Chereads / AKU TERGODA (21+) / Chapter 2 - Godaan

Chapter 2 - Godaan

Aku Indah, umurku 25 tahun, aku sudah menikah, aku memiliki 1 anak berusia 2th. Aku seorang wanita karir, walaupun aku seorang ibu, aku juga bekerja disalah satu kantor besar didaerah pusat Jakarta. Aku terhitung anak baru dikantor itu, karena aku sempat 1th mengurus anak dirumah dan tidak bekerja.

Sebenarnya aku tidak ingin bekerja lagi, tapi aku adalah orang yang tidak bisa berdiam diri saja dirumah. Anakku dijaga ibuku dirumah. Ya ibuku sudah pasti sangat sayang pada putriku karena dia adalah cucu pertama dikeluargaku. Suami ku adalah seorang pekerja yang selalu tugas dinas berpindah-pindah keluar kota, maka dari itu kami hanya bisa bertemu selama 1 minggu dalam 1 bulan.

Baru 1th terhitung aku bekerja dikantor ini, aku adalah orang yang supel, aku mudah bergaul, aku senang karena ditempatkan didivisi ini. Aku merasa sangat senang dengan teman 1 tim ku, terlebih kami memiliki team Leader yang cukup kompeten.

Selain itu wajahnya sangat tampan. kurasa aku menyukainya dari pertama pertemuan kita, awalnya aku ingin membuang perasaan terlarang ini, tapi ternyata aku semakin menyukainya karena dia sangat baik, Namanya Leo.

Aku tahu dia sudah beristri, aku juga tahu dia belum memiliki anak, aku banyak tahu tentangnya, makin aku tahu tentangnya semakin aku terpikat oleh pesonanya. Dia laki-laki yang sangat polos, padahal aku sering memberi tanda untuk menggodanya, bahkan terang-terangan didepannya. Tapi sepertinya dia tidak tahu arti dari semua sentuhanku untuk menggodanya.

Kadang aku sengaja berdiri tepat  disampingnya dan sedikit bersandar ditubuhnya, aku biarkan dia sedikit menyentuh sebagian dari tubuhku. Awalnya aku hanya ingin menggodanya saja, tapi sepertinya semakin lama rasanya aku ingin bisa menyentuhnya seutuhnya.

Hari ini kami pulang kerja bersama, ketika dilift aku sengaja berdiri tepat dibelakangnya. Aku merasa berdebar barada dibelakang tubuh laki-laki yang sangat keren ini. Ah rasanya aku ingin memeluknya dari belakang, akhirnya tanpa kusadari tanganku menarik tubuhnya sampai menekan bagian depan tubuhku. Aku biarkan dia bersandar dan semakin menekanku kebelakang, aku harap kali ini dia menyadari maksud dari sikapku.

Dia membonceng aku dimotornya, otomatis aku memeluknya dari belakang. Aku mulai merasakan kehangatan tubuhnya, ah rasanya aku ingin mengatakan hal yang sebenarnya aku inginkan.

Mungkin terdengar seperti aku murahan, tapi aku sungguh hanya inginkan dia. Sebenarnya hubunganku dengan suamiku kurang harmonis, aku merasa suamiku pun punya wanita lain selain diriku, karena aku sempat melihat chatnya dengan wanita itu.

Anehnya aku sama sekali tidak merasa marah ataupun cemburu. Aku lebih cemburu jika membayangkan Leo bersama istrinya. Sepertinya cintaku telah pudar untuk suamiku, karena penghiatannya padaku, hingga membuat perasaanku pada Leo semakin membara.

Ternyata dipertengahan jalan kami kehujanan, Leo tiba tiba menepikan motornya di parkiran Hotel. Aku sempat terkejut, apa mungkin sepanjang hari ini dia peka dengan semua godaaan yang kulakukan. Tapi sepertinya dugaanku salah, kulihat wajahnya memucat setelah melihat tulisan yang ada didepannya, dia baru sadar kalau dia masuk ke area parkir Hotel.

Tiba tiba telepon selularku berdering, aku langsung angkat karena ternyata ibuku yang vidio call.  Aku sapa anakku yang kini ada dilayar ponselku, aku izin pulang telat karena sedang berteduh, Setelah lama berbincang langsung ku akhiri panggilannya.

"selamat malam pak?" sapa seorang scurity yang sedari tadi memperhatikan kami berdua.

"selamat malam juga" jawab Leo yang sedikit kikuk.

"bapak dan istri sedang berteduh? sekalin saja pak menyewa kamar disini, disini ada jasa mengeringkan baju juga, spertinya bapak dan ibu sangat kebasahan" lanjut scurity itu menawarkan.

Sontak kami sedikit terkejut, scurity menganggap kami berdua pasangan suami istri, mungkin karena tadi pak scurity ini memperhatikan aku berbincang dengan anakku ditelepon.

"oh begitu ya pak, apa bisa chek-in di jam 7 malam gini pak?" sambungku bertanya, sambil ku lihat Leo yang masih gugup harus bicara apa.

"bisa kok bu, coba aja langsung ke customer service nya diloby"

"sayang, sepertinya baju kita basah banget ujannya juga deres banget masih belum berhenti, kalo begini terus aku bisa masuk angin nih" ucapku sambil melingkarkan tanganku ditangan Leo, untuk menenangkan hatinya agar tidak gugup.

"oh...yaudah kita chek-in aja, makasih ya pak infonya" balasnya.

Akhirnya tanpa fikir panjang, kami langsung menuju customer service. Rasanya semakin mendebarkan ketika Leo langsung memesan kamar. Aku dan Leo berusaha tenang agar terlihat seperti pasangan suami istri sungguhan. Kami memesan kamar selama 4 jam.

"jasa Laundry bajunya selesai berapa lama ya mbak?" tanya Leo ke customer service yang ada didepannya.

"1 jam selesai pak, nanti petugas Laundrynya akan mengambil baju bapak ke kamar"

"oke, terimakasih ya mbak" ucap Leo

Dan kami pun menuju kamar sesuai nomer yang tertera dikunci. Sepanjang perjalanan aku merasa suhu tubuhku semakin memanas, rasa tak percaya dan tidak terduga saat ini aku dan laki laki yang ku inginkan berada dalam satu kamar.

"wah bikin deg degan aja kamu ndah!" ucap Leo melepas paniknya, langsung duduk lemas di sofa dalam kamar.

"deg degan kenapa?" tanyaku pura pura polos sambil duduk disampingnya.

"bilang kalo kita suami istri" sambungnya yang masih panik sambil menggaruk lehernya yang mungkin tidak gatal.

"bukan aku yang bilang, kan securitynya yang bilang, aku cuma nerusin ucapannya aja, diluar ujannya deres banget gak tau sampai kapan, emang bapak tega kalo aku kedinginan masuk angin pake baju basah kayak gini?" sambungku membela diri.

"yaudah, buka baju kamu, sebentar lagi petugas laundrynya mau datang ambil baju kita" perintahnya.

"disini!? didepan bapak?!" tanyaku sedikit menggoda, kulihat wajahnya langsung memerah.

"ya dikamar mandilah ndah, kan disana ada handuk juga, tolong ambilin 1 handuk buat saya sekalian" ucapnya sambil bangun dari duduknya.

"bapak buka baju disini?!" tanyaku lagi yang masih menggodanya.

"iya saya buka disini, kamu dikamar mandi" jawabnya lagi sambil menunjuk arah kamar mandi.

"oke oke bos!" ucapku menggoda lagi sambil tertawa, segera aku berjalan kekamar mandi dan memberikan 1 handuk untuknya. Sepertinya menggodanya begitu membuat diriku sedikit tenang, padahal aku juga malu dan berdebar-debar gini.

Akhirnya petugas laundry pun datang mengambil baju basah kami.

Sekarang kami berdua hanya terbalut handuk hotel tanpa baju dalam sama sekali, keadaan ini membuat hatiku semakin berdebar dan tubuhku memanas, fantasi liarku menari-nari dalam fikiranku, membuat hasratku semakin menginginkannya.

"pak saya lapar nih, pesan makan pak" ucapku memecah kecanggungan.

"iya, saya juga lapar nih, kamu mau makan apa?"

"bakso, kayanya enak anget-anget gitu. sama minumnya jeruk anget pak"

"oke" jawabnya  langsung menelpon layanan kamar.

Kami menunggu makanan selama 30 menit. Sebelum makanan datang, kami menonton tv acara cartoon anak, sepertinya aku tahu dia lebih gugup dariku, makanya dia menonton acara anak yang bisa membuat tawa kita tidak canggung.

Akhirnya makanan tiba, kami makan sambil terbalut handuk saja. Sepertinya dia selalu berusaha tidak memandangku, makanya aku bisa puas sekali menatapnya tanpa canggung. Kulihat wajahnya semakin merah karena tahu sedari tadi aku pandangi. hmmm lucunya.