Chereads / Be a Princess / Chapter 12 - Untuk sebuah permintaan maaf

Chapter 12 - Untuk sebuah permintaan maaf

Padahal aku datang dengan gagah berani, tapi sekarang aku berakhir seperti penjahat perang yang bahkan terlalu malu untuk mengangkat mukaku.

Padahal aku datang untuk menegosiasikan hubungan kami untuk keuntunganku tapi yang terjadi sekarang adalah aku yang duduk di hadapannya untuk menerima hukuman karena 'bertemu'  dengan laki-laki lain.

'Apa aku harus minta maaf?'

"Aku minta maaf"

"Hah?"

Itu rencanaku. Tapi suara siapa yang sudah lebih dulu meminta maaf itu. Tanpa sadar aku sudah mendongak dan menatap tepat di bola mata Kuning Pangeran Edgar.

"Maafkan aku karena sudah mengganggu kesenanganmu"

Meminta maaf adalah hal pertama diajarkan guru etikaku. Bukan untuk mengatakannya dengan rendah hati, tapi bahwa bangsawan dengan peringkat tinggi seperti aku tidak perlu mengatakannya bahkan sekalipun itu adalah kesalahanku. Sebaliknya aku bisa menuntut permintaan maaf dari orang lain. Hal yang sama juga berlaku untuk bangsawan dengan peringkat diatasku, yang berarti hanya ada keluarga kerajaan. Jadi saat Edgar meminta maaf aku tidak bisa menahan kepalaku tetap menunduk. Seorang Pangeran meminta maaf dua kali padaku. Aku bahkan curiga aku mendapatkan guru etika yang keliru. 

Tapi pemikiranku hanya bertahan hingga aku menatap matanya. Bertentangan dengan ucapan maafnya, matanya bersinar dingin. Aku bisa merasakan keringat tipis yang mulai terbentuk di punggungku.

"Anda salah paham, Yang mulia"

"Aku... salah?"

'Ah, serius. Kenapa caranya berbicara begitu menyeramkan?'

"Tidak, maksudku bukan Itu. Pangeran Freddie hanya membantu saya karena saya tersesat"

"Bukankan Kalia juga menawarkan bantuan untuk mengantarmu?"

"Saya ingin tahu bagaimana rasanya mencoba mencari jalan keluar sendiri"

"Untuk kesenangan ya?"

Aku menganggukkan kepalaku ragu.

"Mungkinkah bertemu Saudaraku secara rahasia juga menjadi bagian kesenangan mu?"

"Itu hanya kebetulan Yang Mulia"

'Ini mulai menyebalkan. Kenapa dia terdengar kekanakan? Apa dia sedang bertingkah seperti kekasih yang cemburu?'

Dengan berani aku membalas tatapannya. Aku sama sekali tidak suka di curigai oleh anak kecil ini.

Berbeda dari harapanku, aura dingin yang sebelumnya membuatku takut segera memudar. Pangeran Edgar berkedip beberapa kali sebelum akhirnya kembali membuka mulutnya.

"Menjauhlah darinya kapanpun kau melihat dia"

"..."

"Kakakku tidak senaif kelihatannya"

Aku sudah sering membaca atau menonton kisah tentang kehidupan kerajaan. Para pewaris sering bertindak naif bahkan bodoh untuk menghindarkan mereka dari ketertarikan pihak lain yang mungkin saja menyebabkan kematian mereka. Jadi saat mendengar peringatannya aku yakin dia bukan seorang yang polos. Bahkan sikap ceria dan tidak peduli Pangeran Edgar mungkin saja adalah bagaimana caranya berpura-pura.

"Lain kali kau ingin memasuki taman labirin lagi, aku akan menemanimu"

Suaranya melembut.

"Saya tidak akan berani mengganggu anda Yang mulia"

"Kau..."

Suaranya kembali dingin.

"Kau menggangguku hari ini. Aku punya banyak pekerjaan yang akhirnya harus tertunda"

"Maafkan saya, Yang mulia. Saya tidak akan melakukannya lagi di masa depan"

Suasana kembali jatuh dalam udara canggung.

"Tehnya sudah dingin, Yang mulia. Saya akan segera membawakan yang baru" kepala pelayan Pangeran Edgar memecah kesunyian di antara kami.

"Tidak perlu Sir Jean. Aku akan segera pergi. Aku hanya ingin mendiskusikan beberapa hal dengan Yang mulia Pangeran"

"Kalau begitu saya akan meninggalkan anda berdua agar bisa berbicara dengan nyaman"

"Itu juga tidak perlu. Apa yang akan saya diskusikan bukan sebuah rahasia. Saya bahkan ingin meminta anda tetap disini untuk menghindari gosip yang tidak perlu"

Disini gosip mudah menyebar apalagi jika itu menyangkut keluarga bangsawan. Akan selalu ada mata dan telinga yang mengawasi setiap gerak-gerik bangsawan. Setiap peristiwa dan kata-kata bisa berkembang menjadi bencana jika tidak di tangani dengan baik. Rumor tentang kedatangan utusan istana ke mansion Calverion sudah menyebar di masyarakat, kunjunganku ke istana hari ini juga akan segera menyebar. Aku tidak ingin menambahnya dengan berita bahwa kami melakukan pembicaraan secara pribadi.

Setelah mengetahui cinta Ayah dan kakakku, aku tidak peduli dengan tambahan reputasi buruk padaku, karena aku yakin aku justru bisa hidup lebih nyaman. Aku meminta Sir Jean tetap disini karena aku membutuhkannya sebagai perisai terhadap sikap berubah-ubah Pangeran Edgar terutama setelah dia dia mendengar apa yang akan aku katakan.

Sir Jean menoleh untuk meminta persetujuan Pangeran Edgar.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Mohon tarik titah Kaisar dariku, Yang mulia"

Matahari masih bersinar cukup hangat, tapi suhu udara di taman turun dengan drastis.

"Apa maksudmu?"

"Yang mulia, sebentar lagi anda akan memasuki usia dewasa dan terlibat secara langsung dalam politik. Anda akan membutuhkan dukungan dari orang-orang yang sudah siap dan dapat berdiri bersama-sama dengan anda. Aku hanya memiliki nama Calverion sebagai pendukung anda tetapi aku tidak bisa berdiri bersama anda karena usiaku"

"Hanya karena usiamu? Kau juga akan segera berusia 16 tahun. Apa kau tidak sedang mencari alasan putri?"

"Anda akan tetap memiliki keluarga Calverion di belakang anda tanpa memiliki aku Yang mulia. Sementara anda akan kehilangan waktu untuk mencari seorang wanita yang tepat hanya untuk menunggu saya berpartisipasi dalam lingkungan sosial"

Tanpa sadar aku sudah mendesah. Kelelahan harus berusaha menyampaikan hal ini pada Pangeran Edgar. Aku sudah memutuskan mendukung sisinya sejak aku mendengar pembicaraannya seminggu lalu.

"Kau..."

Aku bisa merasakan kemarahan dalam kata-katanya. Tapi aku tidak bisa mundur. Aku menolak menjadi bidak catur dalam kehidupan ini. Aku bisa memanfaatkan nama Calverion untuk kepentinganku. Aku tahu Pangeran Edgar sudah memiliki keluarga Duke Hovwell sebagai pendukung dan Pangeran Freddie memiliki Duke Illios. Mereka tentu akan memperebutkan dukungan Duke Calverion untuk memenangkan kursi putera mahkota yang masih kosong.

"Ayah akan melepaskan jabatannya sebelum pesta debut kakak saya. Keluarga Calverion akan segera mendapat pemimpin baru Yang mulia"

Aku memberitahunya karena Pangeran Edgar masih memelototi ku.

"Saya akan mengikutinya ke Utara hingga usia dewasa ku. Anda tidak akan mendapat manfaat dari seorang tunangan yang tidak berdiri di samping anda, Yang mulia. Tolong minta Kaisar menarik titahnya"

"Tidak boleh"

Aku mendongak menatapnya.

"Aku tidak mengijinkanmu pergi"

"Tolong kabulkan keinginan saya Yang mulia. Saya juga akan melakukan keinginan anda"

"Aku ingin kau tinggal"

'ah, keras kepala'

"Kecuali untuk itu, saya tidak bisa melakukannya"

"..."

"Rencana anda tidak akan terganggu. Hanya berjalan dengan cara berbeda"

Ia menatapku curiga mencoba mencari tahu arti kata-kataku. Aku tersenyum membalas tatapannya.

***

_Edgar POV_

'Apa yang aku katakan sih?'

Dalam hati aku terus mengulang-ulang pertanyaan yang sama. Mencoba menghentikan mulutku mengucapkan kalimat-kalimat kekanakan pada Niesha. Dan sekarang gadis itu membelalakkan matanya menatapku tak percaya. Ia terus mencoba menjelaskan kejadiannya. Dalam hati aku mempercayai semua kata-katanya tapi bibir kurang ajarku terus memuntahkan kata-kata aneh.

Aku melirik Jean, berharap dia melakukan sesuatu sebelum aku mengatakan sesuatu lagi.

"Lain kali kau ingin memasuki taman labirin lagi, aku akan menemanimu" aku melembutkan suaraku setelah menangkap tatapan tajam Jean di belakang Niesha

"Saya tidak akan berani mengganggu anda Yang mulia"

Suaranya masih lembut tetapi seolah menyiratkan sebuah pesan

"Kau..."

'Ah, apa yang harus kukatakan. aku ingin dia terus berbicara. Aku ingin terus mendengar suaranya'

"Kau menggangguku hari ini. Aku punya banyak pekerjaan yang akhirnya harus tertunda"

'Dasar mulut sialan'

"Maafkan saya, Yang mulia. Saya tidak akan melakukannya lagi di masa depan"

"Tehnya sudah dingin, Yang mulia. Saya akan segera membawakan yang baru" Kali ini dengan cepat Jean berbicara untuk mengalihkan perhatian sampai aku pulih dari keterkejutanku

"Tidak perlu Sir Jean. Saya akan segera pergi. Saya hanya ingin mendiskusikan beberapa hal dengan Yang mulia Pangeran"

Perasaan tidak nyaman mulai menggangguku.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Mohon tarik titah Kaisar dariku, Yang mulia"

Seberkas sinar matahari sore sudah mengenaiku sejak kami duduk minum teh. Awalnya itu terasa panas tapi mendadak rasanya begitu dingin dan menusuk kulitku.

Niesha terus berbicara tapi aku benar-benar tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku ingin mendengar suaranya. Tapi bukan kata-kata ini. Aku melirik Jean mencoba mencari tahu apakah dia mengerti kata-kata Niesha. 

'Kenapa dia menolakku dengan berani? apakah dia tidak bisa melepaskan Lionel?'

"Tidak boleh"  aku menatap ke arah lain seolah tidak mendengar kata-katanya, "Aku tidak mengijinkanmu pergi"

"Tolong kabulkan keinginan saya Yang mulia. Saya juga akan melakukan keinginan anda"

'kenapa dia keras kepala?'

Sekali lagi aku menatap Jean mencoba memblokir kata-katanya masuk ke telinga.

"Rencana anda tidak akan terganggu. Hanya berjalan dengan cara berbeda"

'Apa maksudnya?'

Aku menatap matanya mencoba mencari tahu maksudnya. Pikiranku terganggu dengan peristiwa beberapa hari lalu. Apakah dia mencoba memberi tahuku bahwa dia tahu?