Kami makan malam di salah satu tempat makan kesukaan kami berdua.
Setelah selesai menyantap makanan dan kami hendak pulang, tiba-tiba Bayu berhenti.
Pandangannya mengarah ke salah satu kumpulan orang di depan kami.
"Hei Bro...," sapanya. Aku bisa menebak, mungkin itu adalah teman-temannya Bayu.
"Kalian dari mana?" tanya Bayu kepada mereka. Aku menghitung teman-teman Bayu yang di sana, mereka ada 5 orang. Mereka juga sepertinya hendak pulang.
"Habis makan Bay, lu dari mana?" tanya salah satu temannya.
"Iya, gua habis makan," jawab Bayu sambil melihat ke belakang. Sepertinya dia mencari sesuatu.
Aku merespon dengan melihat ke belakang juga, siapa tahu ada barangnya yang terjatuh, namun tidak.
Bayu menarik tanganku membuat aku sepenuhnya di sampingnya sekarang.
Aku menggigit bibir bawahku dan tidak tahu harus bagaimana. Dia memegang lenganku erat, seakan dia tidak mau aku menjauh darinya.
"Siapa nih? Pacar lu?" tanya salah satu temannya.
"Iya, kenalin namanya Shalom." Bayu memperkenalkan aku kepada teman-temannya itu.
Kulihat satu persatu wajah temannya itu, siapa tahu aku bertemu lagi, kan baiknya harus nyapa.
Saat aku hampir melihat orang keempat, mataku tiba-tiba terbuka lebar. Mulutku terbuka dan aku panik.
Astaga, Timothee. Aku harus bagaimana?
Melihat ekspresiku panik, mungkin Timothee sadar, dia hanya tersenyum.
"Hai Sha. Apa kabar?" Timothee menyapaku duluan membuat teman-teman Bayu yang lain terkejut begitu juga dengan Bayu.
"Lu kenal pacarnya Bayu?" tanya salah satu teman Bayu.
"Iya, gua kenal. Kita ada satu projek bareng di kampus," ucap Timothee.
"Hai Timi," ucapku pelan dan aku tidak berani melihatnya.
Bayu menarik tanganku pelan, aku melihatnya.
Bayu berekspresi penasaran dengan menaikkan kedua alisnya.
Aku hanya bisa tersenyum seakan memberikan isyarat kalau nanti saja aku jelasin ke dia.
Aku melanjutkan untuk berkenalan dengan satu lagi teman Bayu itu. Setelah itu, kami berjalan bersama-sama.
Genggaman Bayu terlepas saat salah satu temannya merangkul pundak Bayu dan berbicara santai dengan dia.
Aku hanya bisa tersenyum melihat perilaku mereka, seperti sudah lama banget tidak bertemu.
"Sha, sehat?" Seseorang bertanya kepadaku. Sekarang orang itu tepat di sampingku.
"Hei Tim.." Suaraku sedikit meninggi karena panik.
"Aku sehat, kamu gimana?" tanyaku balik.
"Lumayan," balasnya.
"Ohh jadi Bayu itu pacar kamu ya?" lanjutnya.
"Eh, iya dia pacar aku."
"Wah, terasa sempit banget ya dunia ini. Kita berdua satu projek dan kamu juga jadi pacar temanku. Wih.."
"Kalian berteman dekat?" tanyaku ragu.
"Iya, aku satu SMA dengan dia, tepatnya dengan mereka semua tuh." Timi menunjuk ke semua teman-temannya.
"Ohh kalian satu SMA? Pantesan dekat."
"Yah gitulah..."
"Sekarang kamu mau pulang?" tanya Timi.
"Eh iya, aku mau balik."
"Oh gitu, ya udah. Btw, kayaknya kita harus ketemu lagi deh. Soalnya mau mengerjakan laporan pertanggung jawaban acara ke ketua. Kamu ada waktu kapan Sha?" Timi berhenti membuat aku berhenti juga.
Bayu dan teman-temannya menjadi agak jauh dari kami.
Aku melihat sejenak ke arah Bayu dan teman-temannya itu.
"Pertanggung jawaban ya? iya sih. Kemarin Ririn udah ngabarin aku kalau itu harus ada."
"Nah, kamu kapan bisa?"
"Hmm, btw itu deadlinenya kapan?"
"Minggu ini, dan sekarang udah hari Rabu."
"Minggu ini ya." Aku terdiam sejenak, memutar pikiranku, kapan aku punya waktu luang.
"Sepertinya Jumat sore aku bisa," ucapku.
"Jumat sore? Bentar aku liat kalender aku dulu." Timi membuka hpnya dan mengecek kalender.
"Yah, Jumat sore aku ada kegiatan. Paling ganti hari atau gak mundur ke Jumat malam."
"Ganti hari? Aku udah gak punya waktu kosong lagi," ucapku.
Sesekali aku melihat ke arah Bayu dan teman-temannya itu. Untung saja mereka berhenti, sepertinya mereka sedang jajan cendol.
"Sabtu kamu sibuk?" tanya Timi.
"Sabtu aku udah ada janji."
"Gitu ya, ya udah. Mau gak mau Jumat malam aja. Gimana?"
Aku berpikir sejenak dan menimbang-nimbang tawaran Timi.
Yah aku memang tidak punya pilihan lain. Lagian aku juga udah mengiyakan pergi hari Sabtu, tidak mungkin aku undur lagi kan.
"Iya deh, Jumat malam aja."
"Oke siap."
Kami berdua melanjutkan perjalanan kami dan mendekati gerombolan teman-teman Bayu itu.
Aku menarik lengan jaket yang dipakai oleh Bayu.
"Hei.. udah ngomongnya?" ucapnya. Sepertinya memang dari tadi dia memperhatikan aku berbicara dengan Timi.
Aku kemudian mengangguk.
"Mau cemilan malam?" tanyanya.
Aku menggeleng. Ini udah pukul 9 malam, gimana mau makan cemilan, bikin gemuk.
"Ya udah, aku antar pulang ya," ucap Bayu sembari memegang tanganku.
"Bro duluan ya."
"Iya, buru-buru banget mau pergi," ucap salah satu temanya.
"Iya, udah sono lu," sambung temannya yang lain.
Kami pun pergi.