Chereads / BOUND BY PROMISE / Chapter 33 - BULAN YANG MENJADI SAKSI

Chapter 33 - BULAN YANG MENJADI SAKSI

Malam sudah hampir larut dan saat ini Rai, Samuel, Denis dan beberapa orang yang terlibat bersama dengan ayah Denis pun ikut mencari Rain. Tidak ada yang tahu dimana sebenarnya gadis itu saat ini berada hingga akhirnya salah satu di antara mereka melihat sebuah bangunan kosong yang sudah tidak terpakai berada di samping jalan raya.

"Bagaimana?" tanya ayah Denis kepada orang suruhannya tersebut. "Apa kamu menemukan sesuatu?"

"Tidak, tapi saya menemukan sebuah Rumah kosong yang sepertinya sudah lama tidak dihuni. Apa kami harus mencarinya ke sana?"

"Lakukan saja, supaya gadis itu cepat ditemukan malam ini."

Sementara itu Rai sedang berjalan kaki seorang diri ke sana dan kemari mencari keberadaan sahabatnya tersebut yang belum juga ditemukan.

"Rai, lo dicariin kemana-mana taunya ada di sini," ujar seseorang yang kini berjalan di sampingnya. "Lo lagi ngapain?"

Rai langsung menutup mulut dari temannya itu yang saat ini berada di sampingnya. "Diem lo, jangan berisik, gue lagi fokus cari Rain. Oh, iya, ngomong-ngomong orang suruhan temen ayah lo bilang kalau Rain ada di sekitar sini?"

"Iya, gue denger sendiri," jawab Denis meyakinkan. "Gue yakin mereka nggak jauh dari sini."

"Ya udah, gue mau lanjut cari dulu."

Kening Denis langsung berkerut setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh laki-laki yang berada di hadapannya saat ini.

"Ada apa?" tanya Rai memandang sahabatnya yang masih saja diam memperhatikannya.

"Lo pikir gue ke sini mau ngapain, hah?" ujar Denis dengan kesalnya. "Gue justru mau bantuin lo nyari, bego!"

Rai yang mendengarnya pun langsung menghela nafas, lalu memutar kedua bola matanya sejenak sebelum akhirnya memilih pergi begitu saja meninggalkan laki-laki tersebut yang masih memandang kepergiannya.

"Lah, kok gue ditinggalin, sih?!" ketus Denis. "Tungguan gua, kek."

"Nggak usah banyak bacot, tinggal ngikutin aja apa susahnya, sih."

Setelahnya Denis mengatupkan bibirnya rapat-rapat sembari menahan senyum karena kegugupannya tersebut.

Di sisi lain saat ini dua orang pria tersebut yang sedang memandangi seorang gadis pun dikejutkan dengan suara langkah kaki sehingga membuat mereka langsung saling memandang satu sama lain.

"Periksa cepat!" ujar pria tersebut.

"Baik Bos."

Pria itu langsung berjalan mendekati pintu untuk melihat situasi di luar hingga dimana di depan sana ia melihat dua dua orang yang berdiri di depan bangunan dengan pakaian yang begitu formal membuat dirinya langsung membelalakan kedua matanya.

Ia langsung berjalan mendekati Bosnya dengan nafas yang tersengal-sengal, kemudian dirinya pun berkata, "Bos, ada banyak orang di depan."

"Hah? Yang bener lo?!" tanyanya dengan kening yang berkerut. "Siapa mereka?!"

Dilihatnya saat ini anak buahnya itu yang langsung menggelengkan kepala. "Gue juga nggak tahu, Bos. Tapi mereka pake pakaian formal."

Setelah mendengar hal itu ia pun langsung memandangi Rain yang masih belum sadarkan diri tersebut, kemudian dirinya mengerutkan kening.

"Apa mungkin mereka datang?" tanyanya.

"S-siapa Bos?" sahut pria yang satunya.

"Keluarga gadis ini," jawab Bosnya. "Kita harus cepat pergi dari sini."

"Loh, kok, kita malah pergi, sih, Bos? Bukannya kita mau bawa duit mereka, ya?"

"Tapi kayanya mereka udah rencanain sesuatu."

"Terus sekarang gimana, dong, Bos?"

Kedua matanya menatap lurus ke depan dengan tangan yang berkacak pinggang. Hingga dimana sebuah dobrakan pintu yang cukup keras pun membuat kedua preman tersebut terkejut.

Tanpa pikir panjang mereka pun segera berlari dengan Rain yang sudah berada dalam gendongan anak buahnya. Berjalan keluar melewati pintu belakang yang ternyata malah bertemu dengan dua orang laki-laki remaja yang tidak lain adalah Rai dan Denis.

"RAIN?!" teriak Rai dengan kedua mata yang membelalak. "MAU KEMANA LO BERDUA?!"

Denis yang juga tidak kalah terkejut melihatnya pun langsung menghubungi Papanya untuk memberitahukannya. Sementara Rai sudah berlari mengejar dua preman tersebut yang membawa Rain entah kemana.

"WOI BERHENTI JANGAN LARI LO!!!" Rai terus mengejar kedua preman tersebut tanpa peduli keadaannya yang sudah basah kuyup karena hujan. "BERHENTI!!!"

Di sisi lain saat ini Denis sedang mencoba menghubungi Papanya hingga akhirnya panggilan masuk pun tersambung.

"Halo Nis," sahut seseorang di seberang sana.

"Halo Pa. Pa, Denis sama Rai udah nemuin Rain, tapi preman itu bawa kabur Rain ke hutan!"

"Oke, oke, kamu di mana sekarang?"

"Aku di belakang Rumah kosong, Pa. Nggak jauh, kok, dari tempat Papa tadi."

"Loh, anak buah temen Papa lagi pada ke Rumah kosong itu. Berarti preman-preman itu kabur karena tahu keadatangan kita, Nis."

Denis yang mendengar hal tersebut langsung mengusap wajahnya kasar lalu berdecak sebelum akhirnya memandang hutan yang begitu gelap dan seram itu.

"Tapi Pa, Rai sekarang udah masuk ke Hutan sendirian!" ujarnya. "Dia kejar preman-preman itu sendirian sekarang."

"Oke, Papa akan ke sana sekarang. Papa udah suruh semua anak suruhan teman Papa untuk berpencar masuk ke Hutan."

Setelah itu panggilan pun berakhir dengan Denis yang saat ini tidak tahu harus bagaimana lantaran Rai masuk ke dalam Hutan hanya dengan membawa senter.

"Nis," panggil seseorang dari arah lain. "Rai ke mana? Kok, lo cuma sendirian?"

Denis yang melihat kedatangan Samuel pun langsung menghela nafas.

"Dia lari ke sana, El," jawabnya dengan lesu.

Samuel yang mengetahui hal tersebut langsung membelalakan kedua matanya.

"L-lo serius?! Ngapain Rai masuk ke Hutan sendirian, hah?! Kenapa lo nggak cegah dia, bego?!"

Denis pun berdecak, lalu berkata, "Gimana gue bisa cegah dia, sih, kalau dia liat Rain dibawa sama preman-preman itu?! Rain dibawa kabur dari sini, El!"

"A-apa?!" ujar Samuel terkejut. "Jadi lo berdua udah temuin Rain?!"

"Iya, dan ternyata Rain disekap di rumah kosong ini. Preman-preman itu bawa kabur karena mereka tahu kalau kita datang."

Kini Samuel dan Denis pun merasa bingung dan tidak tahu lagi harus bagaimana. Mereka berdua lebih memilih untuk menunggu ayah Denis dan beberapa orang suruhannya untuk datang ke sini.

Di sisi lain saat ini Rai sudah berada di tengah Hutan, laki-laki itu kehilangan jejak kedua preman tersebut yang kabur entah ke mana.

"Aarrrgggghhhhh!!!" geramnya dengan kedua tangan yang mengacak-acak rambutnya frustasi. Rai benar-benar sangat kacau saat ini, ia sangat merindukan Rain-nya yang selalu tersenyum kepada dirinya. "Rain, jangan tinggalin aku."

Di sini di tempat ini Rai terjatuh dengan kedua lutut yang menyentuh tanah serta kepala yang tertunduk dengan air mata yang entah sejak kapan sudah mulai mengalir begitu saja.

Seluruh tubuhnya basah kuyup dengan ditemani oleh gelap dan sunyinya sang malam di tengah Hutan serta bulan yang menjadi saksi betapa sakitnya seorang Rai jika tanpa Rain-nya di sampingnya.