Namaku Leo, umurku 27tahun aku bekerja disalah satu perusahaan yang terletak di Jakarta Pusat, aku termasuk karyawan yang loyal dan berprestasi, aku team leader salah satu divisi, aku memimpin bawahanku untuk semua tugas dikantor, penampilanku cukup menarik tinggi badanku 180cm, berat tubuhku 72kg, ya bisa dibilang bentuk tubuhku cukup proporsional, banyak yang bilang kepadaku, kenapa aku tidak menjadi model ataupun artis aja karena dari segi wajahpun aku tidak kalah tampan dengan artis-artis sinetron yang bertampang belasteran. kadang aku hanya tertawa setelah mendengar guyonan para teman kerja ku, tapi menurutku aku bukan orang yang bisa berakting layaknya pemain'pemain sinetron itu.
Aku sudah beristri, istriku bernama Lita kami pengantin lama rasa pengantin baru, usia pernikahan kami sudah hampir 7tahun, bisa dibilang kami menikah muda diumur 20tahun, aku dan istriku teman 1 kampus, kami memutuskan menikah karena pada saat itu ayah istriku yang sudah sakit sakitan berharap agar aku bisa menjaga putrinya setelah beliau meninggal. Pernikahan kami cukup terbilang sudah matang, tapi kami berdua belum dikaruniai anak. Istriku juga seorang pekerja, bedanya dia bekerja didunia Retail, Dia manager toko brand ternama disalah satu mall elite yang terletak di bagian pusat Jakarta. Aku bersyukur, memiliki istri yang cantik seperti dia, pintar dan sangat penyabar, menurutku segala tentangnya sempurna. Itu sebelum aku tergoda oleh salah satu rekan kerjaku, namanya Indah, seperti namanya dia juga indah dipandang, ya walaupun tidak secantik istriku, tapi indah begitu manis dan tipe orang yang supel, sama sepertiku dia juga bersuami, bedanya mereka sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang berumur 2th, usia indah terpaut 3tahun lebih muda dariku.
****
"pak Leo, berkasnya sudah saya taro dimeja bapak" ucap Adit sambil berjalan menghampiriku yang baru keluar dari toilet.
"yoi! thanks dit, sory ya saya minta cepet berkasnya dikelarin soalnya itu bakal jadi bahan meeting sore ini" sambungku santai.
" iya enggak apa-apa pak, semoga disetujuin ya ide kita sama bos"
"iya semoga,,,yaudah, saya duluan ya" sambungku sambil berlalu pergi.
"yoi pak"
Adit salah satu rekan kerja 1 tim ku, dia laki laki yang supel dan santai, pekerjaannyapun selalu sesuai dengan yang aku harapkan, bisa dibilang dia orang yang paling klop bagiku untuk dijadikan partner kerja.
Aku harus segera menyimpulkan materi meeting sebelum pertemuan, agar lebih mudah ketika presentasi didepan bos dan tim lain.
"pak Leo, ini berkas yang kamu minta" ucap indah sambil meletakkan tumpukan kertas penting itu dimeja ku.
"thanks ya ndah!" ucapku singkat tetap fokus mengetik dikomputer.
"serius banget sih ngetiknya" ucapnya sambil menyentuh bagian belakang pundakku "sini indah bantuin" sambungnya lagi sambil menundukkan kepalanya menyamakan kepalaku yang saat ini posisiku sedang duduk. alhasil wajahnya sangat dekat disamping wajahku, aku kadang bingung harus merespon seperti apa.
"dikit lagi kelar kok ndah" balas ku sambil tersenyum dan menatap wajahnya, dia juga membalas senyum misterius, aku sempat berfikir, apa dia selalu sedekat ini dengan karyawan yang lain.
"oh udah mao kelar, yaudah deh indah pergi, kayaknya bapak leo gak mao diganggu" ucapnya yang terdengar sedikit merajuk, dan berlalu pergi.
Ah astaga Lagi lagi aku bingung harus merespon seperti apa, bukan kegeeran atau merasa sepertinya indah selalu meninggalkan sedikit kesan yang membuat jantungku tiba tiba berdebar, rasanya seperti dia sengaja menggodaku. Ini bukan pertama kalinya dia berkontak fisik seperti itu, kadang jika kami berpapasan dan berada dalam 1 lift, dia tidak segan berdiri tepat diamping ku sampai tidak sengaja sikuku menyentuh bagian tubuhnya yang empuk itu, karena posisinya yang hampir seperti bersandar padaku. Awalnya aku merasa agak canggung dan tidak nyaman, tapi sepertinya semakin sering dia bersikap seperti itu, membuat jiwa laki-laki ku otomatis menerima dan membuatku menjadi terus menginginkannya.
Akhirnya waktu meeting tiba, dan yang menjadi perwakilan meeting dari divisiku adalah aku dan Indah. Aku merasa sepertinya Indah masih marah padaku karena penolakanku yang tadi, padahal bukan niat ku untuk menolak bantuannya, karena memang aku hampir menyelesaikan laporan itu. Meeting selesai jam 17.00 WIB bertepatan dengan jam pulang semua karyawan, seketika ruang meeting yang tadinya penuh orang dari divisi lain pun kini hanya menyisakan aku dan Indah yang masih membereskan sampah minuman peserta meeting. walaupun perusahaan kami memiliki petugas kebersihan, tapi sudah menjadi kebiasaan sampah minuman setelah meeting dibuang peserta meeting lain yang sudah terjadwal divisi mana yang membersihkan, kebetulan hari ini adalah giliran divisi kami.
"bibir manyun aja ndah" ucapku sedikit meledek "kenapa emang? gak mao beresin sampah ini, yaudah kamu duduk aja sana biar saya yang beresin" sambil mengambil gelas kotor diatas meja didepannya.
"biar Indah aja yang buang ini" ucapnya sambil ikutan memegang gelas terakhir itu, otomatis tangan kami saling bersentuhan. Yah lagi lagi dia membuatku sedikit salah faham, membuatku berfikir ini adalah godaan lainnya padaku.
"saya aja ndah" balasku sambil menarik gelas, karena Indah masih memegang gelasnya, otomatis tubuhnya ikut tertarik mendekat tepat dihadapanku, kulihat matanya yang berani menatapku walaupun jelas wajahnya begitu dekat dengan wajahku.
"boleh aja pak gelasnya bapak yang buang, tapi tangan Indah jangan ditarik juga"
"astaga! maaf gak sengaja!" jawabku panik dan melepas tangannya, aku sampai tidak fokus kalau tangannya yang menggenggam gelasnya duluan dan barulah tanganku diatsanya.
"bapak lucu banget panik kayak gitu!" ucapnya sambil tertawa kecil "sebenernya tadi Indah sempet BT sih, tapi sekarang udah enggak lagi"
" BT kenapa?"tanyaku polos.
"kepo banget ya?!" ledeknya lagi "traktir Indah minum kopi dulu, baru Indah kasih tahu"
"hu, bilang aja mau minum kopi geratis" sambungku meledek balik sambil mengacak rambutnya, aku merasa karena kesupelannya dan sikapnya yang seperti itu membuatku semakin nyaman didekatnya.
"iih! rambut Indah berantakan tau, nambah teraktir makan juga jadinya!" serunya sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Ah rasanya tanganku mau cubit pipinya, karena tingkahnya yang menggemaskan.
Akhirnya kami selesai membereskan ruang meeting, kami segera bersiap pulang. Karena masih jam pulang kantor dan lift sedang padat padatnya, otomatis aku berdiri didepan Indah karena Indah langsung berdiri dibelakangku.
Awalnya aku menjaga jarak tubuhku darinya, tapi sepertinya tiba tiba Indah menarik tubuhku agar mendekat padanya, alhasil punggungku bersentuhan dengan tubuh depannya, damn it apa ini! aku seperti digoda untuk yang kesekian kalinya. Jika seperti ini terus bukankah seperti lampu hijau untuk laki-laki. Aku rasa kesabaranku hampir hilang kendali, apalagi tangannya setengah melingkar dipinggangku.
"jadi, sekarang kita makan dimana pak?" tanyanya sambil berjalan berdampingan denganku setelah keluar lift.
"kamu beneran mau ditraktir makan sekarang?! saya kira besok pas makan siang"
"lapernya kan sekarang pak, masa makannya besok"
"yaudah kita makan dikawasan Blok-M aja sekalian arah pulang"
"oke!"
Kami bergegas jalan, karena Cuaca yang sedikit mendung, aku sedikit khawatir.
"kayaknya mendung Ndah, saya hari ini naik motor, jas ujannya juga cuma satu, gimana nanti kalo ujan?!"
"ya neduh lah pak kalo ujan, aku enggak masalah kok" jawabnya yakin.
Akhirnya kami berangkat, baru melewati 5 gedung dari gedung perkantoran kami, tiba tiba hujan turun, refleks aku langsung mencari tempat berteduh, ku tepikan motorku ke parkiran gedung yang paling dekat agar tidak semakin basah. Aku lihat kesekeliling basement, ternyata kami berada diparkiran hotel.