"Cinta itu rasa. Cinta itu rumit. Cinta itu magic. Cinta itu membunuh. Dan cinta itu luka."
-Ando October Tarigan-
Happy Reading gaes!!!
*****
Pukul tujuh pagi. Kim sudah terbangun dari tidurnya, dan bersiap berangkat terlebih dahulu. Ando yang melihatnya saja agak sedikit bingung dengan sikap Kim yang dalam delapan jam berubah drastis. Setelah semalam Ando menemaninya menenangkan perasaan Kim.
"Kim sarapan dulu." Ujar Bunda.
Kim tidak bergeming. Berjalan menuju pintu rumah dan menghilang dari sana.
"Kim kemana? Belum bangun dia?" Tanya Ayah pada Bunda yang tengah menyiapkan sarapan.
"Dua udah berangkat duluan, kayak ya dia masih marah gara-gara Bunda tari malem. Nanti sepulang Kim dari sekolah, Bunda coba minta maaf." Jelas Bunda.
*****
Kim berjalan kaki menuju sekolah. Sambil terus menunduk, tak sengaja Kim menabrak seseorang didepan.
"Aduh!" Pekik seseorang didepan nya.
"Eh! Maaf, maaf. Gue nggak sengaja. Sini gue bantu." Kim membantu merapihkan barang-barang yang dia tabrak tadi.
"Loe orang sini?" Tanya pemuda dihadapan nya.
"Iya. Loe orang baru disini?" Tanya Kim sambil bangkit.
"Iya, kebetulan kemaren sore gue baru pindah disini. Btw,nama loe siapa?"
"Oh, kenalin gue Kimberly. Panggil aja Kim." Ujar Kim sambil mengulurkan tangannya.
"Gue Genta. Salam kenal." Ujarnya.
"Oh iya, gue buru-buru berangkat sekolah nih. Maaf ya, lain kali lanjut lagi."
"Loe sekolah dimana emang?" Tanya Genta.
"SMA Nusa Bangsa."
"Oh kalo gitu loe bareng gue aja. Gue juga kebetulan mau pindah sekolah disitu."
"Tapi-"
"Nggak perlu nolak. Ayo loe masuk dulu."
"I-iya." Kim akhirnya menurut saja, dan membuntuti Genta.
*****
Sekolah sudah ramai sedari tadi. Banyak siswa siswi yang hilir mudik melintasi gerbang sekolah. Banyak yang menatap Kim dengan tatapan tak percaya, satu minggu yang lalu Kim menggandeng Ando. Dan sekarang berganti lagi dengan menggandeng Genta.
"Kim kok banyak yang natap loe gitu amat?"
"Bodo amat! Yang sirik mah sirik aja Ta, gue mah nggak perduli." Jawab Kim tak acuh.
Genta hanya bisa mengulum senyum, sambil terus membuntuti Kim dari belakang.
"Lanka banget gue ketemu sama model cewek kayak dia. Udah cantik, cuek, dan gak perduli sama penampilan lagi. Gue suka!" Batin Genta denga terus mempertahankan senyumnya.
Kim tiba-tiba saja berhenti, "Oh iya Ta, maaf nih gue nggak bisa nganter loe ke ruang kepsek. Soalnya ada urusan yang harus gue selesaiin."
"Tapi gue gak tau ru-"
"Tanya siswa lain aja! Bye!" Teriak Kim sambil meninggalkan Genta.
"Hadeh! Masalah lagi." Gerutu Genta.
*****
Kim baru saja sampai di tempat biasa dia bersama teman-teman rusuhnya berkumpul. Yang biasa sering tawuran, bolos bareng-bareng, sampai dihukum pun bareng-bareng.
"Wih! Panglima dateng!" Teriak Iyan memberi tahu.
"Lama banget loe Kim!" Gerutu Vidy.
"Sorry, gue ada masalah dijalan tadi." Balas Kim dengan santai.
"Masalah dijalan apa masalah sama anak baru yang loe anter tadi?" Ledek Karin.
"Anak baru? Cewek apa cowok?" Tanya Sheila antusias.
Ya beginilah kondisi teman-teman nya yang abstrak ini. Dikata sedikit tidak waras juga kurang pas. Tapi yang jelas mereka menyenangkan untuk diajak ngobrol. Tidak seperti siswa-siswa lain, yang sifat jaim nya keluar seketika dihadapan guru. Padahal kebiasaan mereka lebih buruk dari teman-teman Kim yang tampil secara natural tanpa dibuat-buat.
"Cowok!" Balas Joe.
"Serius loe? Orangnya kayak gimana? Baik, perhatian? Atau-"
"Bisa diem nggak loe? Berisik tau!" Tukas Kevin.
Sheila langsung cemberut. Setelah mendengar suara menakutkan Kevin. Kim hanya bisa diam menyimak, tanpa ikut terlibat pembicaraan masalah Genta.
"Kim loe kok diem aja dari tadi?" Tanya Vidy.
"Loe-loe nya pada ngomongin anak baru, ya gue diem lah. Ngapain juga ikutan nyahut, malah tambah panjang kemana-mana nantinya bego!"
"Terus kita mau menjalankan misi apa sekarang hokage?" Tanya Joe dengan polos nya.
"Tayo! Bisa gak loe nggak bercanda sekarang?" Tukas Kevin mulai kesal.
"Nggak!"
"Anjir!"
"Eh! Loe berdua, bisa diem nggak sih? Bisa-bisa nggak kelar-kelar nih!"
Akhirnya Joe dan Kevin diam, setelah mendapat pelototan gratis dari Vidy yang memang diciptakan menjadi gadis yang super galak dan bongsor itu.
"Oke, jadi gini. Tadi pagi, gue denger SMA Bima Sakti mau ngajak kita tawuran." Jelas Kim.
"Gue nggak mau ikutan lagi deh Kim! Gue nggak mau nyokap gue serangan jantung lagi gara-gara gue ikut tawuran." Potong Sheila.
"Gue juga nggak mau Kim, nanti gue disuruh pindah sekolah." Balas Iyan.
"Sebenarnya gue juga nggak mau gaes, sebab gue udah janji sama Ayah dan Bunda nggak akan ikut tawuran lagi. Tapi kita liat aja nanti, oke?" Ujar Kim.
"Oke!" Seru mereka serempak.
"Ya udah, gue cabut duluan." Seru Kim.
"Buru-buru amat loe Kim, biasanya juga nongkrong disini dulu sama kita-kita. Lagi kenapa sih loe?" Ucap Kevin.
"Ada ulangan matematika." Jawab Kim kelewat polos.
"Elah! Matematika doang sih loe nggak usah belajar. Gue percaya kok, paralel semester ini pasti bisa loe ambil lagi." Balas Joe asal.
"Bukan masalah paralel nya Tayo!"
"Terus apa'an?"
"Kim kan mau ikut olimpiade bego! Dia harus belajar ekstra." Balas Kevin.
"Ah! Kelamaan loe, gue cabut duluan. Bye!." Kim akhirnya pergi meninggalkan mereka yang masih ribut-ribut nggak jelas.
*****
Bel istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kim sudah bertengger di kantin sebelum bel istirahat berbunyi. Jika itu sih wajar saja, karena Kim sudah biasa berada di kantin di jam-jam begitu. Tapi yang membuat Kim sedikit aneh, karena biasanya dia hanya makan atau nggak cuma nongkrong disana. Sekarang Kim tengah disibukkan dengan berlembar-lembar kertas yang berserakan kemana-mana. Dengan ditemani Trias yang masih mau menemani sahabatnya yang sedikit kurang waras.
"Kim, gue bosen nih. Gue ke kelas ya?" Keluh Trias yang sudah kusut minta ampun.
"Bentar! Dikit lagi juga kelar." Gerutu Kim sambil terus membolak-balik setiap kertas sambil terus coret sana coret sini.
"Dari tadi bentar-bentar mulu! Kapan kelarnya?"
"Bentar lagi, sabar napa! Gue kesel nih!"
"Keselan mana sama gue hah? Loe pikir gue nggak kesel apa nungguin loe dari setengah jam yang lalu?"
Kim menghela napas sambil meletakan kertas dan pulpen, "Ya udah loe boleh ke kelas. Gue nggak bisa nahan loe lebih lama lagi. Dan sorry, gue udah nyita banyak waktu loe buat nemenin gue yang nggak begitu penting dimata siapapun."
Seketika raut wajah kesal Trias berubah menjadi raut wajah yang terlihat bersalah. Trias menunduk dalam. Tak berani menatap mata elang Kim yang sangat liar.
"Gu-gue minta maaf Kim. Gue nggak bermaksud menyakiti hati loe. Gue cuma-"
"Gue nggak butuh maaf dari loe." Balas Kim dingin.
"Tapi kan gue cuma bermaksud-"
"Ngapain loe masih disini?" Ujar Kim tambah dingin.
Trias hanya bisa menunduk takut. Tak berani menyangkal ucapan dari Kim.
"Gue ke kelas duluan Kim, sorry." Ucap Trias pelan.
Kim tak bergeming sedikitpun sambil terus mencoret-coret kertas ditangan nya.
"Sejujurnya, gue nggak mau buat loe kesel ke gue Kim. Gue cuma nggak bisa ingkar atas janji gue ke Ando sama Algi. Maaf Kim, gue ngelakuin ini buat loe juga." Batin Trias sambil meninggalkan Kim sendiri di kantin.
*****
Alhamdulillah...
Maaf banget ya, repost nya agak lama...
Lagi sibuk terus nih sama tugas yang terus menggunung...wkwkwk...
Eh, malah curhat..
Tunggu kelanjutan dan kejutan di tiap part nya..:-)
Salam
enihnindi