"Boleh aku memilih? Jika diizinkan aku akan memilih mimpiku dari pada permintaan mu."
-Kimberly Loena-
Happy reading!!! :-)
*****
Kim menatap tiang bendera dengan mata setengah terpejam. Sudah hampir dua jam Kim berdiri sendirian disana. Banyak pasang mata yang melintas dengan terus berbisik-bisik. Kim tidak perduli. Dia tetap menjalankan hukumannya dengan benar walau hanya separuh kesadaran.
Bukk...
Kim merasa ada yang melemparkan sesuatu dibalik punggungnya. Kim mengaduh pelan. Seketika raut wajah Kim berubah 90%. Dia mulai kesal setengah marah. Kim berbalik badan dan menghampiri si empu yang melemparinya dengan bola. Tangan kanan Kim terkepal kuat. Mata elang yang sedari tadi meredup, sekarang kembali liar. Wajahnya terlihat beringas, bak singa yang akan menerkam mangsanya.
"SIAPA YANG LEMPAR GUE?!" Teriak Kim sangat kesal.
Semuanya diam. Tidak ada yang bergerak sedikitpun. Bahkan angin pun tidak berani lewat. Semuanya seperti terhenti.
"WOY! JAWAB! SIAPA YANG LEMPAR GUE?! GUE NGOMONG SAMA TEMBOK?! PADA PUNYA MULUT NGGAK SIH LOE SEMUA?!" Kim semakin menjadi. Kemarahannya tidak tertahan.
Kim berjalan menghampiri salah seorang yang tengah memegang bola ditangannya. Kim merebutnya dengan kasar. Mengacungkan bola setinggi mungkin. Melihat ada yang mengganjal, ibu Lynn keluar dari dalam kelas. Memperhatikan semuanya.
"HAI KIM! KAMU LAGI APA HAH?! BERANI KAMU MENINGGALKAN HUKUMAN DARI SAYA?!" Teriak ibu Lynn dari pintu kelas lain.
"BISA DIEM NGGAK SIH LOE!" Bantah Kim tanpa tanggung sambil melemparkan bola ke sembarang arah.
"HEH! KIM! KAMU MAU KEMANA! BERANI KAMU YA NINGGALIN HUKUMAN SAYA!" Teriak ibu Lynn yang mulai kesal.
Kim pergi begitu saja tanpa memperdulikan ocehan ibu Lynn. Kim berjalan menyusuri koridor dengan tangan yang masih terkepal dan wajah dingin. Setiap siswa yang berpapasan dengan Kim langsung menunduk atau berbalik arah. Mereka sangat takut dengan Kim saat ini. Dan mereka tidak mau menjadi korban pelampiasan kekesalan Kim.
*****
Kim duduk dibawah pohon belakang sekolah sendirian. Tempat yang sering Kim kunjungi jika ingin bolos maupun sekedar menenangkan jiwanya yang sedang terusik. Tempat yang sangat jarang sekali dijamah oleh siswa lain. Mereka tidak tau saja, begitu menyenangkan duduk dibawah pohon besar dengan rumput yang terpotong rapi sebagai alasnya. Bagi Kim inilah yang sangat dia butuhkan untuk menenangkan dirinya yang tak terkendali.
Kim menyumbat telinga nya dengan handset yang dia bawa. Memutar sebuah lagu untuk menetralkan perasaannya sekarang. Mata Kim terpejam. Hendak merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya dengan lembut. Kim terus larut dalam suasana yang ada disekitarnya sekarang. Hingga sebuah gumaman pelan terdengar hingga ke telinga Kim.
"Udah nggak marah lagi kan?" Gumam seseorang pelan dari samping kanan Kim duduk.
Kim membuka kelopak matanya dan memutar kepalanya empat puluh lima derajat. Menatap bingung pria tak dikenal yang sekarang duduk bersebelahan dengan Kim. Kim mengerutkan dahinya hingga terlihat lipatan disana. Pria itu hanya mengulum senyum pada Kim.
"Loe nggak kenal gue ya?" Tanya pria itu dengan raut wajah kecewa.
Kim membalas dengan gelengkan pelan. Sejak kapan Kim kenal dengan pria yang satu ini. Memang benar bahwa Kim terkenal dikalangan kaum adam. Tapi Kim tidak pernah mengenal siapapun yang sering mengirimi nya bunga, coklat, boneka, dan entah apalagi.
"Loe emangnya kenal sama gue?" Kim mulai bersuara.
"Iya, gue kenal sama loe."
"Tapi maaf gue nggak kenal loe. Dan baru pertama kalinya gue liat loe ada disini." Jujur Kim.
"Kalo gitu kenalin, gue Bara. Orang yang pernah loe tampar. Salam kenal." Ujarnya pada Kim.
"Kimberly. Loe bisa panggil gue Kim." Balas Kim tanpa ragu.
"Iya gue tau." Balas Bara sambil manggut-manggut, "sejak kapan loe suka duduk dibawah pohon ini?"
"Sejak gue sering bolos." Jawab Kim santai.
"Kenapa loe bolos?"
"Gue nggak terlalu suka dengan peraturan yang ngatur-ngatur gue. Gue ingin bebas, gue paling nggak suka diatur." Jelas Kim.
"Tapi kenapa loe masih bertahan disini? Padahal loe udah berkali-kali bolos, diskors, dan sering keluar masuk ruang BK." Bara bingung sendiri jadinya.
"Karena guru disini melarang gue pindah ke sekolah lain. Apalagi kepala sekolahnya."
"Alasannya?"
"Ya alasannya hanya sesimpel ini."
"Apa emang?"
"Gue siswa paling cerdas yang pernah sekolah disini. Dan itu juga berpengaruh pada gue. Gue harus dapat peringkat paralel, dan itu yang membuat para guru kagum sekaligus tidak percaya."
"Kenapa nggak percaya? Kan padahal udah jelas loe yang dapat paralel nya. Aneh memang."
"Gimana nggak percaya coba, secara gue kan urakan gini, mana ada yang yakin kalo gue dapet paralel."
"Iya juga sih. Eh tapi sorry nih, gue udah lencang nanya-nanya kek gituan."
"Nggak masalah. Gue juga nggak keberatan kok. Oh iya, gue mau ke kantin loe mau ikut gue atau mau tetap disini?" Ucap Kim sambil bangkit dari duduknya.
"Ya udah ayo, gue juga laper nih."
*****
Kim duduk sambil meminum susu kotak yang dia beli dan ditemani oleh Bara. Siswa lain yang tengah melintasi mereka berdua mulai mengeluarkan asumsi yang tidak-tidak mengenai Kim dan Bara. Mereka baru melihat Kim dan Bara berdua di kantin, selebihnya tidak. Kim dengan santai memainkan ponselnya tanpa memperdulikan sekitar. Sedangkan Bara merasa terlihat risih dengan tatapan mereka yang tidak mengenakan.
"Kim?"
"Hmm."
"Kim?"
"Apa?"
"Gue nggak nyaman." Gumam Bara.
"Kayak anak perawan loe." Tukas Kim.
"Anjing! Loe tuh nggak peka emang."
"Eh, monyet walaupun gue nggak peka tapi gue tetep hidup sampe sekarang."
"Dosa nggak sih kalo gue tabok nih cewek?"
"Situ ngomong apa boker? Baunya sampe sini."
Keduanya terbahak. Sampai-sampai banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Tapi mereka berdua tidak perduli.
"Kim?"
Kim tidak merespon. Masih terfokus pada ponselnya kembali. Bara mulai berdecak. Kesal karena Kim tidak merespon dirinya sedari tadi.
"Kim?" Panggil Bara lagi.
"Bangke! Manggil-manggil gue terus kayak gue nya budek aja." Tukas Kim kesal.
"Ya abis nya loe nggak respon gue sama sekali. Sibuk terus sama hp loe. Gue yang dari tadi manggil, nggak loe tanggepin."
"Gitu aja baper loe! Bangke emang."
Belum juga Bara mengatakan sesuatu. Melintas Algi dan Diki dibelakang Kim sambil terus memandang mereka berdua.
"Kim, gue balik ke kelas ya."
"Kok mendadak gitu?" Kim bingung dengan tingkah Bara yang tiba-tiba berubah.
"Gue lupa ada janji sama temen gue." Bohong Bara lalu diangguki oleh Kim.
Kim kembali fokus pada ponselnya sambil terus menghabiskan susu kotaknya. Kim mencoba membuka instagram miliknya. Ternyata followers nya meningkat. Hampir dua ribu followers Kim. Dan mayoritas para kaum adam yang sangat memuja kecantikan Kim.
Dan banyak pula netizen-netizen gila yang mengomentari berbagai postingan yang kim upload disana. Kim hanya bisa tersenyum miring saat membaca komentar mereka.
"Kurang kerjaan emang." Gumam Kim pelan.
"Siapa yang kurang kerjaan?" Tanya seseorang tiba-tiba.
Kim menurunkan ponselnya sedikit. Untuk melihat siapa tadi yang mengatakannya. Tepat didepan Kim duduk, Algi sudah bertengger disana tanpa sepersetujuan darinya.
"Ngapain loe disini?" Tanya Kim sinis.
"Justru gue yang nanya sama loe bego! Abis kemana aja tadi setelah ngamuk hah?"
"Gue?"
"Ya iya loe bego! Siapa lagi?"
"Anjing emang loe!" Timpal Kim.
*****
Maaf lama ya repost nya...
Moga suka sama part nya...
Salam
enihnindi