"Bila hidup bisa memilih, siapa sih yang tak ingin memilih punya hidup yang sempurna?"
-Kimberly Loena-
Jangan lupa buat VOTE ya!
Happy reading!
*****
"Gue pulang duluan Kim!" Teriak Trias.
"Oke!"
Kim membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Gerakkan Kim terhenti. Menatap sekelilingnya lamat-lamat. Nampak ada yang aneh. Kim masih sibuk menjelajahi ruangan kelasnya. Kim berjalan pelan menuju meja paling belakang pojok kanan ruangan sambil menggendong tasnya sebelah. Kim mulai menelusurinya. Tidak ada apapun. Kim menghembuskan napas lega, dan berbalik arah meninggalkan kelas.
Di lorong koridor, Kim sempat memikirkan sesuatu tentang Bara. Tiba-tiba dia muncul, dan sekarang tidak. Agak sedikit janggal memang. Tapi Kim tidak tau itu.
Kim memutuskan segera meninggalkan sekolah. Pikirannya sedang kacau sekarang. Dia ingin melampiaskan semuanya pada samsak tak bersalah miliknya di rumah. Menumpahkan semuanya dengan memukulinya.
*****
Kim berjalan menyusuri jalan sendirian. Sambil sesekali menendang-nendang botol kaleng. Meskipun komplek perumahan disekitarnya tidak terlalu sepi, tapi Kim lebih memilih berjalan kaki saat pulang. Menurutnya lebih menyenangkan.
"Hai! Kim!" Sapa seseorang tak jauh dari dirinya berjalan.
Kim mendongak. Melengos saat nama dirinya disebutkan. Ternyata Grace. Gadis cantik yang sangat ramah, yang selalu menyapa Kim saat pulang sekolah. Kim hanya mengangguk saja.
"Eh! Tunggu dulu!" Teriak Grace.
Kim kembali terhenti. Sambil menghela napas pelan.
"Kim, boleh gue nanya sesuatu?"
"Apa?" Jawab Kim datar.
"Loe saudaranya Ando ya?" Tanya Grace dengan mata berbinar.
Kim mengerutkan dahinya, bingung bukan main "Kenapa emang?"
"Boleh titip surat ini buat Ando?" Terlihat Grace sangat antusias sekali. Kim hanya mengangguk dan menerima surat bersampul pink itu.
"Oke, makasih Kimberly." Ucapnya, yang hanya diangguki oleh Kim.
Kim kembali berjalan menuju rumahnya yang tinggal beberapa meter lagi. Kim menimbang-nimbang kira-kira apa isi surat yang Grace beri untuk Ando lewat dirinya.
"Isinya apa sih? Kenapa nggak nganter sendiri aja? Nyusahin emang!" Gerutu Kim sambil memasuki pekarangan rumahnya yang cukup dari kata luas.
Kim masuk ke dalam rumah. Dan untuk pertama kali Kim tidak melihat Ando diruang tamu. Yang biasanya sudah duduk manis disana menunggu dirinya. Kim memutar tubuhnya menuju kamar, berniat mengganti baju seragam nya dengan baju biasa.
Selesai mengganti seragam, Kim langsung turun lagi menuju ruang tamu, mungkin saja Ando sudah ada disana. Tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda adanya Ando disana. Kim memutuskan menuju tempat biasa dirinya memukuli samsak. Dan terdengar suara dari sana. Dan ternyata selama ini Ando ada disana bersama Algi yang sedang menemani.
"Eh! Loe udah pulang?" Tanya Ando dengan napas yang menderu hebat, keringat bercucuran, penampilannya berantakan. Tapi terlihat seksi, dengan efek yang dihasilkan oleh keringatnya.
"Nih ada surat dari Grace." Kim mengulurkan suratnya pada Ando.
"Apaan nih isinya?"
"Mana gue tau." Kim acuh tak acuh sambil berjalan mendekati samsak.
"Eh! Loe mau kemana?"
"Mau main." Balas Kim asal.
Kim mengambil kain yang ada tak jauh dari sana, lalu membebatkan ke tangan. Siap untuk menghantam samsak tak bersalah itu.
Algi yang melihatnya saja ngeri, apalagi siswa yang pernah dihabisi oleh tangan mulus Kim yang ternyata sangat sadis. Kim tidak perduli dengan Algi dan Ando yang sedang duduk menonton dirinya. Algi meminta kepastian pada Ando dengan apa yang Kim lakukan sekarang.
"Do, dia tiap hari gini?" Algi penasaran juga akhirnya.
"Ya begitulah." Balas Ando dengan senyum terukir di sudut bibirnya.
"Pantas aja sakit." Celetuk Algi.
"Sakit? Maksud loe apaan?"
"Gue pernah dipukul pake bola basket, rasanya sakit dan nyeri banget sumpah." Ungkap Algi.
"Anjir! Sampe segitu nya?"
"Hmm."
Kim yang mendengar langsung menyahut, "Woy kalo ngomongin orang jangan didepan orangnya bego!"
"Kenapa emang? Nggak boleh?" Ujar Ando.
"Bangke, loe Do. Gue tabok loe dosa nggak ya?"
"Gak tau tuh." Ando terkikik puas setelah menggoda Kim.
"Puas ngetawain gue hah?"
"Belom."
"Gue tabok beneran loe baru tau rasa!" Ancam Kim.
"Tabok aja, apa susahnya emang?"
"Nggak jadi lah."
"Kenapa?"
"Ada saksi disini, nanti gue viral lagi terus disangkanya mencabuli loe."
"Anjay! Dasar cewek gak punya perasaan."
Kim kembali melanjutkan menghantam samsak didepan nya. Hampir tiga jam Kim belum menyudahi permainannya. Hingga suara khas dari dalam ruang tamu meneriakinya untuk segera bergegas membersihkan diri.
"Kim! Cepet mandi! Dari tadi nggak selesai-selesai! Buruan!" Teriak Ayah dengan lembut memarahi putri semata wayangnya dari jauh.
Kim mendesah kesal, dia belum puas memukuli samsak miliknya. Kim mulai menggerutu tidak jelas.
"Tuh Ayah udah teriak-teriak, mending loe cepet kesana. Dari pada kena hukuman loe." Ucap Ando yang masih setia menonton dirinya bersama Algi.
"Bawel loe!" Sungut Kim dan berjalan menuju kamarnya.
Algi hanya bisa menatap kepergian Kim. Algi sudah berjam-jam duduk disana bersama Ando. Demi melihat kebiasaan yang Kim lakukan dirumah.
"Gi, gue juga mau bersih-bersih dulu. Mending loe nunggu didalam aja sama Ayah. Dari pada loe duduk sendiri disini, bisa-bisa kesetanan loe." Ujar Ando pada Algi yang diangguki oleh Algi.
*****
"Lah ngapain loe masih disini?" Tanya Kim yang sudah bergabung diruang tamu.
"Kalo sama tamu tuh jangan kayak gitu Kim. Dia juga kan temen kamu, masa kayak gitu." Ucap Kim.
"Ini kan udah malam Yah, masa dia nggak pulang-pulang? Kalo orang tuanya nyariin gimana? Ayah mau tanggung jawab emang?" Balas Kim sambil duduk disamping Ayah.
Ayah kemudian melirik ke arah Ando dan Algi. Meminta kepastian dari mereka berdua.
"Oh iya Yah, Algi mau nginep disini boleh nggak? Sekalian ngajarin Ando pelajaran kimia." Sahut Ando.
"Kan udah ada Kim, kenapa nggak minta tolong dia aja? Daripada tiap hari mukul-mukul samsak terus." Sahut Bunda sambil membawa nampan yang berisi minuman dan makanan.
"Iya Do kan udah ada Kim, kamu bisa minta tolong dia." Setuju Ayah.
"Kalo diajarin sama Kim, Ando nggak ngerti-ngerti Yah." Balas Ando sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Loe nya aja yang melehoy!" Tukas Kim.
"Ya sudah kalau Algi mau nginep disini, lagian kalo cuma Kim sama Ando aja yang ribut kan nggak seru. Iya nggak Yah?"
Ayah hanya mengangguki apa yang Bunda katakan. Sedangkan Kim sudah sejak tadi bete. Algi yang melihatnya sekilas terkekeh. Terlihat lucu dan menggemaskan. Ingin rasanya Algi membawa Kim pulang ke rumahnya untuk dijadikan peliharaan. Eh! Jangan. Terlalu jahat kedengarannya.
"Al, loe kok diem mulu? Sakit?" Tanya Ando yang mulai merasa aneh.
"Eh! Enggak. Gue cuma nggak mau ganggu kalian aja." Balas Algi.
"Gak pa'pa kali Al, sesekali loe boleh kok ikutan nimbrung. Dari pada diem-dieman aja, gak asik."
"Tapi-"
"Tenang aja, Ayah sama Bunda baik kok. Mereka udah nganggep orang yang ada didalam rumah ini sebagai anggota keluarga."
"Tapi, kok Kim beda banget ya sama kedua orang tuanya? Dia malah urakan banget."
"Loe nggak tau ceritanya Al."
"Cerita apa? Selama gue satu sekolah sama dia, nggak pernah ada tuh cerita masa lalu Kim di sekolah. Emang dulu dia kayak apa?" Algi tidak bisa menahan hasrat ke ingin tahuannya yang mulai membeludak.
"Nanti juga loe tau sendiri." Balas Ando lalu bangkit dari sana menuju kamarnya.
Algi masih duduk termangu memikirkan semuanya.
"Woy! Masih ngejogrog disitu aja loe. Ayo buruan."
"I-iya." Sahut Algi.
*****
Maaf telat repost...
Nantikan terus kelanjutannya ya...
Akan ada sesuatu yang terungkap kayak nya...
Salam
enihnindi