"Hei, lagi apa?" Seseorang mengejutkan aku saat aku duduk di salah satu gazebo fakultasku. Aku memang sedang fokus dengan leptopku.
"Eh Bay… Ini lagi ngetik tugas sekalian dengar lagu," ucapku sembari melepas headset yang ada di telingaku.
Aku melihat wajahnya sejenak dan kembali fokus ke leptopku.
"Jauh banget kamu ke sini, fakultasmu kan di ujung sana," ucapku lagi karena Bayu tidak mengatakan apa-apa.
"Hah... iya jauh. Pengen beli sesuatu juga dari kantin kalian nih."
"Beli apa?"
"Beli jus jeruk," jawabnya singkat, berdiri dan hendak pergi ke kantin.
"Nitip tas ya," ucapnya sebelum pergi.
Aku hanya mengangguk dan tetap fokus pada leptop dan naskah yang harus aku ketik.
Hanya menunggu sekitar lima menit, Bayu sudah kembali dengan jus jeruk di tangannya.
"Mau?" tanyanya padaku sembari menyodorkan jus itu ke depan wajahku.
Aku berhenti mengetik dan melihatnya.
"Aku mau tapi mau yang baru."
"Yah, tinggal ini yang ada. Jeruknya udah habis." Bayu kembali duduk di sampingku dan menatap layar leptopku.
Aku terdiam sejenak. Yah, padahal aku pengen banget jus jeruk.
"Mau gak? Aku habisin nih?" tanyanya lagi.
Aku tidak kuasa menolak karena jus jeruk adalah kesukaanku.
Aku merampas jus itu dari tangannya dan tanpa pikir panjang lagi, aku meminumnya. Segarnya.
Saat aku hendak mengembalikan sisa jus jeruk itu ke Bayu, aku melihat wajahnya senyum dan hampir tertawa.
"Kenapa?" tanyaku heran.
"Gak, gak ada. Aku hanya merasa geli aja karena kamu minum jus dari tempat yang sama denganku. Kamu lihat ini," Bayu menunjukkan ujung gelas plastik jus jeruknya itu.
"Semuanya udah bekas mulutku dan kamu hanya menggunakannya dengan tenang," lanjutnya.
Aku manatapnya, mencari akal untuk membalasnya.
"Bukankah kita pacaran?" ucapku dengan nada rendah, seakan pura-pura meragukan ucapanku itu.
Tepat setelah aku mengatakan itu, Bayu terbatuk-batuk.
Untung saja jus jeruk itu sudah sepenuhnya masuk ke dalam perutnya, kalau tidak, mungkin dia akan mengeluarkan jus jeruk itu dari hidungnya.
Aku tersenyum menang dan menepuk-nepuk punggungnya. Skakmat…, lagian sih.
Aku mengelus punggungnya.
"Mau minum air putih?" tanyaku dengan nada ringan dan masih tetap tersenyum penuh kemenangan.
Aku menyodorkan botol minumanku kepadanya.
Dia pun meminumnya.
"Kamu tau? Aku sudah meludahi semua pinggiran botol minumku itu, dan kamu meminumnya dengan tenang," ucapku tersenyum kecil sembari memasukkan leptopku ke dalam tas ku dan hendak pergi karena sudah waktunya lanjut kuliah.
Dia tidak berkata apa-apa dan menutup botol minumku. Dia melihatku dengan ekspresi aneh yang sulit kugambarkan.
"Hehehe.., Dadah..," ucapku tertawa menang, kuambil botol minumku dari tangannya dan melangkahkan kakiku menuju gedung fakultasku.
"Sha...," panggilnya tiba-tiba menghentikan langkahku.
Bayu memegang tanganku hingga membuat aku sepenuhnya menghadap dia.
Di luar pikiranku dan secara tiba-tiba, Bayu mencium pipi kiriku. Cup.
Aku terkejut setengah mati dan menatapnya tajam.
"Kamu ngapain?" Aku membuka mulutku dan ekspresiku panik.
Aku melihat sekelilingku dan mampuslah aku, banyak orang walaupun aku tidak tahu mereka melihat atau tidak.
Aku malu, malu banget dan hanya bisa menunduk kecil dan memberikan isyarat kepada Bayu seakan mengatakan apa yang dia lakukan siang bolong begini.
Seakan pura-pura tidak tahu, dia hanya tersenyum senang dan masih tetap melihatku.
Aku memainkan mataku namun dia tidak mengerti. Hingga membuat aku terpaksa berbisik dan mengatakan "Kamu gak kuliah?"
"Oh iya, aku ada kelas. Duluan ya. Dadah Shalom sayang," bisiknya dekat banget telingaku, membuatku merinding.
"Dasar Bayu …, ahhh.., gak bisa ngatain kan," ucapku lalu memasuki gedung fakultasku.