Chereads / Aku, Kamu & Mimpi / Chapter 16 - 15. Terserah

Chapter 16 - 15. Terserah

"Andai aku bisa jadi tokoh utama dalam ceritanya. Mungkin, aku akan lebih bahagia hidup disebuah novel yang akan happy ending diakhir ceritanya."

-Diki Septian-

VOTE and COMMENT nya jangan lupa ya!!

Happy reading!!! :*

*****

Kim menghempaskan tubuhnya sembarangan diatas busa empuk. Merentangkan tangannya selebar mungkin. Mencoba melepaskan semua kepenatan seharian ini. Kim perlahan memejamkan matanya.

Tok..Tok..Tok..

Kim mendesah kasar. Mulai bangkit dari zona nyaman nya. Berjalan sambil menggerutu tidak jelas. Dan sesekali terdengar sederetan sumpah serapah yang keluar dari bibir mungil Kim.

"Apa!" Sergap Kim langsung.

"Santai dong, Kamu kenapa sih? Marah-marah mulu dari tadi pulang sekolah? Lagi PMS ya?" Tanya Bunda.

"Nggak kok Bun." Jawab Kim kembali melunak.

"Terus kenapa?"

"Nggak pa'pa Bun. Kim lagi capek aja." Balas Kim malas.

"Ya udah sana kamu temenin Ando sama Algi, kasihan Algi dari tadi dimarahi Ando terus."

"Kenapa harus Kim Bun? Kan Ando nggak mau Kim ajarin, masa-"

"Ssttt! Udah sana. Jangan ngebantah omongan Bunda, oh iya sekalian bawain mereka minum sama buah Bunda udah siapain di dapur. Kamu tinggal bawa kesana aja, sekalian Bunda siap-siap buat makan malam." Jelas Bunda panjang lebar.

"Iya Bun." Balas Kim dengan malasnya melangkahkan kakinya menuju kamar Ando.

*****

Kim menerobos masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan apapun. Kim meletakkan nampan yang berisi minuman dan buah. Algi yang merasa sedikit aneh dengan kedatangan Kim tiba-tiba menoleh. Menatap lamat-lamat Kim.

"Apa!" Seru Kim mengagetkan Algi yang sedang memperhatikannya diam-diam.

"E-. Loe kok nggak ketuk pintu dulu?" Balas Algi gugup.

"Dia udah biasa keluar masuk kamar gue, bahkan sering tidur dikamar gue." Jelas Ando dengan santai nya.

"Serius loe?"

"Jangan mikir yang macem-macem loe! Emang gue cewek apa'an." Kim kesal sambil naik keatas kasur.

Ando terbahak. Melihat raut wajah Kim yang kesal setengah mati. Kim masih terus menggerutu tidak jelas. Algi yang baru pertama kalinya melihat Kim tidak bisa melawan saat Ando terus menggodanya. Kim tengkurap diatas kasur sambil memainkan ponselnya.

"Kim loe ngerti soal yang ini nggak?" Tanya Ando setelah puas menertawakan Kim.

"Soal apa emang?" Tanya Kim sambil terus mempertahankan posisinya.

"Kimia. Loe bisa kan?"

"Coba sini gue liat." Ujar Kim sambil mengulurkan tangannya meminta lembar soal.

Kim meneliti setiap kata dari soal tersebut. Mencermati setiap perintah yang tertera.

"Oh gitu." Seru Kim sambil manggut-manggut mengerti.

"Loe kenapa?" Tanya Algi, kini mulai bersuara.

"Gak pa'pa."

"Lah terus loe tadi ngapain?"

"Loe berdua emang bego ya, ini soal udah pernah ada di olimpiade tahun kemarin." Jelas Kim enteng.

"Serius Kim?" Algi mulai tak percaya.

"Ya gue serius lah, masa gue bo'ong."

"Cara pengerjaannya gimana?"

"Sini kertas sama pulpen. Gue butuh oretan."

"Kalo jawabannya aja?"

"Hah? Jawabannya? Hahaha." Kim tertawa renyah. "Loe bego ya? Ini soal esai, mana ada jawaban langsungnya. Payah!" Kim mengambil sendiri kertas yang ada ditangan Algi.

Tangan Kim mulai menari-nari diatas kertas, dengan semua rumus, molekul, dan semacamnya.

"Nih." Kim menyerahkan lembar kertas yang sudah penuh dengan coretan. "Loe pahami sendiri aja."

"Tapi kan-"

"Nggak usah protes loe, masih untung gue kerjain tuh soal. Masih aja nawar." Kim kembali keatas kasur dan mulai merebahkan tubuhnya.

"Makanya gue nggak mau diajarin sama Kim, udah tau gue nggak ngerti malah disuruh memahami sendiri. Kan kampvrets emang!" Bisik Ando pada Algi.

Kim kembali sibuk dengan ponsel pinter nya. Sesekali menggeliat, mengganti posisinya. Mencari letak paling strategis.

"Kim loe nggak belajar?" Tanya Algi yang memang sudah sedari tadi gatal untuk menanyakannya.

"Ini gue lagi belajar." Balas Kim sambil terus memperhatikan ponselnya.

"Kok main hp terus?" Kini Ando ikut bersuara.

Kim menghela napas pelan, "Ya ini gue lagi belajar dodol! Loe nggak liat?" Kesal Kim.

"Tapi-"

"Gue belajar dari sini bego! Jaman udah modern, masih aja pake buku-buku tabel yang berat-beratin tas aja." Ujar Kim sambil menunjukkan pdf diponselnya.

"Oh!" Serempak mereka berdua ber-oh ria.

"Pantas loe betah mainan hp." Timpal Ando.

"Terserah! Gue mau turun." Kim bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar Ando.

"Loe mau kemana?"

"Mau makan!"

*****

"Kim, nanti kamu mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Ayah langsung menyomot topik pembicaraan.

Kim menghentikan aktivitas makannya lantas berfikir. "Kim belum tau Yah." Balas Kim.

"Kamu harus pikirin dari sekarang. Memangnya kamu mau jadi apa?" Tanya Ayah lagi.

"Jadi orang." Ucap Kim seenak jidat nya.

"Maksud Ayah, cita-cita kamu mau jadi apa?"

"Entah." Ujar Kim tak acuh.

"Hadeh!" Bunda menepuk jidatnya.

"Kalo Ayah boleh saranin nih, Kamu sekolah dokter aja. Biar kalo Ayah sama Bunda udah tua ada yang ngerawat."

"Kalo gitu Kim nggak bisa ngobatin atau ngerawat pasien lain dong."

"Ya nggak gitu juga Kim." Timpal Bunda.

"Terserah nanti deh. Kim lagi belum mau bahas masalah kuliah, Kim masih mau berpetualang dimasa remaja Kim." Balas Kim sambil mengunyah.

"Kalo kamu gimana?" Tanya Ayah pada Ando.

"Nah iya, Ando mau sekolah dimana? Kalo bisa sih satu kampus ya sama Kim." Tawar Bunda.

"Kalo Ando sih kayaknya kuliah di jerman Yah, Bun."

"Kalo Algi gimana?"

"S-saya sih pengen nya sekolah di Indonesia aja dulu om, tante." Algi gugup.

"Oh gitu, bagus deh kalo gitu mah. Jangan kayak Kim, dia mah nggak jelas mau sekolah dimana." Seru Bunda.

"Iya Bunda, Kim tau. Tapi kalo Kim udah sukses, Bunda nggak usah nganggep Kim anak Bunda ya." Gertak Kim.

"Eh! Jangan dong. Nanti Bunda siapa yang ngurus?"

"Noh, udah ada Ando sama Algi yang bakal ngurus Bunda." Jawab Kim sambil pergi meninggalkan ruang makan.

"Kim jangan gitu dong, Bunda bercanda." Seru Bunda.

"Bercanda sih bercanda Bun, tapi ya setidaknya hargai Kim! Nggak usah ngejatuhin!" Timpal Kim sudah terlanjur sakit hati.

"Bunda minta maaf Kim!"

"Kata maaf nggak akan cukup untuk membayar semua yang udah terlalu sering Bunda katakan pada Kim! Kim nggak butuh maaf dari Bunda!" Kim berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Ando yang melihat Kim sampai semarah itu kini mulai tergerak hatinya. Jadi ini alasan Kim menghabiskan waktu hanya untuk menghindari kata-kata dari Bunda. Ando bangkit dari duduknya, berjalan menuju kamar Kim.

Tok..Tok..Tok..

Pintu kamar terbuka. Terlihat Kim tengah duduk disamping ranjang kamar tidurnya. Ando melangkah perlahan mendekati Kim. Mencoba menghibur Kim.

"Nggak usah diambil hati." Ucap Ando meneguhkan hati Kim.

"Gue capek Do, denger semua ini. Setiap hari gue dicaci-dimaki. Gimana gue nggak marah. Gue kan bukan siapa-siapa mereka. Gue cuma numpang disini." Balas Kim dengan air mata yang sudah mengalir dikedua pipinya.

"Ssttt! Loe nggak boleh ngomong gitu. Loe kan cewek yang kuat, loe pasti bisa ngelaluin ini semua."

"Gue nggak tau harus gimana lagi. Kesabaran gue udah mulai habis. Gue bingung Do." Isak tangis Kim mulai terdengar.

"Udah jangan nangis didepan gue terus. Pasti akan ada petunjuk buat loe nanti. Tuhan maha tahu. Dia akan ngasih tau loe dimana mereka sekarang. Loe tenang aja, disini ada gue yang selalu siap membantu loe kapan pun." Jelas Ando.

*****

Hmmm...

Kira-kira apa ya?

Tunggu terus kelanjutannya, akan ada ke jutan yang menanti...

Dan makasih buat yang udah baca cerita ini..

Vote'n comment nya masih ditunggu nih..

Salam

enihnindi