Chereads / Be a Princess / Chapter 4 - Anak haram Duke

Chapter 4 - Anak haram Duke

Melepaskan Lionel berarti akan mengubah jalan ceritanya sepenuhnya. Apakah ini benar? Aku tahu setiap perubahan akan memicu efek kupu-kupu. Tapi aku tidak bisa menariknya masuk dalam lingkaran rencanaku. Kalau begitu aku tidak akan mati karena kecemburuan terhadapnya bukan?.  Jika dia tidak mendekat maka aku juga tidak punya alasan untuk mendekatinya.

Aku sudah duduk di teras lantai 2 sejak Lionel meninggalkan Mansion. Kebingungan dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

"Milady, Duke ingin makan malam dengan anda"

Kepala pelayan Duke menemuiku sesaat setelah kereta Duke kembali ke Mansion. Setelah aku bangun, kami hanya makan malam bersama sekali. Dalam keheningan dan tidak ada diskusi apapun. Aku mengangguk untuk mengiyakan.

Saat aku tiba di ruang makan kemudian, Duke Calverion sudah ada disana untuk menungguku.

"Maaf aku terlambat, Ayah"

Dia hanya menatapku tanpa bicara apapun. Untung aku sudah terbiasa.

Dan seperti biasanya kami menghabiskan makan malam dalam suasana hening. Hanya ada suara denting peralatan makan yang terdengar. Tapi kali ini aku menangkap tatapan Mata Duke Calverion yang berkali-kali menatapku.

"Niesha"

"Ya, Ayah?"

"Aku ingin bicara denganmu"

"Baik, Ayah"

Setelah makan malam aku mengikutinya ke ruang kerjanya. Ini pertama kalinya aku memasuki ruang kerjanya yang terletak di sayap lain dari bagian Mansion yang sering aku kunjungi. wajar jika kami tidak pernah berpapasan.

Begitu kami tiba, seorang pelayan segera menyajikan teh dan ... coklat panas? 

"Bukankah kau tidak pernah menyukai teh" Duke Calverion berbicara dengan santai seolah itu hal yang biasa.

"Terima kasih, Ayah"

Aku tidak mengerti kenapa dengan ucapan sederhana itu, dia akan mendongak menatapku seolah aku baru saja memberitahu kalau dia memenangkan lotre. Uh, ini sedikit canggung. Aku tahu hubungan Ayah dan anak ini tidak dekat, tetapi melihat Duke Calverion saat ini rasanya seperti melihat anak anjing yang bahagia diberi sepotong tulang. Ada apa sih dengan hubungan mereka.

"Aku dengar Pangeran Edgar dan putra Duke Hovwell menemuimu hari ini"

"Ya, Pangeran Edgar melamarku"

Duke mengangguk samar.

"Apa tanggapan Sir Hovwell"

"Aku dengar kami nyaris bertunangan. Tapi karena yang dia dengar hari ini, dia tidak akan melanjutkan"

Duke mengangguk lagi.

Suasana kembali hening.

"Dan bagaimana menurutmu sendiri?"

Karena kami jarang berinteraksi, dengan sendirinya aku tidak begitu dekat dengan Duke Calverion. Tapi kali ini aku memberanikan diri menatap matanya lebih lama. Aku baru menyadari ia tidak tampak setua pengamatanku pada awalnya. Matanya tampak berkilau dengan penuh kasih sekaligus penuh luka setiap kali menatapku. Jika kami berdiri berdampingan, orang tidak akan mengira jika kami ayah dan anak karena perbedaan mencolok pada warna mata dan rambut kami. Secara fisik, Lady Niesha lebih mirip ibunya. Tapi saat aku menjadi penonton dalam mimpi dan kenangan Lady Niesha, aku menyadari caranya  tersenyum dan menatap orang lain  sama dengan Duke Calverion sekarang ini.

"Apa maksud, Ayah?"

"Kau selalu menyukai putra Duke Hovwell, karena itu aku mengajukan lamaran pertunangan pada mereka. Itu belum diumumkan, tapi sekarang Pangeran Edgar menginginkanmu"

'Oh, jadi kami benar belum bertunangan?'

"Jika kau tidak menginginkannya. aku akan menolaknya"

"Ayah, penolakan akan membawa bahaya padamu"

"Aku tidak peduli selama kau menginginkannya. Anggap saja ini penebusan salahku padamu"

"Salah?"

Duke Calverion menatapku dengan sedih.

"Kau terus menyalahkanku atas Ibumu. Jika saja aku bisa mengulang waktu..."

Dan tiba-tiba Duke Calverion sudah menangis. Uh, ini benar-benar canggung. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Duke Calverion hingga Lady Niesha membencinya. Diam-diam aku mengutuk buku itu. Jika mau melemparku ke dalam dunia ini, seharusnya dia menuliskan ceritanya dengan lebih detail. Suasana ini terasa seperti aku sedang mengintip rahasia orang lain.

"Um, Ayah... aku kehilangan ingatanku. aku tidak tahu apa yang kau lakukan, jadi tidak perlu meminta maaf"

Dalam hidupku sebelumnya aku sering bertemu pelanggan yang tidak ragu untuk memaki-maki orang lain. Mereka tidak akan pernah meminta maaf sekalipun mereka berbuat salah sebaliknya mereka akan menimpakannya kepada orang lain. Meski kesal dan sakit hati, orang-orang sepertiku terpaksa menelannya dengan senyum. Karena itu aku tidak tahu harus berbuat apa saat seseorang yang lebih tua menangis dan meminta maaf padaku atas kesalahan yang aku tidak tahu.

Aku sudah memutuskan untuk hidup sebagai Niesha Yurie putri tunggal Duke Calverion, jadi aku akan menyelesaikan kesalahpahaman ini.

"Ayah, bisakah kau menceritakannya?"

Duke calverion menarik sapu tangan dari saku bajunya dan menyeka air matanya sekali lagi. Ia menyeruput teh yang sudah mendingin sebelum berbalik menatapku lagi.

"Mungkin ini lebih baik. Mendengarmu memanggilku Ayah. Bersedia makan bersamaku. Itu sudah cukup. Ayah akan mengabulkan apapun yang kau inginkan sekalipun itu menentang kerajaan"

Aku menarik napas frustasi. Duke Calverion adalah salah penasihat Kaisar. Bagaimana mungkin ia tidak tahu hal yang paling umum.

"Dengan menentang Kaisar, apakah keluarga Calverion akan tetap tinggal hidup"

Melihat ekspresi Duke Calverion ingin rasanya aku tertawa.

'Ya ampun lucunya'

Bagaimana bisa seorang pria yang bahkan masih terlihat tampan dan gagah itu membuat ekspresi  seperti bocah yang baru saja mendapatkan kotak hadiah mewah tanpa ada isinya.

"Ayah, aku ingat beberapa bagian. Aku butuh dirimu untuk menghubungkan titik-titiknya" 

Aku menolak pindah dari topik kebencian Lady Niesha yang coba dihindari Duke Calverion. Aku bertekad menyelesaikan masalahnya satu demi satu. Aku akan mulai dari bagian-bagian yang tertulis dalam novel.

"Aku hanya pernah melihat lukisan kita berdua bersama Ibu. Tapi aku tahu aku memiliki seorang kakak laki-laki yang akan menjadi penerusmu. Apa itu adalah putramu dengan wanita lain? Itukah yang membuat aku membencimu"

Aku mengamati wajah Duke Calverion yang memerah. 

"Ya..." Ia berbisik dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

'Huh, tebakanku benar?'

"Kau berselingkuh saat menikah dengan ibuku?"  

Kalau ini yang benar terjadi, aku juga akan ikut marah. Persetan dengan menyelesaikan masalah. Sebagai anak yang berasal dari panti asuhan. Banyak kisah yang menjadi latar belakang masing-masing anak. Aku juga demikian. Katanya aku adalah anak seorang pelayan dengan majikan laki-lakinya yang sudah berkeluarga. Karena aku begitu mirip dengan laki-laki itu, mereka membuangku untuk menutupi perselingkuhan mereka. Jadi aku tidak bisa menaruh simpati pada orang-orang yang seenaknya berselingkuh saat mereka sudah memiliki pasangan.

"Kami sudah menikah cukup lama tetapi Ibumu masih belum hamil. Calverion butuh penerus, jadi para penatua mendesakku untuk menceraikan ibumu. Aku tidak bisa melakukannya, karena dia adalah hidupku. Jadi aku terpaksa mengambil seorang selir. Ia segera mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Ibumu bahagia saat kami mengangkat anak itu sebagai putra kami. Ku pikir masalah kami selesai. Aku sama sekali tidak pernah tahu kalau Ibumu harus menerima banyak penghinaan dari wanita yang ku pilih menjadi selir hanya karena tidak bisa mengandung. Tapi kemudian ibumu mengandung. Ku pikir aku sudah menggenggam kebahagiaan seluruh dunia saat kau lahir. Wanita yang kucintai memberikan puteri yang cantik. Kau sangat mirip dengan ibumu"

Aku bisa melihat kilat bahagia saat Duke Calverion sampai ke titik itu.

"Tapi kau semakin mirip dia. Tidak ada jejak diriku pada dirimu. Aku mulai meragukannya. Hanya saja aku terlanjur jatuh cinta padamu. Hukum tidak akan mengijinkan ibumu tetap bersama kita jika ia tidak murni, tetapi aku ingin kau dibesarkan dengan baik layaknya seorang bangsawan sejati. Malam itu aku mengirim Ibumu ke Biara, tapi ia tidak pernah sampai disana. Keretanya ditemukan hancur dibawah jurang. Para pengiringnya meninggal dan ia menghilang"

Aku merasakan kesedihan dan rasa frustasi memenuhi tenggorakanku menunggu untuk dimuntahkan.

"Jadi sebenarnya aku juga anak haram" 

Aku tidak bisa menahan perasaan getir saat mengucapkan kata-kata itu. Sebutan itu selalu menjadi bahan lelucon kami, para anak panti untuk saling mencemooh satu sama lain, karena kami tahu kami semua sama. Anak haram yang tidak diinginkan.

"Tidak. Kau adalah putri kandungnya"