"Aku tidak butuh hasil akhir. Aku hanya butuh proses untuk mendapatkan hasil akhir."
-Kimberly Leona-
*****
Permainan akhirnya berakhir juga. Sekujur tubuh Kim basah, seperti habis diguyur hujan yang begitu deras. Napasnya juga terus memburu. Rambutnya juga sudah acak-acakan. Kim terlihat begitu berantakan. Dan beruntungnya, dia tidak jadi untuk dinner dengan salah satu lawan Ando.
"Kim!"
Teriak seseorang dari arah koridor meneriaki namanya. Kim yang masih terlihat kelelahan mendengus kesal. Baru saja dia selesai bertanding, sekarang harus berurusan dengan makhluk astral ini.
"Kim, loe harus cepet balik ke kelas." Ucapnya setelah sampai mendekati Kim.
"Loe nggak liat gue kek gini hah? Loe gila ya! Gue masih capek. Loe mau bunuh gue? Gue butuh istirahat Joe! Kalo loe mau gue ke kelas, jangan sekarang! Gue capek." Tukas Kim dan pergi meninggalkan Joe setelah puas memarahinya.
"Kim! Jangan gitu dong. Kim!" Teriak Joe sambil membuntutinya menuju kantin.
*****
Sudah tiga botol air mineral yang dia minum. Dan sekarang tengah memakan bakso. Itupun sudah empat mangkuk porsi bakso yang Kim makan. Joe yang hanya bisa menunggu dan menyaksikan Kim saat ini menyantap makanannya dengan lahap nya, hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
"Loe kalo makan nggak ada feminim-feminim nya sama sekali. Pantas aja loe jomblo terus." Omel Joe tidak habis fikir dengan kelakuan Kim.
"Biarin! Jomblo itu harus dinikmati, jangan diratapi terus. Jomblo tuh bebas. Bebas ngelakuin apapun yang gue mau. Emang loe nggak jomblo lagi hah?" Oceh Kim disela-sela makannya.
"Hehehe, gue masih belom ngelepas masa jomblo gue." Celetuk Joe sambil cengengesan.
Pletakk....
Kim memukul tepat mengenai dahi Joe. Joe meringis kesakitan, sambil terus menerus memegangi dahinya. Terlihat lucu. Ini lah yang Kim suka dari Joe. Konyol dan humoris. Yang mampu menghilangkan sedikit rasa kesalnya pada orang lain.
"Aaddaaww! Sakit woy. Nih kepala udah difitrahin, enak aja loe asal jitak aja." Gerutu Joe sedramatis mungkin.
"Bisa diem gak loe? Mau gue tampol tuh bibir biar gak ngoceh mulu." Gertak Kim yang disambut reaksi bergidik ngeri.
Joe kembali diam. Menuruti perintah Kim. Namun, walaupun Joe diam tetap saja gestur tubuhnya yang tidak bisa diam, dan mulai mengusik ketenangan Kim saat menghabiskan bakso nya.
"Loe bisa diem gak sih?! Mulut loe udah bisa dikondisikan ini malah ganti badan loe yang gak bisa dikondisikan." Tukas Kim sedikit terganggu.
"Makan mah makan aja. Gak usah perhatiin gue." Timpal Joe.
"Gimana gak perhatiin loe? Orang loe nya ada di depan gue! Gimana sih loe?"
Joe hanya menjawab dengan kekehan kecil. Ternyata tidak mudah menjinakkan Kim jika sudah mengusiknya.
"Ayo!" Gertak Kim tiba-tiba.
Joe bingung dengan Kim yang tiba-tiba, "ayo kemana?" Tanya Joe bingung sendiri.
Kim berdiri dari duduknya sambil melipat kedua tangannya didada, "tadi loe nyuruh gue cepet-cepet ke kelas, sekarang loe malah diem aja? Otak loe dikemanain? Dijual?" Kim mulai gemas dengan sikap pelupa Joe.
"Ya enggak lah, masa gue jual." Balas Joe.
"Terus kemana?"
"Ketinggalan di kelas." Timpalnya sambil cengengesan tidak jelas.
"Ya Allah! Kenapa engkau menciptakan manusia ambigu kayak dia! Dan mempertemukan nya dengan hamba mu ini! Hamba kesal ya Allah!" Keluh Kim sambil menengadah kan kedua tangannya.
*****
Baru saja sampai didepan kelas, Kim dan Joe harus bertemu dengan Algi. Cowok angkuh, sombong, ngeselin, sok iye banget, macem-macem lah. Kim mulai menggerutu tidak jelas layaknya seseorang yang tengah merapalkan doa.
"Itu dia orangnya." Celetuk Joe sambil menunjuk ke arah Algi yang tengah bersandar di dinding.
"Loe serius dia orangnya?" Kim agak tidak percaya, seorang Algi menemuinya hanya seeorang diri tanpa antek-anteknya.
"Gue serius lah, masa main-main. Nanti yang ada loe yang marah-marah sama gue terus jadiin gue samsak dirumah loe lagi. Gue sih ogah." Joe bergidik ngeri mengucapkan kalimat tadi.
"Jendol, emang loe mau gantiin samsak gue dirumah?" Toyor Kim ke kepala Joe.
"Gak mau lah!" Timpal Joe.
"Ya udah, gue ke sana dulu."
"Sono gih. Hus-hus, jauh-jauh sana." Respon Joe sambil melambai-lambaikan tangan seperti orang yang sedang mengusir anak ayam.
"Emang gue mau deket-deket sama loe? Sorry ya, loe bukan tipe gue!" Tempat Kim dan pergi menemui Algi yang masih setia menunggunya.
Algi yang menyadari Kim mendekat mulai mengangkat sedikit kepalanya. Menatap Kim yang sudah berada tepat didepan nya.
"Ada perlu apa loe sama gue?" Tanya Kim to the point.
"Selesai KBM loe jangan pulang." Tegas Algi dengan raut wajah yang begitu serius.
"Why?"
"Loe harus ikut gue rapat diruangan. Ini perintah!"
"Emang harus ya gue ikut rapat? Gue bukan anggota dari organisasi, dan gue cuma diamanahin sama kepsek cuma jadi partner loe. Bukan jadi babu loe yang harus menuruti semua perintah loe!" Tukas Kim dengan nada yang begitu sinis.
"Justru itu, loe kan partner gue. Jadi loe harus turutin apa kata gue!" Balas Algi dengan wajah yang terlihat begitu marah.
"Oh kalo gitu, sorry. Gue gak bisa. Gue gak mau loe memerintah tanpa tujuan yang berkaitan dengan tugas gue. Gue bukan babu loe!" Timpal Kim dan pergi memasuki kelasnya.
Algi masih berdiri diambang pintu. Melihat Kim memasuki kelas. Pikirannya sedang kacau, jadi Algi sedang tidak bisa berfikir seperti biasanya. Ternyata membujuk Kim untuk menghadiri rapat yang sebenarnya tidak pernah ada itu lebih susah dari yang Algi bayangkan. Itu semua hanya akal-akalan Algi saja. Hanya untuk membuat Kim tunduk pada perintahnya.
"Ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya butuh proses." Gumam Algi sambil meninggalkan ruang kelas Kim.
*****
"Kim!"
Kim spontan menengok kebelakang. Membalikkan badannya mengarah ke pada seseorang yang tengah berlari menghampirinya.
"Kim.... Gue.... tu-tunggu dulu.... gue engep...." ucapnya dengan napas yang tersengal-senggal.
Kim menunggu saja sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya. Terpampang jelas raut wajah meremehkan dari Kim pada seseorang yang ada didepan nya.
"Udah selesai?" Tanya Kim dengan senyum miringnya.
Ando pun mendongakkan kepalanya yang semula memegangi lututnya karena dia tadi berlari menghampiri Kim.
"Sorry, gue gak punya banyak waktu." Celetuknya yang ingin pergi dari hadapan Ando, namun belum juga pergi Ando berhasil menahan Kim untuk tetap bersamanya.
"Apa lagi?" Kim mulai kesal dengan Ando yang selalu membuatnya repot, "belom puas loe buat gue dalam masalah? Hah?" Tambah Kim jengah dengan sikap Ando yang sangat suka berjudi itu.
"Bukan itu yang mau gue omongin." Balas Ando serius.
"Lalu?"
Ando membisikkan sesuatu tepat di telinga Kim. Seketika mata Kim membulat sempurna. Kaget mendengar apa yang Ando katakan.
"Loe gila!" Pekik Kim dengan raut wajah ternganga.
*****
Hai-hai...
Gimana? Seru gak? Gak seru ya? Maaf kalo feel nya agak kurang dapet ya...
Kalo yang punya usul, boleh comment kok...
Oh iya, vote nya jangan lupa...
Salam
enihnindi