapan kami.
"Hah.. Bay, kamu udah nanyain itu tadi pagi. Aku baik-baik aja."
"Oh iya,…"
"…"
"Kalau gitu kesibukan kamu apa?"
"Bay…" Aku berhenti dan melihatnya. Dia pun berhenti.
"Kamu mau ngobrol apa sama aku?" tanyaku langsung. Aku tidak mau mencoba dekat lagi sama dia, sudah cukup.
Dia kemudian mendekat kepadaku tapi dengan kepala menunduk.
"Sejujurnya… Aku kangen kamu Sha," ucapnya pelan namun dapat dengan jelas ku dengar.
Aku terkejut setengah mati, dia benar-benar membuatku kehabisan kata-kata.
"…." Aku tidak mengucapkan apa-apa.
Dia kemudian melihatku dengan tatapan matanya yang sangat akrab itu. Ekspresi bersalahnya itu membuatku semakin serba salah.
"Kamu…" lanjutnya.
"Aku harus gimana Bay?" Akhinya mulutku berbicara. Suaraku yang mulai melunak tidak kuasa melihat ekspresi bersalahnya itu.
"Kamu mau apa dariku?" lanjutku.
Dia masih tetap melihatku, begitu juga aku. Aku ingin tahu maksud dia ngomong seperti itu apa? Sedangkan dia adalah laki-laki yang sudah bertunangan, atau mungkin sudah menikah. Aku tidak tahu.
"Aku hanya ingin bersamamu," ucapnya.
"Apa?" Aku semakin bingung, dia maunya apa sih.
"Kamu gila kali ya Bay, apa kamu lupa makan apa gitu…" ucapku dengan nada suaraku mulai meninggi.
Aku mulai merasakannya karena orang-orang di sana sontak melihat ke arah kami berdua.
"Aku… Aku pengen kita berdua seperti dulu lagi," ucapnya lagi namun sekarang dengan nada yang cukup tegas.
"Kamu? Kamu itu udah tunangan Bay. Kamu ngapain pengen dekat sama aku lagi?" tanyaku dengan lebih tegas lagi.
"Sha… Dengarin aku, aku gak jadi tunangan Sha. Aku memutuskan langsung ke sini untuk kerja dan memutuskan pertunangan itu," ucapnya dengan jelas.
"Hahhh?" Aku terkejut.
"Iya…, aku gak tunangan Sha. Gimana aku bisa tunangan sedangkan aku sudah buat janji sama kamu. Aku gak mungkin mengingkarinya," lanjutnya.
"Tapi…, tapi kamu udah nelfon aku dan bilang bakalan tunangan, itu maksudnya apa?"
"Iya, tapi setelah aku telfon kamu, aku tau kamu nangis saat itu, dan aku tidak tega membiarkanmu seperti itu. Aku kembali tersadar dengan janjiku itu."
"Tapi, tapi kenapa kamu gak ngehubungi aku dan bilang sebenarnya?" tanyaku.
"Aku belum bisa menghubungi kamu, aku belum punya apa-apa. Aku gak mau terkesan kuat dan mampu padahal materi yang aku pegangpun tidak ada sama sekali saat itu," lanjutnya.
"Tapi, tapi…" Tanpa ku sadari air mataku menetes.
Bayu tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya. Dia memelukku erat dan mengelus lembut rambutku.
"Aku hanya menyukaimu Sha, hanya kamu."
"Gak, kamu pasti bohong. Lepasin aku." Aku mencoba berontak di pelukannya namun dia tidak mau melepasku.
"Kamu harus tau kalau aku hanya menyukaimu," balasnya.
"Aku membencimu.." jawabku.
"Aku tau itu…"
"Kamu tau kalau cinta itu satu paket dengan kebencian?" lanjutnya.
"Aku sedang tidak mau mendengar ceramah darimu," ucapku ketus.
"Hahaha… Iya deh, maafin aku." Dia masih tetap memelukku, namun tidak seerat tadi, sekarang aku bisa lebih lega bernapas.
Aku dapat merasakan parfumnya yang dulu sangat akrab di hidungku.
"Aku masih tetap membencimu," ucapku tidak mau kalah dan melepaskan pelukannya.
"Aku masih tetap menyukaimu," balasnya.
Akhirnya kami berdua, bisa aku bilang berdamai sekarang. Aku tidak tahu kelanjutannya gimana, tapi sekarang Bayu kembali menggenggam tanganku seperti dulu.