Kali berikutnya aku membuka mata kembali, aku masih berada di kamar Niesha yang sering ku lihat dalam mimpi. Aku masih merasakan selimut lembut dalam genggamanku. Merasakan sakit dan haus seolah ini tubuhku sendiri. Bahkan orang-orang yang ada dalam kamarku membalas tatapan bingungku. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi saat aku menjadi penonton dalam mimpi.
"Lady Calverion, apa yang kau rasakan?"
Seorang pria setengah baya dengan kacamata yang turun hingga ke ujung hidungnya duduk didekat tempat tidurku sambil memegang salah satu tanganku.
"Haus"
Dengan cepat Agatha mendekatiku dengan segelas air. Aku menghirup air itu dengan rakus sebelum kembali berbaring.
"Seluruh tubuhku sakit" Aku memaksakan suaraku keluar dibawah tatapan ingin tahu mereka.
"Apa anda merasa mual?"
Aku mencoba menggelengkan kepala untuk mengurangi getaran menyiksa setiap aku berbicara. Tetapi akibatnya rasa sakit yang bahkan lebih hebat dari saat aku berbicara menyerangku.
"Agh... kepalaku sakit dan aku sangat lapar. Bisakah kau menanyakan itu nanti?"
"Aku akan membawakan makanan anda, Nona"
Sekali lagi Agatha bereaksi lebih dulu. Dengan cekatan ia menyelinap keluar dari kamar.
"Ehem, sambil menunggu pelayan anda kembali. Bisakah saya sedikit bertanya Putri?"
"Ya"
"Apa anda ingat apa yang terjadi?"
"Um, sepertinya aku mengalami kecelakaan?"
"Ah ya. Kereta anda mengalami kecelakaan setelah kembali dari kediaman Hovwell. Anda tidak banyak mengalami luka secara fisik, tapi melihat bagaimana kondisi anda saat ditemukan dan berapa lama anda tidak sadarkan diri, saya khawatir kondisi anda lebih parah dari yang terlihat"
"Memangnya berapa lama aku tidak sadar?"
"Ehm, hampir 1 bulan"
"..."
Jika aku hidup dalam dunia mimpi selama 1 bulan, apa itu juga berarti aku sudah tertidur selama 1 bulan? Jika aku dirawat selama itu, bagaimana dengan biayanya? Aku bahkan harus mengambil 3 pekerjaan sambilan agar aku punya cukup tabungan untuk lulus kuliah tahun depan. Jika aku mati di dunia nyata, apa aku juga akan mati di dunia mimpi ini? Aku sama sekali tak mau mencoba.
"Lady Calverion?"
"Uh, bisakah aku makan lebih dulu?" aku melirik Agatha yang sudah masuk kembali dengan kereta makanan.
Setelah menyelesaikan makananku, Agatha membantuku berganti pakaian. Meski aku meyakinkan diriku ini hanyalah mimpi, Aku tidak bisa terbiasa saat orang asing meyentuhku atau membantuku mengenakan pakaian. Tapi aku tidak bisa menolak menyadari betapa lemahnya aku apalagi sejujurnya aku bingung bagaimana mengenakan gaun indah dan rumit yang menurut Agatha ini hanyalah gaun rumah paling sederhana yang aku miliki.
***
Aku meluruskan punggung meniru cara Lady Niesha bersikap begitu suara ketukan terdengar. Pria itu, Baron Herold yang menurut Agatha adalah dokter keluarga Calverion melangkah masuk bersama seorang pria tua yang terlihat begitu bermartabat. Rambutnya yang pirang strawberry sangat kontras dengan hijau terang dari bola matanya.
"Duke Calverion!" aku berbisik tanpa sadar.
Kedua pria itu saling berpandangan sebelum menatapku cemas.
Selama berhari-hari memimpikan kehidupan Niesha sebelumnya, aku tidak pernah bisa melihat semua yang di lihat Niesha. Selain para pelayan, penglihatanku akan orang lain yang diamati atau yang menjadi lawan bicara Niesha sepenuhnya terdistorsi. Jadi aku mencoba mengingat siapa orang itu melalui ciri-ciri yang digambarkan dalam novel.
"Kau bilang apa?"
"A... Ayah?" aku menyadari kesalahanku
"Lady niesha, apakah anda mungkin tidak mengingatnya?"
"..."
"Apa anda ingat saya?"
"Sir Herold!"
"Ah, anda ingat saya" dia bertepuk tangan lega.
"Itu yang dibilang Agatha!"
"..."
"..."
Satu detik kemudian aku menyadari kesalahanku.
'Apa mereka akan menyadari aku bukanlah Lady Niesha yang asli? Apakah mereka punya cara untuk mengeluarkan roh-ku dari tubuh Lady Niesha? apa yang akan terjadi jika roh-ku bergentayangan? Apa roh-ku tahu dimana tubuh asliku berada?'
Saat mereka saling memandang, aku juga sibuk berdiskusi dengan pikiranku. Bagaimana kalau aku menggunakan trik yang paling banyak digunakan dalam sinetron kesayangan ibu-ibu.
"Aku..."
"Lady Niesha, apa saja yang bisa anda ingat?"
"Eh...?"
"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Anda tidak memiliki luka fisik yang berarti, tapi saya khawatir anda melukai kepala anda lebih parah dari yang saya duga"
'Apakah dia akan mendiagnosa aku seperti harapan dan rencanaku?"
Tanpa sadar aku memandangnya penuh harap menunggu kelanjutan ucapannya.
"Sepertinya anda melupakan beberapa hal Nona"
'Yes!'
'Kehilangan ingatan!'
Tepat seperti yang aku inginkan. Lelucon konyol tapi paling popular yang digunakan para penulis scenario begitu tokoh dalam kisahnya sedikit tersandung dan melukai kepalanya. Konyol karena Lady Niesha sebenarnya tidak kehilangan ingatannya, tetapi kehilangan jiwanya. Aku tidak bisa mengaku... tidak, aku takut mengaku. Jika aku tidak dianggap aneh, mungkin aku akan dianggap sebagai penyihir yang tentu saja hukumannya tidak ringan di kekaisaran ini, jika aku memberitahu dalam tubuh Lady Niesha berisi jiwa gadis asing. Tapi mungkin aku akan sedikit meringankan diagnose mereka. Karena berkat Novel dan mimpi aneh yang aku alami, Kehilangan ingatan ini akan ku buat tidak terlalu parah.
Jadi begitulah... sejak diagnosa itu, Duke Calverion secara aktif mulai mengundang banyak guru untuk membantuku mengingat banyak aturan, etiket dan pengetahuan ala bangsawan yang aku lupakan. Seperti halnya kendala bahasa, pelajaran yang melibatkan gerakan tubuh, sama sekali tidak menjadi masalah bagiku. Meskipun secara teknis semuanya asing bagiku, tapi tubuh Lady Niesha mengingatnya dengan baik. Hanya untuk pelajaran umum yang berkaitan dengan pengetahuan, aku harus memeras otakku sendiri. Dan itulah yang terjadi hingga seminggu setelah aku terbangun dalam tubuh ini.
TOK... TOK...
Suara ketukan halus menginterupsi pelajaran soreku. Nyonya Martha yang menjadi guru sejarah geografi dan sejarah kekaisaran mendelik kesal atas gangguan itu.
"Nona... Aku membawakan surat untuk anda"
Agatha muncul dengan nampan perak di tangannya.
Aku mengulurkan tangan untuk mengambil surat itu. Stempelnya berwarna merah yang artinya itu berasal dari keluarga bangsawan. Ini hal pertama yang harus aku ingat. Warna dan symbol setiap keluarga dalam kekaisaran Baepse.
"Kalau begitu aku akan permisi Milady"
Dengan sopan guruku segera pamit begitu melihat symbol keluarga dalam surat yang aku pegang. Burung Elang yang mencengkeram pedang. Simbol Duke Hovwell. Aku mendengus sebelum mengeluarkan isinya.
Selembar surat singkat yang sarat sopan santun untuk meminta pertemuan. Surat itu ditanda tangani oleh Lionel de Hovwell, Putra sulung Duke Hovwell yang harusnya menjadi tunangan Lady Niesha.
Aku mendengus kesal.
"Nona!"
Aku tahu makna teguran Agatha dan dari dasar jiwaku sepertinya tubuh ini juga sepertinya menolak setiap kali aku berlaku kurang pantas sebagai seorang wanita bangsawan. Yah, mau bagaimana lagi, selama 24 tahun hidupku aku dan semua anak panti dibesarkan untuk jujur dengan pemikiran kami. Terjebak dalam tubuh gadis berusia 14 tahun aku merasa ini masih tindakan wajar, setidaknya untuk ukuran zamanku.
"Agatha, ambilkan peralatan menulisku"
Setengah jam kemudian aku sudah dikelilingi kertas-kertas berserakan yang gagal dikirim sebagai surat. Inilah sebabnya orang selalu bilang penonton tahu segalanya. Aku tahu bagaimana gaya Lady Niesha akan menulis surat balasannya, tapi untuk melakukannya tentu saja perkara yang berbeda. Aku tidak puas dengan gaya tulisanku.
***
"Nona, Pangeran kedua ingin bertemu dengan anda?"
"Siapa?"
"Yang mulia Pangeran Edgar ingin bertemu anda?"
"Pangeran Edgar mengirimkan utusan untuk bertemu denganku?"
Aku sedikit kebingungan. Di Balstar, setiap orang yang ingin bertamu ke rumah orang lain apalagi jika itu seorang bangsawan, harus mengirimkan permintaan atau permohonan untuk bertemu. Apalagi untuk seorang wanita yang belum menikah, akan sangat tidak sopan jika seseorang datang menemuinya di kediamannya tanpa pemberitahuan lebih dulu. Jadi saat aku tidak menerima surat apapun yang menyertai kata-kata Agatha, aku hanya berpikir jika dia pasti mengirimkan seseorang untuk menyampaikan pesannya.
"Tidak Nona, Pangeran datang menemui anda sendiri"
"Huh?"
"Pangeran ingin bertemu anda di taman hijau"
"Hah?"
Terlepas dia pangeran atau bukan, seharusnya semua harus di putuskan oleh tuan rumah bukan?
"Baik. Ayo kesana"
Agatha mengiringiku berjalan ke taman yang di maksud oleh Pangeran itu.
Seperti namanya, taman hijau tidak hiasi oleh bunga berwarna warni. Hanya ada bentangan rumput hijau yang lembut yang menyelimuti seluruh taman. Setelah melewati teras, kami tiba di tengah taman. Dua pohon kembar yang berdiri di tengah taman, membantu meredam cahaya matahari dan memberi kesejukan bagi orang-orang yang duduk dibawahnya.
Ini akan menjadi pertemuan pertamaku dengan bangsawan lain. Aku mengepal tanganku mencoba mengumpulkan keberanian. Agatha yang melihat kilat tekad dalam mataku juga ikut mengepalkan tangannya dan mangacungkannya ke atas untuk memberi semangat.
"Anda pasti bisa Nona!"
Aku mengangguk percaya diri lalu mulai melangkah ke jalur yang bisa dilihat oleh para tamu. Satu detik kemudian aku melirik Agatha yang juga bingung. Apa yang aku lihat tidak hanya 1 tetapi 2 orang bangsawan muda berdiri menyambutku.
'Bukankah kau bilang aku hanya memiliki 1 tamu?'