Chereads / Aku, Kamu & Mimpi / Chapter 10 - 9. Terlalu Merendahkan!

Chapter 10 - 9. Terlalu Merendahkan!

"Menyerah tanpa sebuah alasan itu konyol. Cari dulu alasan kenapa loe menyerah. Karena gue nggak menerima orang kayak loe yang dengan mudahnya bilang MENYERAH tanpa alasan apapun."

-Kimberly Loena-

Happy Reading!

*****

Kim masih berbaring diatas kasur empuk yang sekarang dia tempati. Wajar saja, Kim kan susah bangun kalo udah tidur. Dan untungnya ini hari minggu. Kim bisa bermalas-malasan seperti ini.

Tak lama setelahnya, terdengar suara-suara yang mulai mengusik ketenangannya menikmati hari libur dengan tidur sepuasnya. Kim mulai mengerang sambil menutupi kedua telinganya dengan bantal.

"Kim! Bangun! Ini udah jam 8 lebih! Kamu nggak sekolah emang?!" Teriak Bunda dari balik pintu kamar Kim.

"Ini hari minggu Bun! Kim masih mau tidur!" Sahut Kim dari balik bantal.

"Nggak baik anak cewek bangun siang! Ayo bangun!"

"Bunda bawel sih! Kim masih pengen tidur!"

"Kamu tuh ya! Dibilangin nggak pernah nurut sama Bunda! Ayo cepet bangun! Ini udah siang Kim!" Bujuk Bunda lagi.

Kim mulai jengkel sendiri. Kesal dengan Bundanya yang setiap harinya teriak-teriak terus. Kim bangun sambil mengerang frustasi dan beranjak dari sana.

*****

"Baru bangun anak gadis Ayah nih?" Goda Ayah yang sedang duduk diruang keluarga bersama dengan Ando.

"Gara-gara Bunda sih, ngebangunin Kim. Kan kesel!" Kesal Kim dengan kesadaran yang belum seutuhnya.

"Rambut loe kok kayak abis diacak-acak sama kucing sih? Berantakan banget." Timpal Ando.

"Kayak ada yang ngomong? Tapi kok gak ada orangnya ya?" Ujar Kim sambil celingukan.

"Udah sana mandi. Bau iler ih." Lanjut Ando lagi.

"Dimana orangnya? Kok cuma suaranya doang yang ada?" Ujar Kim lagi dan pergi begitu saja.

*****

Kim yang tengah asik bermain playstation seketika terusik karena kedatangan tamu yang tak diinginkan. Joe dengan santai nya menghampiri Kim yang tengah kesal karena kedatangannya yang begitu gaduh. Kim terus menggerutu tidak jelas sambil terus bermain dengan kesal.

"Kim."

"Apa?!" Sahut Kim acuh tak acuh pada Joe.

"Dih! Nih anak kok tiba-tiba kesel gitu ke gue? Gue kan baru dateng?" Sergah Joe sambil duduk disamping Kim yang sudah kesal luar biasa.

"Ngapain loe kesini? Kayak jalangkung loe, tiba-tiba muncul. Dasar anak tuyul!" Cercah Kim dengan terus mempertahankan posisinya.

"Terus aja terus ngata-ngatain gue, kalo gue gantengan dikit terus loe naksir ke gue awas aja loe. Gue langsung tolak, nggak ada nego-nego club."

"Loe pikir gue bakal naksir ke loe?" Toyor Kim tepat pada dahi Joe, "sorry, stok cowok ganteng didunia ini emang udah habis selain loe? Masih banyak jendol!" Toyor Kim lagi dengan kekehan kecil.

"Emang susah ya ngomong sama cewek jadi-jadian. Bisanya menghina ciptaan tuhan yang sungguh luar biasa ini!"

Kim hanya bisa terkekeh geli mendengar celotehan Joe. Karena entah sejak kapan Kim dan Joe jadi teman akrab dan dekat sekali setelah Diki tidak lagi dengan Kim. Justru Kim lebih nyaman bersama Joe yang konyol, humoris, dan kadang ngeselin ini. Menurut Kim, Joe ini lebih natural dari pada Diki yang mudah berkamuflase bak bunglon.

"Loe mau minum apa?" Tanya Kim sambil meletakan stik playstation nya.

"Terserah loe aja lah, yang penting jangan yang beralkohol." Ucap Joe yang mulai main.

"Emang rumah gue club apa? Yang nyediain kek gituan."

"Ya kali aja loe sengaja masukin narkoba atau apalah di minuman gue."

"Dasar manusia ambigu. Kenapa juga ya gue temenan sama orang model loe? Nggak yang lain aja gitu?"

"Syukurin aja dulu. Mungkin tuhan menakdirkan kita untuk bersama." Celetuk Joe yang membuat Kim bergidik ngeri.

"Bangke! Enek gue denger loe ngomong."

Joe tertawa gelak sambil memegangi perutnya yang terasa kram. Kim berlalu begitu saja sambil pergi menuju dapur untuk mengambilkan minum.

"Kim?"

"Iya yah? Ada apa?" Tanya Kim sebelum sampai didapur.

"Sini dulu, ayah mau ngomong sesuatu sama kamu." Ujar Ayah sambil menepuk-nepuk soda yang dia duduki.

Kim mengurungkan niatnya untuk mengambil minuman dan makanan ringan. Kim mulai berjalan mendekati Ayah yang tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Gimana yah?" Tanya Kim.

"Itu tadi siapa? Ayah baru lihat dia kayak nya."

"Oh cowok tadi?" Angguk Ayah mengiyakan pertanyaan Kim, "dia Joe yah, temen sekelas Kim." Lanjut Kim mulai bercerita.

"Oh. Udah lama kamu sama Joe berteman? Tapi Ayah kok baru lihat dia sekarang ya? Biasanya juga yang sering main kan si Riki." Jelas Ayah.

"Ya gitu deh yah. Ya udah ya nanya-nanyanya, Kim mau ngambil makanan sama minuman ke atas." Ujar Kim lalu pergi begitu saja.

*****

"Ini bener kan alamat rumah Kim?" Entah untuk siapa pertanyaan itu ia ajukan.

Yang jelas dia tengah mencari alamat rumahnya Kim. Algi terus mencoba memeriksanya sekali lagi. Benar ini alamatnya. Algi mulai menekan-nekan tombol bel rumah Kim.

"Nyari siapa ya?" Tanya wanita paruh baya itu pada Algi.

"Ini bener rumahnya Kimberly kan tante?" Tanya Algi sopan.

"Iya ini rumahnya Kim, saya Bunda nya. Ada perlu apa ya?" Tanya Bunda.

"Saya Algi tante, temanya Kim. Kim nya ada?"

"Ada. Kalo gitu mari masuk."

"Iya tante." Sahut Algi sambil mengikuti wanita paruh baya itu dari balik punggungnya.

*****

"Joe?"

"Hmm."

"Joe?"

"Apa?"

"Gue laper nih."

"Lah terus apa urusannya sama gue?" Tanya Joe sambil menghentikan permainannya.

"Beliin gue mie ayam gih." Rengek Kim.

"Ogah! Loe pergi sendiri aja sono, gue masih mau main."

"Beliin sih, gue janji nggak akan pake uang loe kok. Pake uang gue kok ini, sekalian loe juga."

"Gue nggak mau. Mager!"

"Ambigu! Dasar!"

"Kim!!" Teriak Bunda seketika memekakkan telinga mereka berdua.

"Iya Bun!! Gimana?!!"

"Ini ada temen kamu!!! Cepet turun!!!"

"Siapa?!!"

"Nggak tau!!!"

"Cewek?!! Atau cowok?!!!"

"Cowok!!! Udah buruan turun!!!" Teriak Bunda.

"Iya!!! Iya!!! Kim turun sekarang!!!"

Kim turun dengan segera menghampiri Bunda, agar Bunda tidak terus-terusan berteriak seperti ditengah hutan. Kim buru-buru turun dari dari kamarnya.

"Siapa Bun?" Tanya Kim pada Bunda yang tengah duduk bersama tamu Kim.

"Ini, katanya dia temen kamu. Ya udah kalo gitu Bunda tinggal dulu." Sahut Bunda dan pergi dari sana.

"Oh, loe. Perlu apa loe sama gue?" Tanya Kim to the point.

"Gue butuh bantuan loe." Balas Algi dengan tampang datar nya.

"Kenapa nggak minta bantuan ke antek-antek loe itu? Kan banyak tuh." Timpal Kim lagi, dengan nada suara yang begitu sinis.

"Ini beda lagi."

"Maksud loe?"

"Ini masalah OSN buat bulan depan. Pihak sekolah nunjuk loe, gue, dan Trias untuk mewakili setiap mata pelajaran yang dilombakan." Jelas Algi.

"Jadi?"

"Jadi gue butuh loe buat ikut latihan ngerjain soal."

"Kalo gue nggak mau gimana?"

"Gue nggak bisa apa-apa. Ini semua keinginan pihak sekolah."

Kim terdiam sebentar. Mencoba mencerna setiap kata yang Algi ucapkan. Benar juga, ikut tidak ikut Algi tidak ikut andil dalam hal ini. Dia hanya ditugasi saja.

"Gimana loe bisa kan bantu gue?" Tanya Algi memastikan.

"Kapan mulai pelatihannya?"

"Senin, loe ke ruang OSIS aja. Disitu ada ibu Ririn yang jadi guru pembimbing."

"Ruang OSIS? Yang bener aja? Gue harus gitu masuk ruangan terkutuk itu? Bangke!" Batin Kim mulai ngedumel tidak jelas.

"Tenang aja, loe kan kesana sama Trias. Jadi loe nggak akan mati kutu diruangan." Tambah Algi meyakinkan Kim.

"Anjirr! Kok tau sih gue lagi ngomongin itu."

"Kalo gitu, gue pamit pulang. Maaf ganggu waktu loe. Oh iya, siapin buku, kertas hvs, sama alat tulis." Imbuh Algi sebelum benar-benar pergi.

"Iya. Ya udah sana, katanya mau pulang."

"Ini juga mau pulang. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam!"

*****

Ehem ehem....

Bosen ya? Yang punya saran atau ide apapun comment ya...

Biar AK&M bisa terus lanjut...

Vote nya jangan lupa...

Salam

enihnindi